KEPERCAYAAN ! PRINSIP KEPEMIMPINAN YANG PERTAMA DAN UTAMA

Prinsip pertama dan utama dalam kepemimpinan adalah kepercayaan. Artinya, seorang pemimpin harus bisa dipercaya dan bisa mempercayai orang lain. Jika anda ditakdirkan sebagai pemimpin, anda harus mengamalkan prinsip dasar ini. Sebaliknya, jika anda bukan seorang pemimpin, anda tetap harus belajar \prinsip kepemimpinan ini, karena kepercayaan adalah modal kehidupan.

Prinsip kepemimpinan, kepercayaan

Jadi, untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif anda harus :
1. Menjadi orang yang dapat dipercaya
2. Mampu mempercayai orang lain

KEPERCAYAAN, DICARI DAN DIDAPATKAN
Kepercayaan tidak mungkin dicapai dalam waktu singkat. Kepercayaan didapat dari hubungan. Hubungan diawali dari kesamaan, anda dan dia suka bermain, terjalinlah hubungan, anda dan dia sama-sama bekerja di suatu organisasi, terciptalah hubungan, atau anda dan dia sama-sama suka, terciptalah percintaan (he...he...he...)

Tahap awal suatu hubungan, entah itu percintaan, permainan, ataupun pekerjaan, semuanya serba baik. Karena tidak ada ikatan dan tanggungjawab. Jenis hubungan ini baik dan sehat, namun kosong, karena tidak ada komitmen. Elu...elu...gue...gue...emang gue pikirin, demikian prinsip hubungan ini.

Jika mereka hendak naik ke hubungan tingkat berikutnya, maka mereka harus  menumbuhkan rasa percaya kepada teman mereka. Misalnya saja mengatur janji untuk bertemu, refreshing sama-sama, atau mengerjakan sesuatu bersama-sama. Masing – masing orang percaya dengan kata-kata yang diucapkan. Di tingkat inilah, kepercayaan diuji. Semakin banyak kesamaan antara kata-kata dengan fakta, maka semakin dapat dipercaya tuh orang. Semakin dapat dipercaya, tingkat kepercayaan terhadap orang itu akan semakin meningkat.

Hm...kepercayaan...
Semakin tinggi kepercayaan kita terhadap seseorang, semakin berat pula kerusakaan yang akan timbul akibat penyalahgunaan kepercayaan tersebut. Karena, yang diserahkan di sini bukanlah uang ataupun barang, tetapi diri mereka sendiri. Semakin tinggi anda mendaki akan semakin sakit ketika jatuh ! Berhati – hatilah dengan kepercayaan ini.

Sebenarnya mudah untuk dapat dipercayai orang lain, yaitu dengan melakukan apa yang kita ucapkan. Orang menilai seseorang dapat dipercaya atau tidak itu dari kesesuaian antara kata-kata dengan faktanya. Bahasa lainnya adalah konsisten.

Kedua, buka diri anda.Biarkan orang lain melihat kelebihan dan kekurangan anda, bersikaplah jujur dengan keadaan, dan jadilah diri anda sendiri. Bukankah anda paling nyaman ketika anda bisa menjadi diri anda sendiri ? Dan kenyamanan ini akan menular kepada orang – orang di sekeliling anda. Ketika orang merasa nyaman, mereka akan membuka dirinya.
Lagipula, dengan menjadi diri anda sendiri, anda akan mampu melakukan sesuatu dengan efektif.

MEMPERCAYAI ORANG LAIN
Seorang pemimpin harus bisa mempercayai orang lain  Saya teringat dengan humor mengenai seorang pendaki, kurang lebih begini ceritanya :

Seorang pendaki tiba – tiba kehilangan pegangannya dan terpeleset. Untungnya, tangannya berhasil mengapai sebatang pohon. Kemudian dia berteriak – teriak meminta tolong. “ Tolong, tolong, ada orang di atas nggak ? ” serunya. Tidak ada jawaban. Lima menit berlalu, dan tangannya mulai kesemutan. Dengan putus asa dia berdoa dalam hatinya, “Tuhan, tolonglah aku.” Kemudian, dengan kekuatan terakhirnya, dia berteriak kembali, “Tolong, ada orang di atas nggak ?”

Tiba – tiba, terdengar suara menggelegar dari langit. “Anakku, percayakah engaku kepadaKU ?” Dengan terkejut, si pendaki menjawab, “Ya Tuhan, aku percaya kepadaMu !”  Suara tersebut kembali menjawab, “ Baiklah, lepaskanlah tanganmu.” Setelah berpikir sejenak, si pendaki kembali berseru, “ Ada orang lain lagi nggak di atas ?”

Mempercayai orang lain Arti mempercayai orang lain adalah menyerahkan segala sesuatu kepadanya. Hal ini sulit untuk dilakukan karena berbagai alasan, namun yang paling utama adalah alasan kegagalan. Bagaimana jika orang yang kita percayai ternyata tidak sesuai dengan harapan kita, bagaimana jika ternyata dia mengecewakan, dan bagaimana jika dia gagal ? Semua orang tidak suka dengan kegagalan, dan semua orang menghindari kesalahan. Bagi sebagian orang, kegagalan adalah hukuman dan kesalahan berarti teguran.

Karena itu, sangat susah untuk mempercayai orang lain, apalagi jika berhubungan dengan “pendapatan” kita.

Sekalipun mempercayai orang lain harus dibayar dengan harga yang mahal, namun hal itu pantas dilakukan. Pertama, kita tidak bisa melakukan segala sesuatu sendirian. Coba pikirkan kembali, dari mana nasi yang anda makan sehari-harinya ? Pak Tani menanam padi di sawahnya, membeli pupuk dari toko pertanian, mengirim hasil panennya ke pasar, istri anda membeli beras tersebut dan menanak nasi itu untuk anda. Anda adalah seorang pemimpin, tugas anda banyak, dan anda tidak akan mampu melakukan kesemua tugas tersebut sendirian. Atau jika anda memaksa, anda sanggup menyelesaikan tugas-tugas anda sendirian. Bagus ! Tapi saya yakin hasilnya akan jauh berbeda jika anda mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Memang berpergian dengan banyak orang memakan waktu yang lebih lama jika anda berpergian sendirian. Tapi kesenangan yang anda dapatkan juga jauh lebih banyak bukan ?

Kedua, pekerjaan besar hanya dapat dilakukan oleh orang yang berjiwa besar pula. Apakah anda puas dengan hasil yang anda capai saat ini ? Saya yakin tidak, karena sifat dasar manusia adalah tidak pernah bisa puas. Setelah berhasil mencapai hal yang kecil, anda akan berusaha untuk mencapai hal yang lebih besar. Dan anda akan sadar bahwa anda tidak bisa mencapainya sendirian, anda butuh orang lain.

Ketiga, tidak ada manusia yang sempurna. Sekalipun anda seorang pemimpin, saya yakin anda mempunyai beberapa kelemahan. Apa yang akan kita lakukan dengan kelemahan kini ? Berusaha untuk memperbaikinya ? Tentu saja ! Tetapi saya yakin, anda akan sering mengalami kegagalan daripada keberhasilan...^-^’.

Saya teringat dengan sebuah nama. Paulus, seorang pemuka agama kristen jaman dahulu. Dia adalah orang yang dididik langsung oleh Gamaliel, ahli agama kristen terkenal. Paulus, seorang yang hampir sempurna, cerdas, berpendidikan, dan terhormat. Tapi, sebagai manusia, dia mempunyai sebuah kelemahan, saya tidak tahu apa kelemahannya, tapi dia mengatakan sebagai “duri dalam daging”. Dia berusaha mati-matian untuk memperbaiki kelemahannya itu sendiri, tetapi tidak berhasil. Saya ulangi sekali lagi, tidak pernah bisa berhasil. Dan di tengah keputus-asa-anya dia berdoa kepada Tuhan supaya mengangkat duri dalam dagingnya tersebut. Namun, jawaban yang diterimanya adalah, “ Cukup sudah kasih karuniaKU kepadamu.” Bagi saya, hal itu berarti kelemahan kita adalah hal yang wajar dan berusaha merubahnya akan memakan waktu seumur hidup kita. Lagipula, hasilnya belum tentu sesuai dengan harapan kita.

Sebagai seorang pemimpin, saya lebih suka mempercayai orang lain untuk mengisi kekurangan saya. Dan memfokuskan energi untuk mengembangkan kelebihan yang ada dalam diri saya. Dengan melakukan ini, saya melipatgandakan kemampuan saya. Bukankah itu tugas seorang pemimpin, melipatgandakan hasilnya ?

9 Prinsip Kepemimpinan Dale Carnegie
Selain dikenal sebagai pembicara kelas dunia, Dale Carnigie adalah seorang pemimpin

Share this content