Reksadana Untuk Pemula, Sharing Pengalaman Pribadi
Sebagai pemula dalam dunia reksadana, saya membayangkan untung 50% dalam 1 tahun….Ketika lihat grafiknya…naik terus….jadi kalau saya investasi Rp 10.000.000, maka tahun depan nilainya akan menjadi Rp 15.000.000. Dan yang pasti…investasi saya tidak akan rugi ! Tuh…liat…grafiknya naik terus. Peristiwa ini terjadi pada Desember 2022. Hampir mendekati 2 tahun, pada waktu saya menulis artikel ini. Tepatnya bulan Agustus 2024. Hasilnya….Duit 10 juta tadi berkembang menjadi Rp 10,2 juta. Alias nambah Rp 200.000 saja ! Apakah reksadana itu bullshit ?
Jadi, Apa Itu Reksa Dana ?
Reksadana adalah gado-gado antara saham dan obligasi. Itu bahan utamanya ! Dicampur-campur sedemikian rupa sehingga menghasilkan istilah baru yang keren, yang menjual, yang menciptakan rasa aman atau membangkitkan rasa serakah. Produk aslinya ya saham dan obligasi.
Saham adalah surat bukti penanaman modal. Misalnya kamu dan aku kongsi buka usaha jual es teh jumbo. Modal 5 juta dibagi dua, terus bikin hitam di atas putih dengan materai. Masing-masing setor 2,5 juta untuk beli rombong dan bahan. Berarti perusahaan kita ini punya dua lembar saham. 1 lembar kertas nilainya dua juta lima ratus ribu rupiah.
Obligasi adalah surat utang yang akan dibayar dalam waktu X tahun dengan bunga Y persen. Pemilik surat hutang ini berhak mendapatkan bunga Y % yang dibayarkan sesuai kesepakatan, umumnya sebulan sekali. Setelah jatuh tempo, hutang pokoknya akan dilunasi.
Jika anda mendengar istilah reksadana pendapatan tetap, maka kemungkinan besar isinya adalah obligasi semua. Karena kan setiap bulan mendapatkan pembayaran bunga dan pada waktu jatuh tempo akan dilunasi.
Jika anda mendengar istilah reksadana saham, maka isinya adalah saham semua. Kalau reksadana campuran berarti isinya adalah saham dan obligasi.
Yuk kita preteli reksadana milik Syailendra yang namanya Syailendra Pendapatan Tetap Premium
Misalnya kita investasi di reksadana ini sebesar Rp 1.000.000, maka duit kita itu akan dibelikan :
- Obligasi pemerintah = Rp 350.000
- Obligasi perusahaan = Rp 600.000
- Saham = Rp 50.000
Komposisi inilah yang membedakan reksadana satu dengan lainnya. Yang akan memberikan hasil tertinggi dengan resiko tinggi juga. Atau sebaliknya memberikan hasil rendah dengan resiko yang juga rendah. Obligasi pemerintah memberikan bunga yang lebih rendah daripadia obligasi perusahaan. Tetapi resiko pemerintah gak bayar juga lebih rendah. Sebaliknya obligasi perusahaan biasanya bunganya tinggi, tapi resiko gagal bayarnya juga tinggi.
Nah, berapa sih suku bunga yang disebut tinggi itu ? 20% ? 40% ? Salah, Suku bunga tinggi itu berkisar antara 8-9% pertahun. Sedangkan suku bunga rendah 5 - 7%. Patokan di atas bunga deposito bank. Logikanya kan kalo bunga sama dengan deposito mendingan deposito saja karena jauh lebih aman daripada obligasi.
Kenapa suku bunga 8% itu dikatakan tinggi ? Karena laba kotor perusahaan besar itu maksimal 40%. Setelah dikurangi biaya operasional dan lainnya menghasilkan untung bersih maksimal 20%. Kalo tingkat suku bunga 8% berarti sekitar 40% dari net profit margin. Anggap saja laba bersihnya Rp 100.000. Digunakan untuk bayar bunga Rp 40.000. Jadi sisanya yang masuk kantong Rp 60.000.
Jadi kalau ada obligasi yang berani bayar bunga diatas 10% seharusnya logika kita meronta-ronta. Usaha apa yang bisa kasih untung sebesar ini ?
Jadi, reksadana Panin Dana Unggulan ini adalah jenis reksadana campuran. Dicampur antara saham dan obligasi. Komposisinya 45% saham dan 55% obligasi. Tingkat resikonya menengah. Imbal hasilnya tentu lebih besar daripada reksadana obligasi.
Berapa sih return maksimal reksadana obligasi ? 7-9% pertahun. Kalau reksadana campuran 7-12% pertahun. Kok sedikit ? Memang gitu, logikanya bunga bank dan bunga utang yang wajar 6-9%. Kalau reksadana obligasi bisa memberikan return 10%.... Darimana asalnya bunga segede gaban itu ?
Tentu saja ada perusahaan yang bisa memberikan bunga tinggi. Perusahaan apa itu ? Perusahaan abal-abal dan perusahaan yang sedang berdarah-darah melakukan langkah terakhir. Do or Die ! Jangan berpikir bahwa perusahaan besar itu pasti bayar utang. Sebaliknya perusahaan besar itu raja tega ! Mereka punya kekuasaan dan pengetahuan. Emang kalo gak bayar, kamu mau apa ? Nuntut ke pengadilan ? Silahkan…tapi pengadilan pun butuh uang supaya bisa diproses. Emang danamu berapa ? Mau pake pengacara siapa ? Duit 100 juta bagi perusahaan besar itu uang receh.
Kalau perusahaan bagus, mana mau mereka kasih bunga tinggi ? Perusahan bagus di antri bank. Berapa sih bunga bank untuk perusahaan-perusahaan ini ? Sekitar 8-9%. Bedanya ada biaya ini itu sehingga bunga aslinya bisa mencapai 9-10%. Belum lagi harus ada jaminan. Kalau terjadi gagal bayar, bank yang pertama dapat pelunasannya.
Sangat berbeda dengan obligasi. Walaupun tingkat suku bunganya sama dengan pinjaman bank. Resiko bagi perusahaannya lebih kecil. Gak perlu jaminan dan lawannya masyarakat yang hampir tidak mampu berbuat apa-apa ketika terjadi gagal bayar. Resikonya hanya gak dipercaya masyarakat. Tapi itupun hanya beberapa tahun saja…toh masih banyak orang yang bisa ditipu. Contohnya….saham gorengan !
- Misalnya kita beli reksadana saham ini dengan modal Rp 725.000. Maka kita memiliki 100 unit
- Kalau bulan depan harga saham BCA menjadi Rp 15.000 dan saham BRI menjadi Rp 5.000 maka NAV kita akan menjadi Rp 10.000.
- Nilai investasi kita sekarang adalah Rp 10.000 dikali 100 = Rp 1.000.000
Karena itulah reksadana saham lebih berfluktuasi daripada reksadana obligasi. Harga saham naik turun setiap hari. Gak ada yang tau akan naik atau akan turun. Memang kecenderungannya akan naik. Tapi ada resiko harga saham akan turun. Ini yang gak pernah dibahas para influencer atau sekuritas.
Cara Memilih Reksadana Terbaik
Dulu saya pilih reksada dengan melihat grafiknya…kalau naik terus, berarti menguntungkan. Kalau turun terus, berarti jelek. Setahun berlalu dan saya sadar cara ini salah. Jadi harus pilih reksadana yang grafiknya turun ? Dulu naik sekarang turun…gitu ? Bisa juga, tapi saya tetap gak yakin. Cara yang benar adalah mencari tahu penyebab naik turunnya reksadana ini. Kenapa dulu naik sekarang turun ? Atau kenapa reksadana ini naik terus.
Caranya dengan membaca prospektus reksadana yang biasanya ditaruh di tempat yang agak nylempit. Tujuannya adalah supaya manajer investasi mendapat uang dengan cepat, bukan mendidik pembeli supaya pintar. Ujung segala sesuatu adalah uang. Kalah menang, bandar tetap untung.
Jadi kalau anda investasi reksadana dan akhirnya rugi….ketahuilah bahwa itu salah anda. Salah sendiri beli gak mikir. Beli online aja cari toko yang paling murah dan mbelani gratis ongkos kirim. Nah ini beli reksadana liat fotonya toko gak lihat deskripsi produk.
Pertama-tama, jangan bingung dengan nama reksadana. Memang dibuat keren supaya kita tertarik untuk beli. Yang harus anda ketahui adalah jenis reksadana:
- Reksadana Obligasi (resiko rendah)
- Reksadana Saham (resiko tinggi)
- Reksadana Campuran (resiko menengah)
- Reksadana Lain-lain (gak jelas)
Jangan aneh-aneh ! Gak ada reksadana resiko rendah untung besar. Wes gak mungkin itu ! Kalau mau untung besar ya beli reksadana saham. Kalau gak mau resiko ya deposito saja. Untuk pemula yang gak mau rugi….cari reksadana obligasi. Boleh taruh agak banyak di jenis ini. Pasti jarang merah, kebanyakan ijo. Taruh 60-70% dana di sini.
Sisanya, 30-40% ke reksadana campuran. Jenis ini sering gonta-ganti warna dalam jangka waktu pendek. Kadang merah berbulan-bulan, lalu ijo berbulan-bulan juga. Kadang isa untung 7% terus turun 4%. Biasanya kalau udah diatas 2 tahun warnanya konstan terus… konstan merah terus atau konstan ijo terus ! Anda boleh berharap untung…tetapi siapkan ruang untuk rugi, karena segala sesuatu bisa terjadi di dunia investasi.
Misalnya saja rugi 5%... jika modal kita Rp 100.000.000, maka nilai ruginya adalah Rp 5.000.000. Gede bukan ? Padahal fluktuasi 5% dalam dunia investasi itu wajar. Untung 5% atau rugi 5% itu sebenarnya fluktuasi harga jangka pendek. Bahkan bisa saja 7-10% yang berarti rugi Rp 10.000.000. Kalo untung dikit baget….sedangkan kalau rugi gede banget !
Tentu saja melihat ini dalam portofolio investasi anda akan menimbulkan trauma. Sehingga kesimpulannya investasi adalah judi. Jadi, sebaiknya para pemula menghindari membeli reksadana pasar saham. Jangan tergiur oleh tingkat return yang tinggi. Itu nilai setelah invest diatas 2 tahun om ! Bukan dalam jangka pendek.
Umumnya pemula itu sering terkena penyakit gatel-gatel. Tiap hari gatel buka aplikasi bibit untuk lihat untung piro. Tiap jam buka aplikasi ajaib untuk lihat untung atau rugi. Emang kalau dilihatin terus bisa naik sendiri ? Semakin sering dilihat semakin cepat naik ? Namanya aja penyakit gatel-gatel….bukannya diobati malah tambah digaruk. Jadinya lecet, berdarah dan akhirnya membesar jadi borok. Semakin dilihat semakin takut….apakah ini hidup yang anda inginkan ? Biarin saja….tunggu setahun dan lihat hasilnya. Pasti hidup jadi lebih menyenangkan.
Kalau anda tipe konservatif, malas belajar dan gak mau repot belilah reksadana obligasi. Cari yang komposisi obligasi pemerintah seimbang atau lebih besar daripada obligasi perusahaan. Misalnya Reksadana Danamas Pasti dari Sinarmas. Komposisinya 94% obligasi dan 6% saham. Perkiraan return 1 tahun berkisar di angka 5-6%.
Atau boleh juga beli Reksa Dana Syailendra Pendapatan Tetap Premium yang tingkat imbal haslinya lebih besar. Antara 7-8%. Walaupun komposisi obligasi pemerintah lebih kecil daripada obligasi korporasi tapi yang dipilih adalah surat utang perusahaan yang terkenal. Bisa kita lihat pada sektornya, yaitu sektor keuangan dan sektor kertas. Kemungkinan besar di bank BCA dan di Tjiwi Kimia atau Indah Kiat yang sama-sama 1 grup. Perusahaan ini gak pernah gagal bayar.
Gak perlu modal besar untuk bisa mulai investasi reksadana, cukup Rp 500.000 udah bisa beli pakai aplikasi Bibit atau Ajaib. Mana yang lebih aman ? Sama-sama amannya kalau modal kecil, dibawah 100 juta rupiah. Yang membedakan hanyalah tampilan aplikasinya. Saya lebih menyukai Ajaib karena warna-warni dan lebih mudah dipahami. Kalau mau yang lebih banyak analisa data pakai Bibit.
Bibit itu lebih ke investasi reksadana. Kalau Ajaib kombinasi antara saham dan reksadana dalam satu aplikasi. Produk reksadana itu banyak sekali, ada ratusan macam. Dan tidak semuanya ada dalam satu aplikasi. Misalnya, Reksadana Syailendra Pendapatan Tetap Premium hanya ada di Ajaib. Atau Reksadana Sucorinvest hanya ada di Bibit.
Tapi, setiap aplikasi akan membagi kategori reksadana menjadi 3 - 5 jenis. Kalau di Ajaib pilihannya:
- Reksadana Pasar Uang
- Reksadana Pendapatan Tetap
- Reksadana Saham
- Reksadana Campuran
Sedangkan Bibit membagi menjadi 6 kategori:
- Reksadana Pasar Uang
- Reksadana Obligasi
- Reksadana Saham
- Reksadana Syariah
- Lainnya
Reksadana Pendapatan Tetap sama dengan Reksadana Obilgasi dan sedikit berbeda dengan Reksadana Pasar Uang. Reksadana pasar uang lebih berfokus pada obligasi yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun. Sebaiknya abaikan saja karena imbal hasilnya gak jauh beda dengan deposito. Malahan lebih besar deposito daripada reksadana ini. Capek analisa !
Bibit menaruh reksadana campuran di kategori lainnya. Jangan termakan dengan istilah Balenced, seimbang atau berimbang. Toh memang itu aturan dari pemerintah untuk kategori reksadana campuran. Harus 60 banding 40. Tinggal strategi manajer investasi saja maunya gimana.
Kalau mau bikin produk reksadana campuran yang agresif, maka perbandingannya 60% saham dan 40% obligasi. Kalau mau yang konservatif, maka perbandingannya 60% obligasi dan 40% saham. Tapi bisa juga 40% saham agresif. Tinggal pilih saja saham yang tingkat pertumbuhannya tinggi. Kombinasinya bisa banyak. Kan ada 900 saham yang bisa dipilih, atau 45 saham dari daftar LQ45.
Reksadana saham saya, Sucorinvest Equity Fund yang saya beli 2 tahun lalu imbal hasilnya per tanggal tulisan ini dibuat -5,7 %. Hah ? Emang reksadana bisa rugi…. Ya itu…saya juga baru tahu setelah terjun di dunia ini. Kok bisa turun ?
Karena:
- Beli di waktu yang salah
- Jenisnya reksadana saham
- Tidak baca komposisi sahamnya waktu beli
- Tergiur grafik yang naik terus
Kalau kita lihat, komposisi atau portofolio saham Sucorinvest yang saya beli ini tidak ada yang salah. Ada Astra, Bank Mandiri, BRI, Indofood, Telkom, Xl dan lainnya. Semuanya perusahaan bagus yang untungnya besar. Dan semua perusahaan itu masih untung sampai saat ini. Masih jalan dan tidak ada yang berubah dengan fundamentalnya. Tapi kok turun ?
Yah begitulah dunia saham. Tidak ada apa-apa, saham turun. Tidak ada apa-apa saham naik. Saham yang naik kencang akan memancing orang-orang awam untuk ikut beli sehingga harganya tambah naik lagi. Demikian pula dengan saham yang turun kencang juga memancing orang-orang untuk ikut jual. Hasilnya turunnya jadi lebih kencang. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Intinya dalam dunia saham adalah sentimen, desas-desus atau isu. Kabar angin yang dihembuskan kencang sekali bisa menggerakan harga saham. Saham naik karena lebih banyak yang beli daripada yang jual. Saham turun karena lebih banyak yang jual daripada yang beli. Grafik harga adalah gambaran tingkah laku pelaku pasar. Kalau pelaku pasar lebih banyak yang optimis, maka harga saham akan naik. Tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Saya beli reksadana ini pada Desember 2022, pada waktu itu NAV reksadana saya adalah Rp 2.720. Sekarang ini, Agustus 2024, harga NAV Rp 2.550. Turun Rp 170. Jadi kerugian saya sekitar 6%.
Mari kita bandingkan dengan penurunan harga sahamnya berdasarkan tanggal pembelian reksadana saya pada bulan Desember 2022 :
- ASII = Rp 6.100 — sekarang Ro 4.800 – Turun 20%
- Telkom = Rp 3.600 – sekarang Rp 2.900 – Turun 20%
- Lain-lain == Tidak berubah signifikan
Inilah yang menjadi jawaban kenapa reksadana lebih aman daripada investasi saham. Karena reksadana merupakan harga rata-rata. Kalau ada saham yang naik dan ada yang turun, maka harganya hanya berfluktuasi sedikit saja. Repotnya, hasil investasi kita juga gak kemana-mana. Naik gak seberapa, turun juga gak seberapa.
Dengan dana Rp 3.000.000. Jika digunakan untuk investasi reksadana saham, floating loss kita Rp 150.000 (5%). Sebaliknya kalau investasi saham, floating loss kita adalah Rp 600.000 (20%).
Jadi, Apakah Investasi Reksa Dana Menguntungkan ?
Tergantung… beli dalam kondisi ekonomi apa. Kalau ekonomi lagi booming, jelas beli reksadana sangat menguntungkan. Kalau belinya pada waktu resesi, beli reksadana itu merugikan. Tapi, kalau ekonomi lagi booming, duitnya diputarkan di usaha jauh lebih menguntungkan.
Misalnya jualan sembako seperti minyak dan beras. Anggap saja ambil cuan 5%. 1 karung beras udah untung 5% dengan modal sekitar 300 ribu rupiah. Kalau seminggu bisa jual 10 karung beras, maka keuntungan kita sebenarnya 50% dalam waktu 7 hari.
Tahap selanjutnya adalah investasi saham yang return besar dengan risiko besar juga, tapi bisa diperkecil. "
Bandingkan dengan investasi di reksadana yang cuan pol-nya 10% setahun. Duit kita yang Rp 300.000 itu akan menjadi Rp 330.000 setahun mendatang. Bayangin bro… cuman Rp 30.000 setahun. Dibagi 365 hari, cuman dapat Rp 800,00 perhari. Buat bayar parkir sepeda motor aja tidak cukup.
Sebaliknya, Kalo anda punya uang Rp 300.000.000 untuk jualan beras. Pertanyaannya jadi lain. Bisa nggak jualan beras sebanyak 3.000 karung dalam waktu sehari ? Atau seminggu ? Terus berasnya disimpan di mana ? Perlu tempat yang besar dong. Sewa gudang ? Berapa biayanya ? Terus, siapa yang ngangkati berasnya ? Dari truk ke gudang ? Cari pegawai ? Berapa gajinya ?
Terus, untung 10% dari 300 juta itu Rp 30.000.000 loh ! Walaupun setahun, dibagi 365 jadi Rp 80.000 perhari. Lebih dari cukup untuk bayar parkir. Bahkan cukup untuk buat makan dua kali sehari.
Intinya, duit kecil jangan investasi reksadana…lebih baik diputarkan untuk usaha kecil-kecilan. Kalau duit kita yang nganggur ratusan juta rupiah, maka investasi reksadana ini bisa menjadi alternatif yang cukup baik dan cukup menarik.
Tapi ada orang…modal kecil maksa investasi….termasuk saya ! Sudah masuk ke saham dan reksadana dengan komposisi 70% saham dan 30% reksadana. Apa pesan moral yang bisa saya bagikan ?
- Lebih baik beli Reksa Dana Obligasi saja karena tahan banting dalam kondisi ekonomi apapun. Baik lagi booming atau lagi resesi imbal hasilnya stabil.
- Kalau anda mau ambil sedikit resiko, beli Reksa Dana Campuran. Imbal hasilnya lebih tinggi dengan resiko yang bisa dianggap tidak ada. Return-nya juga jauh lebih besar dari reksa dana obligasi.
- Jika jangka waktu investasi anda hanya 1-2 tahun, lebih baik tidak masuk reksadana. Selain imbal hasilnya kecil, juga ada resikonya. Idealnya diatas 2 tahun.
- Ketahuilah bahwa keuntungan maksimal pertahun itu 10%. Kalo 2 tahun menjadi 20%, 3 tahun 30% dan seterusnya. Keuntungan ini butuh waktu dan proses. Kalau lebih dari itu berarti bonus
- Ekonomi itu siklus. Kalo belinya pada waktu di pucuk, maka rugi dulu baru untung. Artinya waktu anda lebih panjang. Kalo belinya pas di bawah, maka return investasi anda lebih cepat.
- Ada 2 metode pembelian. Langsung All in dan Nyicil. Kalo timing pembelian tepat, strategi All in bisa menghasilkan untung besar. Kalo salah beli juga rugi besar. Sementara kalo nyicil keuntungannya (atau ruginya) lebih stabil
Reksa dana adalah tempat belajar ekonomi makro yang paling mudah dan beresiko kecil. Kenapa sih harus belajar ? Karena ini adalah dunia orang kaya memutar uangnya. Mereka bisa kaya karena tau cara kerja dunia keuangan, tahu bagaimana cara perusahaan besar beroperasi, melihat peluang dan berjuang untuk menguasai pasar.
Sementara kita setiap hari hanya berpikir besok mau makan apa ? Mau kerja apa ? Padahal contohnya ada di depan mata. Semua perusahaan besar selalu dimulai dari perusahaan kecil. Dan perusahaan kecil dimulai oleh seseorang yang melihat peluang dan memanfaatkannya. Dengan mempelajari perusahaan besar, kita seakan-akan berada di dalam lingkaran mereka. Seakan-akan diajari langsung oleh orang yang lebih kaya. Bukankah membaca buku adalah jendela dunia ? Bukankah semakin banyak pengetahuan berarti semakin banyak peluang.
Kalau mau maju, ya harus banyak belajar. Dengan membaca prospektus reksa dana kita belajar pola pikir manajer investasi yang mengelola reksa dana tersebut. Kenapa mereka memilih menggabungkan sektor perbankan dengan sektor telekomunikasi ? Karena bank lebih stabil tapi tingkat pertumbuhannya lambat. Sementara sektor telekomunikasi ruang pertumbuhannya besar sehingga peluang kenaikan harga sahamnya lebih besar. Menggabungkan kedua sektor ini memberikan daya tahan yang kuat dengan peluang keuntungan yang moderat-agresif.
Bahkan, dalam dunia investasi ini sebenarnya tidak ada kerugiannya. Kalau harga saham naik, kita tambah kaya. Sementara kalo harga saham turun, kita tambah pintar. Kenapa saham telkom turun terus ? Karena pendapatan utama telkom adalah telepon rumah. Semakin kesini, semakin sedikit orang yang mau pasang telpon rumah. Mereka lebih memilih pake HP dengan Whatsapp.
Semakin banyak orang telpon, maka pendapatan Telkom semakin besar. Nah, sekarang semua orang telpon gak bayar. Gak ada sambungan interlokal dan sambungan internasional yang cuan-nya gede banget. Pake Whatsapp….mau telpon lokal, interlokal maupun internasional itu GRATIS !
Memang masih banyak pulau di Indonesia yang belum tersambung telepon. Peluangnya masih besar. Tapi yang berubah di sini adalah gaya hidup karena produk alternatif yang lebih murah, lebih baik dan lebih canggih. Kenapa harus pasang telpon kabel yang sudah ketinggalan jaman ?
Sebelum Telkom menemukan solusi untuk masalah ini, maka harga sahamnya akan terus jatuh. Memang secara fundamental, kondisi perusahaan masih baik-baik saja, masih solid dan masih mencetak laba yang besar. Tapi sebenarnya Telkom sedang duduk di atas bom waktu. Sama seperti pabrik foto seperti Canon dan NIkon. Tidak ada masalah dengan manajemen perusahaan mereka. Masalahnya terjadi karena perubahan gaya hidup, faktor eksternal yang tidak bisa mereka kontrol.
Inilah manfaat belajar investasi reksadana. Pola pikir kita berubah dari mikro menjadi makro. Tentu saja ilmu yang akan kita gali di dunia investasi ini masih banyak. Saya saja yang baru belajar 2 tahun merasa masih cupu. Masih belum mengerti ini itu. Kok gak pinter-pinter sih !! Kadang cape juga. Tapi itulah kesuksesan…. Sebuah perjalanan yang tidak ada habisnya, tahu-tahu….tiba-tiba saja kita jadi lebih pinter.
Seperti yang dikatakan banyak orang. Salah satunya Dr. Alexander Elder. Belajarlah untuk menjadi pintar, maka uang dan peluang akan mendatangi kita. Jangan belajar untuk menghasilkan uang karena hasilnya adalah uang yang semakin menjauhi kita.
Kesimpulan
Keuntungan secara nominal atau kerugian secara nominal yang kita dapatkan dari investasi reksa dana itu kecil jika dibandingkan dengan pengetahuan yang kita dapatkan. Tentu saja belajar investasi ini tidak mudah. Ada analisa teknikal dan analisa fundamental yang bertolak belakang. Tidak ada metode paling baik. Analisa teknikal itu baik, sama halnya dengan analisa fundamental.
Fokus kita adalah melatih metode yang kita percayai sampai menjadi tindakan otomatis. Sampai tersimpan dalam alam sadar kita seperti reflek. Ada bahaya otomatis menghindar, ada kesempatan otomatis masuk. Sayangnya ini perlu latihan, harus ada luka, keringat dan kerugian….yang tentu saja harus ktia batasi dari awal !
Share this content