Keadilan atau Kompensasi untuk Dini Sera Afrianti ?
Pertanyaannya, apakah Ronald Tannur membunuh Dini ? Apakah ini pembunuhan berencana atau pembunuhan tak berencana ? Atau kecelakaan ? Siapa yang bisa memutuskan atau menyimpulkan ? Masyarakat ? Korban ? Tersangka ? Polisi atau hakim ? Kalau berdasarkan suara terbanyak, maka jadinya hukum rimba. Dan masyarakat tuh angin-anginan. Pagi sore, siang tempe, malam tahu. Kalau berdasarkan sistem hukum, maka dianalisa polisi dan diputuskan hakim. Pengadilan adalah tempat paling ideal untuk memutuskan kasus ini. Tapi… apakah ada keadilan di pengadilan ?
Kasus Ronald Tannur dan Dini Sera Afrianti
Secara singkat, kedua orang ini pergi ke blackhole KTV di Lenmarc. Rasanya mereka bertengkar mulut dan tentu saja yang kaya yang menang. Di sana terjadi kekerasan yang mengakibatkan meninggalnya Dini.
Ronald Tannur ini anak orang kaya tajir melintir. Bapaknya anggota DPR. Sedangkan Dini ini anak orang tak punya yang berwajah cantik. Mungkin, Dini ini difasilitasi untuk tujuan yang baik. Dikasih sangu, disewakan apartemen dan dipenuhi kebutuhan biologisnya supaya setia dan sayang dengan dirinya.
Tapi, mana ada burung yang bahagia…sekalipun dikurung di sangkar emas. Apalagi kecenderungan seorang wanita adalah petualangan dalam segala hal. Apalagi jaman sekarang. Kalau burung bisa main HP, buka IG atau whatsapp, pasti betah di dalam sangkar. Beda dengan manusia yang tidak pernah puas dengan keadaannya. Walaupun indomi itu enak, kalo makan setiap hari pasti bosan juga. Walaupun Yoshinoya itu super enak, bosen juga kalo pagi siang sore makan tuh US Beef.
Analisa saya, si Dini tuh punya PIL dan akhirnya ketahuan sama gadunnya. Dan tolong…ini imajinasi saya…bukan fakta sebenarnya. Cerita di atas benar, tapi yang ini kebawah hasil detektif-detektifan seorang penulis awam.
Inilah salah satu bedanya wanita dengan pria. Umumnya pria bisa menerima wanita apa adanya. Dan lebih bucin dari wanita. Ketika pria memutuskan untuk serius dengan seorang wanita. Maka dia akan melakukan apa saja untuk menyenangkannya. Dimulai dari menyediakan kebutuhan dasarnya sampai hal-hal yang dia impikan. Pria tidak terlalu mementingkan latar belakang wanita yang dicintainya. Entah dia itu mantan orang miskin, mantan anak nakal atau mantan pemandu karaoke. Yang lalu sudah berlalu, dan sudah tak lupakan. Sekarang kita memulai kehidupan baru untuk hal-hal yang lebih besar.
Tapi, namanya pria itu juga makhluk hidup ber-”titid” yang gampang tegak lurus memberi hormat kepada setiap wanita yang cantik dan berpakaian seksi. Kalo jelek tapi seksi pun masih bisa hormat setengah tiang. Disentil sedikit langsung hormat tegak lurus. Apalagi kalau dompetnya tebel…. Gunung setinggi apapun pasti didaki untuk memasuki lembah yang dalam dan memuaskan adrenalinnya. Tapi cuman sebatas itu… setelah kadar testoteronnya turun, dia akan kembali ke wanita yang dicintainya…dengan tampang tak berdosa !
Bagi seorang lelaki. Nafsu adalah kebutuhan primer seperti makan pagi, makan siang dan makan malam. Ini kodrat dan kutukan.
Sementara wanita itu makhluk yang terikat masa lalu dan mendambakan masa depan yang penuh tantangan. Wanita banyak keinginan dan menuntut kesetiaan plus gampang berubah tergantung arah angin. Wanita hidup dalam fantasi dan barang siapa dapat memanfaatkan fantasi ini akan mendapatkan apa saja. Benar ! Apa saja ! Termasuk hati dan tubuhnya.
Pendeknya, wanita itu membutuhkan pria yang bisa menjadi :
- Donatur
- Curhat
- Cabe-cabean
Dan jarang sekali pria yang memiliki ketiga karakteristik ini sekaligus. Pria kaya jelas tidak memiliki banyak waktu. Yang bisa mereka lakukan adalah menyewakan apartemen dan kasih uang jajan kepada wanitanya. Kalo si gadun lagi kepingin, dia akan mampir ke apartemennya dan cabe-cabean sebelum pulang kerumah. Tentu saja orang kaya itu perhitungan. Kalo gak pinter perhitungan, gak mungkin jadi kaya kan.
Pada awalnya semuanya bahagia. Yang satu jadi wanita selebgram, yang satunya mendapatkan gairah seksual yang telah lama mati. Seiring berjalannya waktu, yang wanita merasa seperti toilet umum. Di sinilah awal mulanya. Sebagai toilet yang dulunya diam, sekarang mulai meminta dan menuntut. Tentu saja kalo gak dipenuhi bisa ngondok. Tau kan gimana wanita ngambek ? Jatah tidak dikasihi dan bagi yang pernah ngidam tapi tokonya tutup bisa tau bagaimana kecewanya.
Tinggalkan pergaulan buruk, buat keputusan dan rencana. "
Mulailah dikeluarkan biaya sewa apartemen, struk gofood, pelunasan pinjol yang terjadi bertahun-tahun lalu. Semuanya punya dasar yang kuat untuk berdebat dan biasanya diakhiri dengan pertarungan ranjang yang lebih bergairah karena adernalin yang sama-sama memuncak. Sekali, dua kali, tiga kali dan akhirnya menjadi piring terbang, ranjang terbang dan banting-bantingan.
Laki-laki kan makhluk rasional, sementara wanita kan makhluk emosional. Laki-laki bisa dengan mudah mengalihkan pikirannya ke tempat lain…misalnya fokus di kerjaan. Main golf atau hang out dengan teman-temannya. Tapi, si burung dalam sangkar ini gak isa kemana-mana bukan. Sialnya….jaman semakin canggih. Ada whatsapp…. Ada tiktok…. Ada instagram dan juga ada buaya !
Mana enak curhat sama hape terus-terusan ? Emang bisa apa si HP ? memang bisa ngomong balik… tapi kan gak pegang-pegangan ? Beda kan ngomong sama benda dingin sama benda anget yang bisa molor-molor ? Di sinilah munculnya tokoh ketiga yang bernama mas buaya.
Salah besar kalau laki-laki berpikir bahwa wanita itu anti seks. Sebaliknya, wanita itu doyan seks. Sama seperti laki-laki. Bahkan nafsu wanita itu jauh lebih besar dari pria. Dan juga jauh lebih kuat. Pria sekali muncrat bisa langsung lemes. Dua kali muncrat wes loyo. Wanita bisa muncrat berkali-kali malah tambah kuat. Bagi anda, para pria yang merasa kehidupan seksualnya tidak seperti ini berarti anda harus belajar lagi. Kalau pasangan anda tidak suka seks atau tidak pernah minta jatah, maka anda telah melakukan kesalahan yang bisa berakibat fatal.
Dulu saya juga memiliki konsep bahwa wanita itu tidak doyan seks. Wanita itu gak nafsuan. Setelah saya belajar dari guru, buku dan suhu di discord. Maka saya mendapatkan pencerahan yang merubah hidup saya. Adegan di filim-film itu benar-benar nyata dan wajar. Bisa ae baru kenal sebentar langsung ajak ke hotel untuk cabe-cabean. Gimana caranya ? Ubah pola pikir kita, idealisme kita dan pahami fantasi wanita.
Untungnya….saya tidak belajar untuk hidup dengan gaya pergaulan bebas. Salahnya, tulisan ini seharusnya tentang keadilan atau kompensasi bagi Vina. Dan saya telah melenceng jauh dari topik yang ingin saya tulis….walaupun sebenarnya tidak terlalu jauh.
Mengharapkan Keadilan di Indonesia
Kesan yang saya dapatkan beberapa tahun terakhir ini tentang keadilan di Indonesia adalah tidak ada keadilan bagi orang miskin dan rakyat biasa:
- Kasus Sambo
- Kasus Indosurya
- Kasus Vina Cirebon
- Kasus Dini Sera
- Kasus kopi sianida Jessica
Kasus Ferdy Sambo ini membangongkan. Jabatannya adalah Kadiv Propam Polri. Propam adalah divisi yang menangani polisi nakal. Istilah singkatnya polisinya polisi. Nah…pak Ferdy Sambo ini kepalanya propam. Direkturnya, bos gede ! Kelasnya paling top. Polri bro ! Bukan polres atau polda.
Apa jadinya kalo si bos ini melanggar hukum ? Yang pasti, gak akan ada yang berani protes. Gak akan ada yang berani melawan. Bos kok ! Mau ngapain aja terserah…. Kalau bos-nya sak karepe dewe. Gimana dengan anak buahnya ? Tentu saja ada yang tetap lurus, tapi jauh lebih banyak yang nyeleweng. Bos jahat, pegawai juga jahat. Gimana kalo bosnya baik ? Apakah pegawainya baik semua ? Tidak. Selalu ada orang jahat.
Bedanya, kalau bosnya baik, para pegawai baik berani protes. Dan pegawai jahat gak berani terang-terangan. Kalau bos jahat, pegawai baik menderita dan pegawai jahat makin merajalela. Bos jahat gak berani mentegur karena “kartu as”-nya terbuka. Hanya tinggal menunggu waktu saja institusi ini akan hancur, walau dari luar tampak gagah perkasa.
Sementara kasus Indosurya adalah investasi bodong. Jumlahnya 106 Triliun dengan jumlah korban 23.000 orang. Pelakunya Henry Surya yang divonis bebas oleh hakim. Kasus ini berjalan seperti kura-kura dari tahun 2020 sampai 2022. Kemudian masuklah Alvin Lim menangani kasus ini dan berakhir dengan vonis 18 tahun penjara untuk Henry Surya pada Mei 2023. Sayangnya setelah kasus ini selesai dengan happy ending, Alvin Lim juga dijebloskan penjara oleh “tangan tak terlihat” dengan tuduhan yang tidak dapat dibuktikan.
Inti kasus Vina Cirebon ini adalah kecelakaan atau pembunuhan. Ada 2 laporan polisi yang dibuat bersamaan.
- Berkas kecelakaan tunggal yang dibuat oleh Polres Cirebon Kabupaten
- Berkas pembunuhan yang dibuat oleh Polres Cirebon Kota
Kenapa bisa ada dua berkas untuk orang yang sama ? Ini yang aneh. Kenapa bisa ada dua cerita yang berbeda untuk orang yang sama ? Berkas Polres Cirebon juga masih ada dan tidak dicabut. Juga tidak ditarik ke Polda. Artinya berkas ini tetap sah. Berkas kecelakaan ini berkas pertama.
Saya penasaran dan mempelajari kasus ini dari youtube. Saya lihat penjelasan Susno Duaji mantan Kabareskim, Reza Indragiri psikologi forensik, Dedi Mulyadi vlogger yang mewawancarai saksi-saksi. Juga melihat sidang PK Saka Tatal. Kesimpulan yang saya ambil sih lebih mengarah ke kecelakaan tunggal. Lantas, mengapa bisa jadi pembunuhan berencana ?
Lebih banyak ahli yang mengatakan bahwa prosedur penyelidikan yang dilakukan Iptu Rudiana tidak sesuai prosedur. Saya juga tidak melihat bukti visum, bukti gawai dan bukti CCTV yang seharusnya bukti kuat dimunculkan di media ini. Pertanyaan saya adalah motif. Ada apa sebenarnya ? Apa yang mau ditutup-tutupi ?
Saya membayangkan betapa putus asanya para terpidana saat dijemput polisi. Mereka tidak tahu apa-apa langsung dipukuli di kantor polisi. Disuruh ngaku tentang kejadian yang tidak mereka ketahui. Kan bingung dan merasa dunia ini sangat tidak adil. Harus bagaimana ? Uang tidak punya, keluarga juga tidak mampu membantu. Mereka adalah kuli bangunan !
Lah…kok bisa ada orang yang setega itu ? Jahat sekali ! Kejam dan keji !
Rasanya mereka adem ayem saja….dan yang merupakan tamparan keras bagi Pak Reza Indragiri adalah laporan Propam yang menyatakan bahwa Iptu Rudiana tidak melanggar prosedur dan kode etik profesi.
Dari beberapa teman, saya mendapatkan kesan bahwa polisi itu jahat. Sangat jahat. Jauh lebih baik angkatan. TNI lebih memiliki integritas dan manusiawi. Kalo polisi itu bakalan memeras sampai oyot-oyot’e. Sampai habis pun mereka masih belum puas. Lebih baik berteman dengan angkatan, hindari berteman dengan polisi.
Apakah kejaksaan, kehakiman dan wakil rakyat lebih baik dari polisi ? Sayang sekali, tebakan anda salah. Mereka juga 1213. Bahkan mintanya lebih banyak. Dibandingkan mereka, polisi hanya uang receh. Kelasnya ratusan ribu dan jutaan. Kalau kejaksaan kelasnya puluhan juta. Begitu seterusnya, semakin keatas semakin banyak nolnya.
Segala sesuatu butuh uang. Menuntut kebenaran juga perlu uang. Membantu orang juga ada uangnya atau tidak ? Polisi juga butuh bensin untuk melakukan penyelidikan, pak jaksa juga butuh uang untuk beli makan. Mana bisa mikir kalau laper ? Hakim juga butuh uang untuk membayar uang sekolah anaknya.
Ketika ada seseorang datang kepada mereka meminta tolong dengan membawa “sedikit” dana operasional. Kira-kira apa yang akan mereka lakukan ?
- Menolak dengan halus karena integritas dan kebenaran
- Menerima dengan maksud membantu orang yang kesusahan
Pelajaran dari kasus Dini Sera Afrianti
Seandainya anda menjadi orangtua Dini, apa yang akan anda lakukan jika ada orang datang dengan membawa “bingkisan” untuk membantu meringankan penderitaan dan melanjutkan kehidupan. Ini jelas pilihan yang sulit.
Saya gak tau harus pilih yang mana. Setiap pilihan ada dasarnya, ada untung ruginya dan yang paling penting ada rasa puas yang tidak dapat dinilai dengan materi. Menerima bingkisan duka cita dan melupakan masalah ini adalah pilihan yang baik. Tetap menuntut keadilan dan menghukum pelakunya juga pilihan yang baik. Dan tentu saja setiap pilihan ada resiko dan kesulitannya sendiri.
Masalahnya….apakah ada keadilan untuk orang miskin ? Atau orang kaya yang melawan orang yang jauh lebih kaya dari dirinya ? Atau sipil melawan aparat hukum ? Kabar baiknya, semenjak munculnya medsos dan kemudahan menyebar informasi, peluang mendapatkan keadilan melalui viral itu ada. Jauh berbeda dengan era sebelum Covid-19.
Informasi tentang Vina Cirebon yang terjadi tahun 2016 lalu tidak akan bisa diungkap seperti sekarang ini karena tidak viral. Pemicunya adalah film dokumenter yang tiba-tiba meledak. Pembuat filmnya tidak pernah menyangka mendapat respon seperti ini. Dulu tidak ada harapan untuk mendapatkan keadilan karena terbatasnya akses informasi dan bantuan hukum.
Kenyataanya, masih ada orang baik di Indonesia. Mereka mau membantu, tapi gak tau siapa yang benar-benar membutuhkan bantuan. Memang sistem negara kita ini masih belum cepat dan akurat. Tapi, saya yakin sedang menuju ke sana. Satu orang baik yang berhasil menjadi pemimpin akan memunculkan 10 orang baik baru. Lama kelamaan, jumlah orang baik akan menyamai jumlah orang jahat yang akhirnya menjadi penyeimbang kehidupan.
Tidak baik kalau seluruh dunia berisi orang baik saja. Karena ada orang jahat, maka bisa muncul istilah orang baik. Kalau seluruh dunia isinya orang baik, maka darimana kita tahu itu adalah perbuatan baik ?
Seperti ujian Tuhan kepada manusia mula-mula. Semua barang di taman ini boleh kamu manfaatkan dan makan. Tapi….satu pohon yang ditengah itu jangan kamu makan buahnya. Kenapa ? Apa tujuannya ? Kenapa Tuhan memberikan kesempatan untuk berbuat dosa kepada manusia ?
Kehendak bebas dan otoritas !
Untuk menunjukkan kepada manusia bahwa mereka bukan segala-galanya. Mereka bukan puncak dunia. Mereka bukan penguasa alam semesta. Mereka adalah makhluk hidup yang harus taat dan patuh kepada Tuhan. Manusia bisa memutuskan yang benar dan yang salah. Jika ada dua manusia yang berdebat tentang mana yang benar…. Ayam atau telor yang lebih dulu…. Maka hakim terakhir yang harus mereka datangi adalah Tuhan. Jika Tuhan berkata bahwa ayam lebih dulu, maka semua manusia harus mengamini keputusan itu !
Saat kita menjadi orangtua…. Maka sebenarnya kita menjadi Tuhan atas rumah tangga kita. Dalam arti sebagai penentu benar dan salah atas anak kita. Ketika kita berkata bahwa tindakan anak kita salah, walaupun mereka ngeyel benar. Maka mereka harus taat walaupun tidak mengerti maksudnya. Bahkan kita sendiri tidak bisa benar-benar memahami keputusan bos kita dan merasa tidak adil.
Kenapa ? Karena perspektif kita yang terbatas. Pengetahuan kita yang sedikit. Kita merasa benar karena apa yang kita pahami, kita pikirkan dan kita alami. Dan juga mengambil kesimpulan bahwa kasus seperti ini akan berakhir seperti ini juga. Kita tidak menyiapkan ruang untuk keajaiban. Karena keajaiban itu tidak ada. Yang ada adalah usaha dan kerja keras. Kita tidak pernah menyertakan Tuhan dalam keputusan kita. Karena kita merasa Tuhan itu gak jelas, gak bisa diandalkan dan gak bisa dihubungi ketika dibutuhkan.
Jadi, apakah kita tetap bisa menuntut keadilan di Indonesia ini ? Apakah keluarga Dini bisa membuat Ronald Tannur dihukum atas perbuatannya ? Dengan membuatnya viral di dunia maya, dengan dibantu orang baik yang ada di seluruh Indonesia ?
Jawabannya tetap ada kemungkinan. Bisa Iya dan bisa tidak. Tidak da yang tahu masa depan ! Tidak ada yang menjamin rencana masa depan kita bisa terwujud. Tetapi juga ada kemungkinan untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik, yang tidak pernah kita bayangkan bisa terjadi dalam hidup kita.
Mungkin saja Ronald Tannur bisa ditangkap lagi dan dihukum atas perbuatannya. Mungkin saja ada aparat penegak hukum yang bersimpati dan membantu mereka. Atau juga mungkin sebaliknya…..Ronal Tannur bebas dan balik menuntut keluarga Dini atas pencemaran nama baik. Hei bung ! Ini Indonesia…apa saja bisa terjadi kalau punya uang !
Kita sebenarnya hanya memiliki dua pilihan dalam setiap permasalahan yang kita hadapi:
- Melawan atau mengalah
- Menerima atau menuntut
- Marah atau memaafkan
- Berpikir positif atau negatif
- Mengharapkan keajaiban atau memikirkan akibatnya
Bagi saya, kasus Dini dan terutama kasus Vina Cirebon ini mengingatkan saya untuk menyiapkan ruang keajaiban. Sekalipun rasanya mustahil untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, masih ada Tuhan yang berkuasa untuk membalik keadaan. Situasi dapat berubah dari buruk menjadi lebih buruk dan semakin memburuk. Tetapi situasi juga dapat berubah dari buruk menjadi lebih baik, semakin baik dan mejadi hadiah kehidupan yang tidak pernah saya pikirkan dan saya bayangkan.
Jika hal itu bisa terjadi pada 8 orang yang dipenjara karena difitnah dan tidak punya harapan lagi untuk bebas. Maka hal baik ini juga bisa terjadi pada keluarga Dini yang menuntut keadilan. Tentu saja bisa terjadi pada anda….entah masalah apa yang anda hadapi. Hanya saja, selalu sediakan ruang untuk keajaiban !
Pemimpin menentukan nasib organisasinya. Benar kan pak Jokowi ? "
Memang memviralkan suatu perkara bisa menguntungkan. Tetapi jangan lupa, viral juga bisa menyesatkan. Karena sangat mudah menyebarkan informasi. Maka kita perlu mengkritisi semua informasi yang beredar di internet. Kebohongan yang diviralkan bisa menjadi kebenaran. Kita menyebutnya Hoax, tapi intelejen menyebut sebagai propaganda.
Jika kita berhadapan dengan oknum penegak hukum, maka m ereka memiliki sumber daya untuk menyebarkan propaganda. Mereka sistematis dan terlatih. Tahu harus menggunakan siapa, tentang apa, melalui apa dan kapan. Cerita tentang penguasa yang menggunakan kekuasaannya sudah sering kita lihat di film. Dan sebenarnya ini adalah realita kehidupan yang dituangkan dalam sebuah film.
Pertanyaannya, dari mana kita bisa tahu informasi yang benar ? Tentu saja dengan menggunakan logika berpikir, seperti yang sering disampaikan pak Susno Duaji.
- Peristiwanya apa ?
- Apa alat buktinya ?
- Siapa saksinya ?
Kedua belah pihak, yang benar dan yang salah mempunyai argumen dan bukti yang mendukung teori mereka. Kita harus mendengarkan, membaca dan mempelajari kedua informasi dengan sudut pandang netral. Tidak boleh memihak karena merasa simpati....karena memang inilah tujuan propaganda. Tidak boleh teralihkan ke topik lain yang tidak ada hubungannya dengan kasus... sering dilakukan pihak yang salah karena tidak memiliki alat bukti yang kuat.
Dalam kasus Vina Cirebon, para pengacara berkas pembunuhan selalu membela argumennya dengan keputusan pengadilan tahun 2016 lalu yang memvonis terdakwa hukuman seumur hidup. Kenapa ? Karena mereka gak mempunyai alat bukti yang kuat, karena mereka tahu kalau berpikir menggunakan akal sehat...pasti ada kejanggalan.
Contohnya. Ada 14 orang yang menganiaya Vina dan Eky menggunakan 4 sepeda motor. Berarti 1 sepeda motor dinaiki berapa orang ? Tentu saja 3-4 orang. Dan sepeda motor mereka mengejar Vina dan Eky yang juga naik sepeda motor. Kalo balapan...menang yang mana ?
Kejanggalan lainnya, tersangka yang memukul Eky ternyata adalah fiktif. Padahal mereka yang berperan paling banyak dalam kasus pembunuhan ini. 3 tersangka fiktif inilah yang membawa Vina dan Eky dari sekolah ke jembatan fly over. Hah ? Terus bagaimana caranya mayat ini pindah dari satu tempat ke tempat yang lain ?
Apakah aneh ? Mungkin di negara lain. Tapi tidak ada yang mustahil di Indonesia. Di sini sering terjadi keajaiban. Makanya negara tetangga sering iri dengan kita. Mereka juga kuatir untuk investasi di sini. Bisa jadi....pabrik mereka, kapal mereka, mobil mereka tiba-tiba hilang tanpa sebab.
Istilahnya kepastian hukum. Yang dalam pengertian kalo udah seperti ini hukumnya ya ditaati bersama. Bukan dirubah sesuai dengan kemauan penguasa. Buyar kalo gitu !
Share this content