SOUL SURVIVOR, Memulihkan hati yang dikecewakan oleh gereja

Sekali lagi, Philip Yancey membuktikan keahlian menulisnya melalui buku Soul Survivor. Satu hal yang saya sukai dari penulis buku rohani ini adalah kejujuran dan caranya yang blak-blakan dalam menulis. Setelah membaca buku The Jesus I Knew, saya jatuh cinta dengan Philip Yancey ini. Pemikirannya yang berbedadari pada penulis-penulis buku rohani lainnya membuat setiap kata-kata menjadi Firman Yang Hidup. Dia menulis dengan hatinya, pengalaman hidupnya, dan pergumulannya. Mungkin yang membuat saya cocok dengan dirinya adalah kesamaan pergumulan hidupnya. Yancey selalu menulis mengenai kesengsaraan, penderitaan, dan pertanyaan-pertanyaan mengenai kasih serta keadilan Tuhan. Lihat saja buku-bukunya :

  1. Mencari Tuhan yang tak terlihat (Reaching for invisible God)
  2. Dimanakah Tuhan ketika kita menderita (Where is God when it Hurt ?)
  3. Kekecewaan kepada Tuhan (Disappointment With God)
  4. Keajaiban Kasih Karunia (What’s so amazing with grace)

Hampir semua bukunya membahas mengenai pencarian manusia mengenai kebenaran atas kejadian-kejadian buruk yang menimpanya. Entah itu ditinggal mati orang yang dikasihinya, cacat yang dialaminya, kemiskinan yang melanda seluruh penjuru dunia, atau keberadaan Tuhan itu sendiri.

Kecewa dengan Tuhan dan Gereja

Dalam Soul Survivor ini, Philip Yancey mengupas mengenai kekecewaan terhadap Gereja sebagai perwujudan Tuhan di muka bumi. Secara tidak langsung, kecewa terhadap gereja akan berakibat kekecewaan terhadap Tuhan itu sendiri. Entah itu kecewa terhadap pendeta, kecewa terhadap gembalanya, ataupun kecewa terhadap orang tuanya yang menjadi pelayan Tuhan. Baik di mata jemaatnya namun tampak buruk di dalam keluarganya. Rasa kecewa ini, jujur saya akui, akan dialami oleh semua umat Tuhan dimanapun mereka berada. Tidak jarang kepahitan ini membuat orang meninggalkan imannya, gerejanya, bahkan berpindah ke agama lain (Namun saya yakin dalam agama manapun, mereka pasti akan bertemu kembali dengan penyakit sakit hati ini! Tinggal menunggu hari saja.) Banyak orang kristen yang memendam rasa kecewa ini, namun hanya sedikit saja yang berani untuk menghadapinya. Jika tidak, maka tidak akan banyak aliran-aliran baru, ataupun denominasi baru yang bermunculan di sekitar kita. Cobalah untuk menelaah lebih lanjut dan sedikit terbuka untuk mempertanyakan alasan mendasar yang menyebabkan terjadinya perpecahan di tubuh Kristus ini.

Seperti kebanyakaan orang kristen rohani lainnya, ketika mengadapi orang yang kecewa terhadap gereja, mereka akan mati-matian berusaha untuk membelanya. Yang lebih menjengkelkan lagi, orang kudus ini malah menyuruh kita untuk intropeksi diri kita sendiri dan pada akhirnya menyalahkan kita. (Huh!!! Meyebalkan !) Pesan yang sama yang selalu mereka sampaikan, bahwa gereja, pendeta, gembala, dan pelayan Tuhan tidak bisa salah ! Padahal, bukan itu yang ingin kita dengarkan. Seolah-olah hanya kita seorang saja yang aneh dan bersalah. Suka atau tidak, inilah wajah-wajah bertopeng suci yang kita temui sehari – harinya di rumah Tuhan. Untungnya, pergumulan orang-orang yang sakit hati, orang-orang yang kecewa terhadap gereja atau pendetanya ini juga dialami oleh sang penulis. Dan kabar baiknya, Philip Yancey memberikan sebuah sudut pandang yang sama sekali baru untuk melihat permasalahan ini. Soul Survivor berhasil membuka mata dan pikiran saya serta memberikan jalan keluar untuk menghadapi rasa kecewa saya terhadap hamba – hamba Tuhan (yang munafik dan memuakkan) ini !

Hal yang menarik dari buku Soul Survivor ini adalah isinya yang menceritakan pergumulan-pergumulan rohani yang juga dialami oleh orang-orang besar yang berhasil mengubah dunia. Pertama-tama, kita akan bertemu dengan Martin Luther King, Jr. “Jika memang Tuhan itu penuh kasih dan keadilan, tentunya itu bagi orang kulit putih” adalah pergumulan dan kekecewaan yang dihadapi King di jamannya. Mungkinkah Yesus yang baik bagi kulit putih bertindak berbeda terhadap mereka yang berkulit hitam yang sama-sama ciptaannya ? Apakah orang berkulit hitam adalah ciptaan Tuhan yang gagal dan ditakdirkan untuk menjadi budak seumur hidupnya ? Tidak bolehkan “orang berwarna” menginjakkan kakinya di rumah Tuhan ? Bolehkah Martin Luther King, Jr merasa kecewa terhadap gereja ?

Syukur kepada Tuhan, dia menghadapinya dan berhasil membuka mata “orang-orang suci” ini bahwa Tuhan yang disembah orang yang berkulit putih adalah Tuhan yang sama yang disembah oleh orang berkulit hitam. Bagaimana King mengatasi rasa kecewanya terhadap gereja di jamannya ?

Perjalanan mencari solusi terhadap masalah kecewa ini berlanjut kepada Leo Tolstoy, Feodor Dostoevsky, Mahatma Gandhi, Everett Koop, Shusaku Endo, dan delapan orang besar lainnya. Bagi saya, lebih mudah untuk membaca biografi orang yang berhasil menyelesaikan pergumulan hidupnya daripada membaca ayat-ayat alikitab yang mengutuk mengenai kekecewaan dan menyalahkan sakit hati yang kita alami. Seolah-olah kita harus menjadi robot rohani yang tidak boleh mempunyai emosi dan  hati. Jika Tuhan memang menciptakan perasaan, sudah sepantasnya kita berhak merasakan senang, sedih, marah, gembira, dan juga kecewa !

Buku Soul Survivor ini harus dibaca oleh orang-orang yang pernah kecewa dan sakit hati terhadap gereja ataupun terhadap pendetanya. Jika orang-orang besar dalam buku ini juga pernah mengalami apa yang kita alami, maka rasa kecewa ini adalah wajar dan alamiah. Dan jika mereka maju untuk menghadapi sakit hatinya berhasil untuk mengubah lingkungan pada jamannya (dan bahkan sampai saat ini), maka rasa kecewa ini adalah hadiah terbesar yang pernah diberikan Tuhan kepada kita. Saya rasa, Soul Survivor adalah satu-satunya buku yang memberikan solusi untuk memulihkan hati yang telah dikecewakan oleh Gereja !

Kabar Burung Tentang Dunia Lain
Surga ?? Neraka ?? Apakah kedua hal ini nyata atau abstrak ? Apa kata Philip Yancey ?

Share this content