Belajar Trading Forex itu Tidak Instan ! Minimal 1 Tahun
Semua ada resikonya. Ada yang gagal dan ada yang berhasil. Membuka usaha baru pun bisa diprediksi. Dalam waktu 5 tahun, hanya tersisa 50% yang masih bertahan. Lewat 5 tahun, sisa 25%. Jadi, hanya 25 dari 100 orang yang berhasil dalam dunia bisnis. Apapun bisnisnya. Tetapi, di dunia trading Forex, persentasi yang berhasil hanya 1%, dan hanya dalam waktu kurang dari setahun.
Pada Dasarnya, Semua Bisnis itu JUDI !
Tidak salah menganggap Forex sebagai judi karena probabilitasnya 50-50. Pilihannya hanya beli dan jual. Tapi, coba pikirkan usaha anda saat ini. Apakah termasuk judi ? Bagi saya yang juga jualan online, menganggap dagang juga sebagai judi, atau bahasa halusnya spekulasi. Bahkan semenjak pandemi, berjualan barang lebih kejam dari Forex.
Banyak orang yang di PHK, lalu mereka membuka usaha sendiri. Untuk mengambil pangsa pasar, mereka jual lebih murah. Yang penting uang bisa muter, untung sedikit tidak apa-apa. Daripada tidak ada penghasilan. Sementara itu, toko yang diambil pelanggannya, omzet jadi menurun. Lama-lama pemiliknya tidak tahan sehingga mem-PHK pegawainya. Pegawai yang dipecat, kirim lamaran kesana kemari tapi tidak ada yang mau terima. Akhirnya jualan online, ada yang buka warkop di rumahnya, ada yang jadi ojek online.
Jualan barang itu ada aturannya. Barang yang cepat laku, umumnya marginnya sedikit. Antara 3-7%. Sementara barang yang lama lakunya marginnya agak besar, diatas 10%. Barang yang lakunya setahun sekali harus tinggi marginnya. 30-50% masih wajar. Tapi, semenjak munculnya Shopee dan Tokopedia…dimana harga barang ditelanjangi. Keuntungan penjual sekarang dibatasi oleh pembeli. Harga jual barang di toko disamakan harga jual online !
Pedagang juga butuh uang untuk hidup. Mereka juga menghitung untung rugi. Lebih jauh lagi, pemikiran pedagang juga lebih kompleks. Mereka memasukkan hutang bank, biaya penyimpanan dan modal yang mati karena stok barang.
Kalau uang matinya 1.000.000, barangnya laku 3 bulan sekali. Harga jual minimalnya Rp 1.250.000. Kurang dari itu, lebih baik gak jualan. Sementara harga jual online Rp 1.050.000.
Ketika pembeli menawar barang tersebut Rp 1.100.000 karena melihat harganya di Tokopedia. Maka, penjual akan spontan menjawab, " Beli online saja !" Jangan marah kalo dibalas seperti itu. Sekarang kan jaman seperti itu. Beli online ada resiko dan garansi dengan harga yang lebih murah. Beli di toko lebih mahal tapi bisa dipegang dan lebih gampang klaim garansinya. Anda sebagai pembeli harus sadar dengan pilihan anda. Tidak ada paksaan beli di toko tertentu.
Yang pusing itu dealer utamanya. Karena stok barang mereka menumpuk. Mana ada toko yang mau jual barang mereka yang harga kulakannya terbuka di publik. Daripada toko kita dibilang mahal, lebih baik gak usah jualan. Toh masih ada barang lain yang masih bisa dijual dengan modal yang lebih kecil dan untung yang lebih besar. Pembeli dan penjual sama-sama punya strategi bertahan di masa transisi ini. Kita seimbang ! Kita kuat-kuatan. Siapa yang butuh barang ? Siapa yang butuh uang? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Mari kita menghayal sebentar. Apakah dalam berdagang, entah itu berjualan barang atau makan, pasti untung ? Pasti tidak akan rugi ? Kalu pasti laku itu masih masuk akal. Jualen murah, dibawah harga pasr. Pasti akan laku. Tapi kita kan mesti hitung, apakah sebanding dengan modal yang kita keluarkan ? Kalo modalnya 10.000.000, tapi sehari cuman laku 100.000 ya gak worthed.
Berapa keuntungan jualan barang ? Bisa sampai 50% ? Kalo dulu, sebelum ada tokopedia dan shopee masih bisa. Sekarang ? Maksimal 30%, tapi paling banter 20%. Itupun ngoyo. Jadi, penjualan 100.000, Cuan cuma 10.000. Penjualan 1.000.000 cuan paling banyak 100.000. Kok bisa ? Karena ada banyak penjual online yang rela ambil untung 25.000 untuk barang seharga sejuta.
Sejujurnya, keberadaan tokopedia itu menghancurkan pasar. Apakah ini karena kemajuan teknologi ? Tidak ! Karena pemilik tokopedia dan shopee itu gila ! Mana ada pemilik perusahaan yang rugi terus selama 10 tahun. Dan ruginya pun tambah besar. Bukan rugi jutaan rupiah dan juga bukan rugi miiaran rupiah, tapi ruginya triliun.
Bayangkan, perusahaan sebesar BCA, salah satu bank terbesar di Indonesia, laba tahun 2022 lalu 40 Triliun. Laba terbesar 5 tahun terakhir. Sementara rugi tokopedia tahun 2022 adalah 40 triliun. Kalo masih tidak bisa membayangkan, bandingkan dengan hasil IPO goto tahun 2022 lalu. Dana yang berhasil mereka himpun dari pasar saham Indonesia hanya 15 triliun. Dalam waktu 8 bulan sudah habis. Bayangkan, anda memberi anak anda 15 trilun awal tahun 2022. Pada desember 2022 anda minta laporan pertanggungjawaban. Ternyata uangnya sudah habis dan meninggalkan utang di pinjol sebesar 25 triliun ! Kemana aja uangnya ?
Sebenarya Tokopedia ini bingung. Kalau dia stop bakar uang, maka omzetnya akan merosot. Kalo merosot, dia akan kekurangan uang untuk membayar biaya operasional. Kalo gak mampu bayar hutang akan dipailitkan. Dan ambruklah Unicorn yang dibangga-banggakan itu. Heran ! Anak nakal kok dibanggakan. Ini anak sudah banyak menghabiskan duit orangtuanya !
Siapa yang bakalan terkena dampak bangkrutnya tokopedia ? Beberapa orang, tapi toh liffe must go on. Manusia akan tetap bertahan hidup dan mencari cara lainnya. Beberapa orang akan terguncang, tetapi kemudian berjalan normal lagi. Itulah kehidupan. Ada hari yang baik dan juga ada hari yang buruk.
Ketika kita berjualan di dunia nyata, gak ada yang namanya COD. Ada uang ada barang. Minta dikirim, barang harus lunas dulu ! Ongkos kirim ditanggung pembeli. Ini hukum dagang yang akan tetap berlaku sampai kapan pun juga. Gak mau, gak usah beli. Beli aja sendiri di online. Emang cuman kamu aja yang beli di tempatku ? Penjual juga berhak memilih pembeli. Yang cengli boleh masuk yang lebay cari tempat lain saja !
Jualan makanan atau minuman memang untungnya besar ! Dengan catatan dagangannya habis. Kalau cuman habis setengah, dihitung rugi. Memang bahan baku-nya impas, tapi ongkos bensin, ongkos kerja tetep boncos. Secara nominal memang tidak kelihatan, Soalnya yang kerja kita sendiri. Kalo pakai pegawai baru kelihatan minusnya.
Jualan sembako cenderung laku, tapi sembako itu bisa basi ! Telor bisa pecah, beras bisa blawuken dan kutuen. Minyak ada yang tumpah ketika dibungkus. Pecah dua telor, habis batine. Jualan 1 karung beras, untungnya gak bisa buat beli beras 1 kg. Dan modal jualan sembako itu besar. Gak mati 10 juta. Untungnya paling cuman 500 ribu saja. Kalo habis dalam waktu 1 bulan…… Itu untung atau rugi ?
Bayangkan, Modal 10 juta, profit cuma 500 ribu. Kalo rusak, anggap saja dipotong 50%. Rugi kita sudah 5 juta. Apakah ini judi ? Tidak, ini lebih buruk dari judi. Judi saja peluangnya 50-50. Taruhan 500 ribu. Kalo untung dapat 500 ribu juga. Kalau rugi juga 500 ribu. 1 banding 1. Hanya saja yang namanya judi itu tidak bisa diprediksi. Benar-benar faktor keberuntungan.
Trading Forex tidak demikian. Pergerakan harga bisa diprediksi dengan peluang terbaik 70 banding 30. Dalam 10 kali tebakan, benar 7 kali, salah 3 kali. Bahkan rasio kerugian dan keuntungan pun bisa diatur 1 banding 2 sehingga probabilitasnya saat ini menjadi 14 banding 3. Agar tidak terlalu muluk, anggap saja 10 banding 3 !
Trading Forex itu Ada Ilmu-nya, Bukan Buy dan Sell Saja
Faktanya, semua orang yang coba-coba di Forex akan kehilangan uangnya. Akan loss uang dalam waktu 1 tahun, minimal 3 tahun rajin depo. Kenapa ? Karena trading forex itu ada ilmunya. Banyak yang harus dipelajari, teorinya gak akan habis dalam waktu 1 tahun. Dan yang lebih sulit adalah jam terbang. Ilmu ini tidak bisa dibeli dengan uang dan tidak bisa diajarkan mentor. Harus dipelototi tiap hari, dialami sendiri.
Untuk berhasil trading forex, satu-satunya cara adalah belajar teorinya dan praktek setiap hari. Untungnya, dalam tahap ini kita bisa menggunakan Demo Akun sehingga tidak sampai kehilangan uang. Tetapi juga menjadi kelemahannya, demo akun sering diremehkan dan tidak diseriusi. Inilah alasannya forex itu bisnis yang sulit dikerjakan.
- Belajar teori tanpa praktek = loss.
- Langsung praktek tanpa teori = loss.
- Belajar teori dan praktek = loss.
- Belajar teori dan praktek setiap hari = loss
- Belajar teori dan praktek setiap hari selama 1 tahun = mulai profit
- Belajar teori dan praktek setiap hari selama 3 tahun = profit konsisten, loss sekali-kali
Jadi, jika anda berpikir untuk bisa menghasilkan uang dalam waktu cepat dari Forex… Buang ekspektasi itu karena tidak realistis. Gak ada yang seperti itu. Trader sukses pun tidak ada yang profit dalam waktu 1 bulan. Siapakah saya ? Bukan siapa-siapa. Kok bisa mikir gitu ? Karena belum tahu pasar ! Rumput tetangga memang lebih hijau !
Jadi, materi apa yang harus saya pelajari di Forex ini ?
- Struktur Market
- Support dan Resisten
- Mindset dan Karakter
Trading Forex itu sederhana tapi sulit. Susah tapi mudah. Pilhannya hanya buy dan sell saja. Harga naik dan harga turun. Pada awalnya ruwet, namun akhirnya hanya perlu tarik 2-3 garis saja. Semakin sederhana mapping-nya semakin profesional tradernya. Intinya adalah kelogisan cara berpikir kita.
Mengapa kita yakin harga akan naik ? Apa alasannya ? Karena A, karena B, karena C. Karena trend-nya naik, karena harga berada di area support, karena candlestick-nya pinbar. Berapa peluangnya ? 80 banding 20. Artinya 80% profit, 20% loss. Artinya kemungkinan kita benar 80%, kemungkinan analisa kita salah 20%.
Mindset yang benar itu adalah tidak ada yang 100% di dunia trading. Selalu ada kemungkinan harga berbalik arah. Mindset yang benar itu adalah menggunakan stop loss untuk menghindari Margin Call. Mindset yang benar adalah menggunakan risk management 1-2% dari modal. MIndset yang benar adalah memasang order dan melupakannya, bukan melihat candlestick terus-terusan.
Ketika menang, kita tidak songong dan terlalu percaya diri. Menggangap diri kita jago dan analisa selalu benar. Ketika kalah, kita berhenti trading sejenak, melihat dari sudut pandang yang netral dan mencari penyebabnya. Ketika kalah tidak panas dan balas dendam. Ketika menang tidak serakah. Itulah proses pembentukan karakter dalam trading. Berani membuat analisa dan entry serta exit berdasarkan analisa. Ini adalah bagian yang tersulit. Pembentukan karakter ini belangsung seumur hidup.
Selama 2 bulan mempelajari trading forex, hidup saya benar-benar tidak tenang. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Padahal uang yang saya resikokan cuma 1 juta rupiah. Itupun belum habis, masih ada 500 ribu. Dibandingkan dengan modal jualan online, dana ini gak ada apa-apanya. Saya pake akun ultra micro, dimana sekali entry cuma 0,001 lot. Kalo profit paling dapat 5.000 rupiah, kalo loss juga sekitar 1000 rupiah sampai 5.000 rupiah saja. Sangat kecil sekali. Bahkan untuk bayar parkir saja masih kurang.
Tetapi kenapa tekanan pikiran dan mentalnya begiu besar, bahkan sampai tekanan darah saya naik sampai 180. Nek dipikir-pikir….gak realistis blas ! Tetapi kenapa bisa begini ? Apalagi kalau pakai dana yang lebih besar….isa jantungen aku. Mungkin karena manusia itu tidak suka kekalahan. Tidak apa-apa sekali-kali kalah. Tapi kalau setiap kali kalah, bahkan tidak pernah menang sama sekali, benar-benar menghancurkan pikiran dan semangat. Salah terus ! Salah lagi ! Salah lagi ! Salah...salah...salah...salah….sampai pada satu titik dimana saya takut untuk pencet tombol buy/sell.
Akhirnya saya membuka akun demo untuk belajar pencet tombol buy dan sell. Belajar forex itu ternyata ada dua topik penting. Otak dan emosi. Ketika emosi mendominasi, maka otak berhenti bekerja. Emosi lebih kuat daripada otak. Ketakutan lebih mampu mengendalikan tindakan kita. Keserakahan lebih kuat daripada logika kita. Demo mengajarkan kepada saya untuk memisahkan otak dan emosi. Akun riil menguras emosi dan pikiran kita. Sementara akun demo hanya menguras pikiran kita.
Sebagai trader pemula, saya tidak sanggup untuk belajar mengendalikan pikiran dan emosi sekaligus. Apalagi setiap hari….tubuh saya tidak kuat. Mungkin disinilah tugas seorang mentor atau pelatih. Mereka melatih dasar dulu sampai benar-benar kuat, baru kemudian belajar koordinasi. Step by step. Bahkan pemain berbakat pun harus latihan dasar setiap hari ! Latihan yang sama sampai muntah-muntah.
Trading Forex dikatakan judi karena orang awam yang tidak berlatih langsung deposit dan pencet buy dan sell. Jelas mereka babak belur ! Seperti petarung jalanan yang langsung dinaikkan ke atas ring tinju melawan juara dunia. Lawan kita di forex itu kelas berat semua : Trader profesional, institusi keuangan, bank dan pemerintah. Transaksi mereka bukan 1 lot atau 10 lot. Sekali open posisi minimal 1.000 lot. Rata-rata ratusan ribu lot. Itulah yang menggerakan candle. Kita adalah setetes air melawan lautan.
Pada intinya, trading forex yang benar adalah :
- Membaca gerakan “Market Maker” dan mengikuti mereka
- Melihat reaksi pasar dulu baru kita melakukan aksi
STRUKTUR MARKET
Pada dasarnya hanya ada tiga kondisi pasar :
- Uptrend = Buy
- Downtrend = Sell
- Sideways = Buy di Support, Sell di Resisten
Ketika kita melihat youtube, kita akan merasa trading forex ini kok gampang. Kalo grafiknya naik, kita pencet buy, kalo grafiknya turun, kita pencet sell. Dan hasilnya sering Loss daripada profit. Kenapa ? Karena ada yang namanya timeframe, M5, M15, H1, H4, D1 dll.
Seringkali antar timeframe ini bertentangan. Yang satu naik, satunya turun. Dan kita pun bingung memilih yang benar. Di Buy harga turun. Di Sell harga naik. Menganlisa struktur pasar adalah rahasianya. Dan ini tidak mudah. Trader profesional sering benar, tapi juga bisa salah membaca trend. Apalagi pemula yang baru trading beberapa hari. Jelas ngawur narik garisnya.
Saya membutuhkan waktu 1 bulan untuk bisa menarik garis trend dengan benar. Itu setiap hari buka semua pair, corat-coret di Metatrader. Bayangkan, untuk bisa tahu struktur market saja butuh latihan setiap hari selama sebulan ! Iya, untuk tarik trendline saja ! Bukan untuk menentukan titik entry dan titik exit.
Dari chart kosong sampai bisa menarik garis trendline, saya membutuhkan waktu 5 menit. Sementara Pak Eko Bagus Setiawan hanya butuh waktu kurang dari 1 menit. Kok bisa ? Karena jam terbangnya lebih tinggi dari jam terbang saya. Semakin banyak latihan, semakin mahir kita membaca struktur pasar. Dan ini adalah satu-satunya cara untuk bisa trading forex.
Lebih jauh lagi, struktur pasar itu bukan hanya uptrend dan downtrend saja. Masih banyak yang perlu dipelajari, seperti :
- Base atau order block.
- COC (Change of Character) atau BOS (Break of Struktur)
- Chart Pattern
Base adalah area harga dimana berkumpulnya buyer/seller. Tidak semuanya bisa dianggap base. Untuk menentukan base pun perlu latihan setiap hari. Ada base yang baik dan juga ada base yang jelek. Ada base asli dan juga ada base palsu. Darimana kita bisa tahu base yang baik ? Tentu saja dari pengalaman.
Hebatnya, dalam dunia trading, tidak ada base yang persis dalam contoh buku. Berubah-ubah setiap saat. Konsepnya sama, tetapi prakteknya berbeda. Gak isa nyontek buku.
BOS adalah saat dimana pasar akan berubah arah, dari buy ke sell atau sebaliknya dari sell ke buy. Masalahnya adalah kapan tepatnya pasar akan berubah ? Misalnya sudah terjadi Break of Struktur jam 19.00, dari downtrend ke uptrend. Apakah pasar langsung berubah arah ? Tidak bisa dipastikan. Apakah 1 jam lagi ? Tidak tahu. Apakah harga sudah paling bawah ? Belum tentu. Breakout bisa terjadi 10 jam lagi, atau bisa berhari-hari kemudian. Hanya bandar yang tahu ! Ketika likuiditas pasarnya sudah terkumpul banyak.
Ketika bandar masuk pasar dengan ribuan lot. Bisa dipastikan akan ada 90% trader yang LOSS dan 10% trader yang profit. Di dalam pasar itu pemainnya :
- Bank
- Institusi keuangan swasta
- Trader profesional
- Trader perorangan
Dan hukum rimba berlaku, dimana yang kuat memakan yang lemah. Persaingannya bukan antar pemain saja. Tetapi juga antara bank. Bank A pilih Buy, sementara bank B pilih Sell. Sama dengan kita yang bertarung antar trader receh. Dimana ada yang menang, di situ ada yang kalah. Bedanya hanya jumlah lot saja. Kalau kita main 0,01 lot, sementara bank dan institusi keuangan swasta mainnya 10.000 lot.
Trading itu jual beli barang. Bukan hanya sekedar angka dan grafik. Ada bentuk fisiknya, walaupun cuma bentuk digital. Tapi yang ditransaksikan itu barangnya benar-benar ada. Sebagaimana kita membeli dollar di money changer. Ketika kita mau membeli $1.000.000, kesulitannya adalah mencari money changer yang punya stok.
Sama halnya dengan trading forex. Big player harus mencari area dimana banyak stok barang. Ketika ordernya tidak tercukupi, maka harga akan naik. Sampai di area base yang punya banyak order sell dan stop loss. Ketika harga mencapai titik itu, maka grafik akan bergerak cepat dan liar karena order yang mengambang terpenuhi, pending order berjalan dan beberapa stop loss tersentuh.
Para pemain besar itu buka dua order sekaligus. Buy dan Sell. Ada konsumen yang mau membeli dollar dan juga ada yang mau menjual dollar. Tugas bank menyediakan dan menjual barang. Itulah sebabnya mereka memasang dua order yang bertentangan di titik support dan resisten. Tergantung konsumennya, mau jual di harga berapa dan mau beli di harga berapa.
Bagi banyak orang, teknik trading ini disebut sebagai Supply and Demand. Ketika kita menekuni dunia trading, kita akan mengenal banyak teori seperti Price Action, Smart Money Concept, ICT dan lainnya. Intinya sama, hanya berbeda istilahnya.
Trading itu harus logis, kita sebenarnya berhadapan dengan manusia, bukan dengan angka atau grafik. Inilah masalah terbesarnya, karena hampir semua trader malah menggunakan emosinya. Jika kita tidak bisa menjawab dengan logis disertai alasan yang kuat ketika open posisi. Berarti kita masih menggunakan perasaan.
Mindset dan Psikologi Trader
Emosi adalah senjata dan kelemahan terbesar kita. Semua orang, bahkan trader profesional pun tidak bisa tidur tenang ketika baru open posisi. Tidak ada yang bisa meramal 100% arah pasar. Bedanya, trader profesional bisa menerima kekalahan dengan lapang dada. Mereka tahu dalam trading forex kemungkinannya 50-50. Tugas mereka adalah membuat rencana trading. Ketika salah, mereka segera merubah posisi lawan arah dari planningnya. Kalo plan A salah, dengan kepala dingin mereka switch ke plan B.
Sementara kita, ketika salah…malah tambah open posisi lagi. Kita merasa bahwa pilihan kita benar atau akan menjadi benar. Bukannya cut loss, kita malah tambah lot. Setelah cut loss pun kita masih stress berhari-hari lamanya. Sebenarnya, ini adalah tahapan yang harus dilalui semua trader. Para profesional pun dulunya adalah pemula. Mereka juga merasakan apa yang kita rasakan saat ini.
Banyak yang memutuskan berhenti trading forex, hanya sebagian kecil yang akhirnya sukses trading for living. Dan menurut saya, proses pembentukan mindset dan emosi ini sangat amat berat. Dari pengalaman beberapa trader yang saya lihat di Youtube, harga yang harus mereka bayar sangat mahal. Ada yang livernya bengkak, ada yang sampai kena serangan jantung, ada yang sampai diusir dari rumah karena menghabiskan banyak uang keluarga.
Tapi, setelah 3 tahun lebih berjuang, umumnya 5 tahun. Mereka bisa menuai hasilnya. Lebih sering WD daripada Depo. Saya yang baru 3 bulan ini belajar trading mulai memperlambat proses belajar saya karena sudah mengarah ke jalan yang salah. Tujuannya Trading for Living malah jadi Living For Trading.
Seharusnya, kita menganalisa candlestick, menggambar area buy dan sell, pasang pending order di sana dan ditinggal. Ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Setelah open posisi, liat monitor terus, berharap harga bergerak sesuai order saya. Di Buy harus naik, di Sell harus turun. Emang Market punya kita ?
Itulah yang namanya psikologis kita kena. Dalam sekejap otak kita berhenti bekerja, dan seluruh keputusan kita tidak rasional. Jika terus menerus seperti ini, maka hidup kita pasti akan menderita. Satu-satunya cara untuk keluar dari lingkaran setan ini adalah dengan merubah pikiran dan karakter kita. Ini sulitnya luar biasa !
Jika anda punya pilihan selain trading Forex, maka lebih baik ambil pilihan itu. Untuk bisa berhasil di dunia ini butuh waktu lama dan perjuangan berat. Banyak memakan perasaan dan pikiran walaupun nanti hasilnya sebanding. Ingatlah bahwa hanya 5% orang yang berhasil di dunia trading ! Bukan kata saya, tetapi kata sejarah yang sudah teruji.
Satu-satunya cara merubah karakter dan mindset adalah terjun langsung. Gak bisa pake akun demo, gak bisa membaca buku saja dan gak isa bayar mentor mahal. Pertarungannya satu lawan satu. Anda dengan market !
Teori di buku tidak akan sama dengan praktek lapangan. Pasar uang itu sangat dinamis. Apa yang dulu bisa diterapkan, sekarang tidak akurat lagi. Apa yang sekarang mujarab, tidak akan manjur lagi beberapa bulan kedepan. Bentuk grafiknya memang agak berbeda, tetapi pada hakekatnya sama dengan teori yang kita baca. Satu-satunya cara menentukan ini false atau true breakout adalah berdasarkan pengalaman atau jam terbang.
80% Psikologi.
Perang sesungguhnya ada di pikiran dan perasaan ! "
Sebaliknya, langsung praktek tanpa tahu teorinya sama saja dengan buang-buang uang. Trading itu sangat logis. Harga naik turun digerakkan oleh orang pintar yang digaji mahal oleh perusahaan internasional. Harga tidak bergerak sembarangan atau secara acak. Harga sudah diatur bandar. Pergerakan bandar ini bisa serempak karena mereka mempelajari teori yang sama.
Misalnya kita ambil posisi Buy. Tentunya sudah ada Stop Loss dan Target Profit. Target Profit biasanya ada 3, TP1, TP2 dan TP3. Jarang sekali orang-orang mentargetkan sampai TP4. Nah, pada TP3 ini, di titik maksimalnya, para BIG Guys sudah pasang Sell Limit. Sama persis dengan teori Elliot Wave yang ada 3 wave impulsif dan 2 wave koreksi. TP 1 untuk wave 1, TP2 untuk wave 2 dan terakhir TP 3 untuk koreksi.
Ini teorinya, sederhana bukan ? Tetapi ketika kita praktek…tidak akan bisa menerapkannya. Kenapa ? Karena tidak punya pengalaman. Begitu open posisi langsung takut. Begitu profit langsung takut. Takut kalah dan takut kehilangan profit. Tidak entry posisi juga takut analisanya benar. Memang, dalam dunia trading ini lebih banyak penyesalannya daripada kebahagiannya :
- Menyesal karena tidak entry posisi
- Menyesal karena entry posisi
- Menyesal karena cut loss
- Menyesal karena ambil profit sedikit
- Menyesal karena tadi tak ambil profit
- Kapan bahagianya ?
Ketika kita tidak euforia waktu profit dan tidak sedih waktu loss, berarti karakter dan mindset kita sudah benar. Dan faktanya, tidak ada yang bisa sempurna menguasai emosinya sendiri. Trading Forex adalah pembelajaran seumur hidup ! Akan tiba masanya ketika kita open posisi lebih sering untung daripada boncos-nya. Itu Pasti !
Tapi….belajarnya tahunan bos !! Bukan sebulan langsung profit ! Bukan setahun langsung kaya raya ! Itu imajinasi anda, bukan realita sebenarnya….
Share this content