PELAJARAN PENTING KRISIS VENEZUELA

Venezuela...negara yang kaya akan minyak. Sama seperti Arab Saudi, Irak dan Iran. Negara yang seharusnya kaya raya karena kekayaan alamnya melimpah, namun kini rakyatnya kelaparan, para wanitanya menjadi pelacur, 10% penduduknya hijrah ke luar negri agar dapat bertahan hidup. Negaranya bangkrut, tetapi elite politiknya hidup mewah bergelimpangan harta. Hampir serupa dengan krisis ekonomi Indonesia tahun 1998. Namun di Venezuela tidak ada tragedi 1998 dan kerusuhan. Sejarah terulang kembali, namun di negara lain dan akan terjadi lagi. Tidak tahu di bagian negara mana. Apa yang dapat kita pelajari ? Apa pesan moralnya ? Dan persiapan apa yang harus kita lakukan ?

Penyebab Krisis Venezuela

PENYEBAB KRISIS VENEZUELA

Secara singkat, krisis Venezuela terjadi karena 95% pendapatan negaranya dari ekspor minyak. Ketika harga minyak turun, pendapatannya pun turun. Dan seharusnya hal ini tidak masalah karena pemerintah masih punya pendapatan. Masalahnya pada bagaimana pendapatan negaranya itu dikelola.

Sama seperti anda dan saya yang bekerja. Kita memiliki pendapatan gaji atau laba usaha. Ketika kondisi ekonomi membaik, pendapatan kita meningkat, ketika ekonomi lesu, pendapatan kita stabil atau turun. Ketika uang kita banyak, kita mulai membeli barang-barang yang kita inginkan. Ketika uang kita pas-pasan, kita menunda membeli barang yang tidak penting. Dengan kata lain, pengeluaran kita dapat dibagi menjadi dua,

Pengeluaran tetap dan pengeluaran yang dapat ditunda. Beli beras, bayar listrik, bayar tagihan, bayar cicilan, beli pulsa dan uang sekolah adalah pengeluaran tetap. Tidak tergantung pada banyak sedikitnya pendapatan kita. Uang banyak atau sedikit, harus bisa menutup pengeluaran ini. Sementara ganti HP baru adalah pengeluaran yang bisa ditunda. Ketika ada kelebihan uang, kita baru beli.

" Permasalahan terbesar Venezuela adalah tidak memiliki Sumber Daya Manusia yang kompeten.

Mereka tidak siap dengan perubahan yang terjadi. "

Ini prinsip dasar ekonomi. Mau itu perorangan atau negara. Seharusnya sama saja. Hal yang mendasar, sesuatu yang harus dilakukan pertama kali sebelum hal-hal lainnya. Apa yang terjadi ketika kita mengabaikan prinsip dasar ini ? Krisis Venezuela, Krismon 1998, dan bisa jadi krisis keluarga !

Ketika Presiden Hugo Chavez berkuasa dari tahun 1999 sampai meninggal di bulan Maret 2013, dia menggunakan sebagian pendapatannya untuk biaya tetap ini.

Bahasa populernya subsidi dan program kesejaheraan sosial. Beras di subsidi agar tetap murah, bensin disubsidi, rumah disubsidi, orang miskin makan minum tidur gratis.

Mirip seperti Indonesia sebelum Krismon 1998. Beras murah, rokok murah, gaji buruh murah, emas murah, dollar murah. Karena semuanya murah sehingga pendapatan kecilpun bisa untuk menghidupi keluarga. Tidak ada unjuk rasa, tidak ada demo UMR. Semuanya tenang dan menyenangkan. Sedikit sekali berita tentang kejahatan dan OTT KPK. Karena memang benar demikian dan juga memang benar-benar tidak ada media yang berani menyampaikan kebenaran yang terjadi di elite politik.

Apakah ada yang salah dengan subsidi ini ? Yang membuat bensin menjadi lebih murah ? Yang tujuannya adalah pemerataan ekonomi ? Fakir miskin dan anak-anak dipelihara oleh negara ? Yang kurang mampu dibantu ? Sampai pada titik tertentu, saya setuju. Dimana batasnya ? Disubsidi untuk apa ? Cuman dikasih makan minum saja ? Sehari tiga kali ? Terus sisa waktunya dibuat apa ? Tidur dan mainan hape ? Itu beban ! Pengeluaran yang sia-sia. Sama seperti BPJS yang sedang meledak dan akan meledak lebih dahsyat lagi.

Buat apa kerja keras ? Toh dengan “begini” saja aku bisa hidup ? Buat apa kerja dari pagi sampai sore hanya dapat UMR yang hanya cukup buat makan minum saja ? Mendingan aku ngamen saja. Kerjanya gak berat, dapatnya juga lumayan. Buat apa ngoyo-ngoyo ? Toh rejeki datangnya dari Tuhan. Kira-kira begitulah pemikiran orang yang terlalu lama menikmati subsidi.

Jika tujuan subsidi pemerintah adalah menina-bobok-kan rakyatnya maka hancurlah negara itu. Lalu mengapa pemerintah mau menina-bobok-kan rakyatnya ? Agar mereka tetap malas dan tetap bodoh. Looh...kok aneh ada orangtua yang mau mengoblok-kan anak-anaknya ? Emang pemerintah itu bapakmu ? Emang kamu itu anak e pemerintah ? Sebaliknya...kamu itu beban bagi pemerintah.

Minyak adalah sumber kekayaan sekaligus  sumber masalah Venezuela

Ketika orang acuh tak acuh terhadap jalananya pemerintahan, maka mereka bisa mengatur negara sebebas-bebasnya. Tidak ada yang protes, tidak ada yang mengawasi. Pesta pora setiap hari. Eh...biarin ding...pokoke aku isa makan minum hidup tenang. Itulah tujuannya. Bagi pemerintah, dapat 100 juta dipotong 10 juta buat subsidi itu gak masalah….10% itung-itung buat amal. Toh kita dapat 90%. Mereka dapat remah-remah roti ae wes seneng….kita kan dapat coklatnya, rotinya, isinya !

Darimana kita bisa tahu kalo pemerintah mau mem-bodoh-kan kita ? Dari kebijakan yang dibuatnya dan hasil pembangunan yang kita lihat di negara kita. Presiden Venezuela setelah Hugo Chavez yang namanya Nicolas Maduro membatasi pembelian mata uang asing pada tahun 2003 dan tidak membangun kilang minyak baru ataupun meremajakan kilang minyak yang lama.

Mengapa nda boleh beli dollar ? Itukan uang-uangku...mau tak pake beli dollar kek, beli rumah kek, beli komputer kek...ngapain ngurusi ? Apa hubungannya dengan pemerintah ? Karena pemerintah mau menutupi kebenaran. Apa hubungan kebenaran dengan nda boleh beli dollar ? Harga beras om !

Anggap saja harga beras di Venezuela cuman 5.000 sekilo, tetapi alangkah kagetnya ketika beli dollar di negara tetangga harganya menjadi Rp 20.000/kilo. Mana yang benar ? Lima ribu ato dua puluh ribu ? Aslinya harga beras itu 20 ribu, terus disubsidi 15 ribu. Makane jadi murah ! Bagaimana dengan harga barang-barang lainnya ? Sama om...disubsidi semuanya ! Lah terus...gimana ini ?

Jelas nda isa apa-apa. Mau coba buka usaha dengan import barang cina ke Venezuela nda isa ngangkat. Harga aslinya 100ribu...sedangkan UMR di Venezuela hanya 30 ribu. Hah ? Terus kerja apa kalo gitu ? Mau bangun pabrik ? Nda isa om ! Harga komponennya dan biaya masuknya terlalu tinggi. Nda isa dijual. Pasar memang ada. Tapi daya beli yang gak ada. Jadi gimana ini ?

Nda isa apa-apa om ! Ya gini ae, kuat-kuatan dan menikmati hidup apa-adanya. Terus mau jadi apa negara ini ? Emboh om….tanyako dewe ambek om NIkolas...aku cuman nulis yang muncul di otakku tok. Bukan mikir solusinya.

Jika disimpulkan menjadi satu kalimat, “ Penyebab krisis Venezuela adalah kesalahan manajemen. “ Apa solusinya ? Nggak tau...aku bukan politikus. Saya pengusaha dan manajer toko. Kalo supervisor saya nda mampu mengatur toko dan anak buahnya, saya panggil, saya tanyai dan saya arahkan. Kalo tetap nda mampu ya tak Go To Hell ! Terus cari gantinya yang lebih kompeten. Beres dah !

PESAN MORAL KRISIS VENEZUELA UNTUK INDONESIA

Apakah Pak Harto penyebab Krisis Moneter 1998 ? Secara singkat, jawabannya ya. Tetapi mengatur negara itu tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Krisis ekonomi tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor dan kondisi yang saling mempengaruhi dan tumpang tindih. Jika ditanya, maka saya akan menjawab Ya dan Tidak. Pak Harto bukan satu-satunya penyebab krisis ekonomi dan utang negara kita.

Krisis Ekonomi 1998 di Indonesia

Dilihat dari latar belakangnya, sebenarnya Pak Harto berjasa bagi negara kita. Bung Karno dan Bung Hatta juga berjasa. Semuanya berjasa bagi Indonesia, jadi hentikan hujatan kepada mereka. Mereka semua adalah manusia yang punya kelebihan dan kekurangannya. Masing-masing mempunyai tugas di masanya. Kita butuh Bung Karno yang idealis, berapi-api dan berani untuk memaksa bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.

Dalam masa kepemimpinannya, negara Indonesia dikenal negara-negara lainnya. Bung Karno memang aktif, bahkan terlalu aktif mengurusi hubungan luar negeri. Akibatnya, situasi dalam negeri tak terkendali. Memang dalam teori kepribadian, orang sanguinis mahir dan hidup dengan berkata-kata. Pandai berbicara tetapi berantakan dalam manajemen.

" Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan mantan-mantan presiden Indonesia.

Pak Karno, Pak Harto, Pak SBY, Gus Dur, Pak Jokowi... mereka semua berjasa sekaligus bersalah !"

Memang sudah waktunya muncul pemimpin yang memiliki kemampuan manjerial untuk menstabilkan kondisi ekonomi dan politik yang mengarah ke chaos. Dengan latar belakang seperti ini, dibutuhkan ketegasan dan tangan besi untuk mengatur Indonesia yang luas, minim komunikasi dan teknologi.

Era 80-an terkenal dengan era Petrus, alias Penembak Misterius dimana ada orang yang dibunuh secara profesional dan mayatnya dikarungi di pinggir jalan. Tujuannya adalah menyebar ketakutan karena kalo orang membunuh itu biasanya mayatnya dihilangkan, bukan dipamerkan di tempat umum. Memang kejam.

Tetapi itulah cara singkat mengatur banyak orang di wilayah yang sangat luas terpisahkan oleh lautan.

Indonesia memang sudah merdeka tahun 1945, tetapi kondisi ekonomi, sosial dan politik tidak membaik dengan sendirinya. Bahkan cenderung ke arah sebaliknya. Menjadi semakin kacau. Antar militer saling sikut untuk memperebutkan kekuasaan. Bahkan Bung Karno pun paling tidak mengalami 23 percobaan pembunuhan dalam negrinya.

32 tahun pemerintahan Soeharto memang membuahkan kestabilan ekonomi, politik dan sosial. Tidak ada pemberotakan yang berarti, tidak ada kerusuhan sosial, tidak ada perebutan kekuasaan. Hanya saja pembangunan tidak berjalan merata. Distribusi kekayaan hanya pada keluarga dan kolega pak Harto saja. Tetapi rakyat bisa makan, minum dan tamasya dengan gaji UMR. Makanya tidak ada demo !

Seperti Venezuela, ketika krisis moneter 1998 terjadi, harga-harga naik dengan kecepatan luar biasa. Seketika itu rakyat dan pengusaha terkejut, betapa ketinggalannya negara kita dengan negara lainnya. Ternyata, harga beras sesungguhnya adalah Rp 3.000,00 bukan Rp 1.000/kg. Demikian pula dengan harga-harga barang lainnya dalam serta-merta naik 300%.

Demo 21 Mei 1998 di Indonesia

Dibandingkan dengan Nicolas Maduro, mantan presiden kita, Pak Harto jauh lebih baik. Walaupun dipaksa turun setelah tragedi Trisakti, dia turun dengan ikhlas. Tidak menggunakan kekuatan militer sama sekali untuk mempertahankan kekuasannya. Bisa jadi karena tidak memiliki kekuatan militer sama sekali…. Tetapi saya rasa tidak seperti itu. Masih cukup banyak orang yang setia kepadanya. Duitnya juga masih banyak.

Bandingkan dengan Presiden Venuzuela sekarang ini. Dia tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer untuk mempertahankan kekuasannya. Dia juga tidak merasa berasalah dan bertanggungjawab atas krisis negaranya. Seballiknya menyalahkan orang lain. Menyalahkan kondisi perekonomian global yang melambat. Menyalahkan Amerika karena di embargo. Menyalahkan Iran, Irak...siapa saja disalahkan kecuali dirinya sendiri.

Alangkah indahnya negara kita kalau para politikus kita sekarang ini bisa meneladani jiwa Nasionalisme Pak Harto. Menerima dengan ikhlas demi kemajuan bangsa dan negara. Tetapi yang dicontoh malah KKN-nya.

Ketika sudah jelas-jelas salah, masih ngeyel kalo dirinya benar. Ketika sudah jelas-jelas berbohong, malah berkata bahwa berbohong itu tidak apa-apa. Ketika sudah jelas-jelas kalah, malah menyatakan menang. Bukan sekali, tetapi berkali-kali. Ketika sudah jelas-jelas tertembak senjatanya sendiri, malah berkilah dan membela diri. Di hadapan publik berapi-api, di media sosial berani mati. Ketika beradapan dengan polisi, berpura-pura sakit, tabrakan dan masuk rumah sakit. Bahkan menyuap dokter membuat surat keterangan sakit palsu.

Mengapa orang tergila-gila dengan kekuasaan ? Karena mendapatkan uang. Padahal kekayaan mereka lebih dari cukup untuk 7 turunan. Mengapa tidak pernah merasa cukup ? Mengapa tidak berhenti dan menikmati masa tuanya ? Menyerahkan tongkat estafet kepada orang lain yang sesuai dengan jamannya ?

Mungkin karena mereka tidak memiliki jiwa patriot sebesar Pak Harto. Mungkin yang mereka punya hanya mulut besar saja. Tetapi negara tidak bisa dibangung dengan mulut besar. Negara harus dibangun dengan kerja keras dan visi kedepan. Indonesia sudah ketinggalan jauh, baik secara ekonomi, industri, teknologi dan yang sangat dibutuhkan adalah patriotisme.

Semuanya akan berubah, tidak ada yang abadi. Kekuasaan akan berganti. Singa tua akan digantikan dengan singa muda. Industri akan digantikan dengan industri lainnya. Akan ada toko yang tutup dan muncul toko baru. Bisnis ritel akan mati digantikan dengan bisnis ritel lainnya. Kita harus mengalami perubahan dan siap dengan perubahan ini. Sejarah mencatat tidak ada seorang pun yang bisa menang melawan perubahan ini.

 

KESIMPULAN
Memang benar situasi dan kondisi ekonomi sekarang ini sulit dan semakin sulit. Tetapi kabar baiknya adalah kita benar-benar menghadapi persaingan sesungguhnya. Tidak ada subsidi, yang ada transparansi. Harga beras sekarang ini sama dengan harga beras di dunia internasional. Demikian pula dengan harga barang-barang lainnya.

Walaupun agak terlambat, 21 tahun kita berlari mengejarnya. Dan terbukti kita sanggup bertahan menghadapi tantangan. Lebih dari itu kita juga jauh lebih maju, jauh lebih baik secara ekonomi dan teknologi. Sayangnya mental para politikus kita tidak maju-maju ! Tak apa-apa...cepat atau lambat mereka akan tersingkirkan. Entah dengan cara yang menyenangkan atau menyakitkan.

Share this content