Prediksi Akhir Virus Corona, Happy Ending Bro ! .
Ini keyakinan saya, berdasarkan logika dan pengetahuan yang saya dapatkan dari beberapa sumber. Virus Corona akan berakhir, cepat atau lambat. Paling cepat 6 bulan, paling lama 1 tahun. Wabah ini mulai terkenal di Indonesia bulan Maret 2020, paling cepat selesai September 2020. Paling lama selesai Maret 2021, tahun depan. Dibandingkan dengan jumlah orang yang mati, yang sembuh akan lebih banyak karena ini adalah virus yang terkenal karena di-viral-kan ! Pertama kali di dunia !

Naftali Bennett, MENTERI PERTAHANAN ISRAEL
Di jaman yang serba terbuka ini, dimana data bisa diakses dimana saja, kapan saja, kecenderungan yang terjadi adalah, kita berpendapat lalu mencari berita yang mendukung pendapat kita.
Tentu saja ada banyak sekali berita online yang mendukung pendapat kita. Karena ada jutaan website, entah itu kredibel atau tidak, yang menuliskan apa yang mereka sukai. Sama dengan yang anda baca sekarang ini, di Wapannuri.com. Mungkin anda sedang mencari artikel yang sependapat dengan anda dan menemukannya di sini. Atau mungkin juga anda sedang iseng, nganggur karena Work From Home (WFH).
Tentu saja, sebuah tulisan yang disertai video atau link memiliki kesan “kredibel bagi orang yang tidak menggunakan otaknya untuk menganalisa data. Link itu mengarah ke mana ? Kapan website itu dibuat ? Siapa penulisnya ? Dimana alamatnya ? Apakah itu dot com, dot id atau dot yang nda jelas ?
Ini penting sekali karena rapid test awal untuk mengetahui kredibelitas sumber yang kita baca. Kalo jelas seperti kompas, detik, merdeka, Jawa Pos, Kontan. Maka kita bisa ke langkah selanjutnya untuk mengecek isi beritanya. Apa haluan dari situs website itu ? Pro pemerintah, melawan pemerintah, netral atau tujuannya mencari uang. Bukan 1 berita yang kita baca, tetapi puluhan berita bahkan ratusan berita agar kita bisa menilai situs ini.
Dilanjutkan dengan mencari tahu siapa pemimpin redaksinya, siapa penulisnya, siapa pemilik bisnis medianya. Dengan kata lain, memutuskan seseorang positif Corona itu tidak mudah.
Hasil tes positif dari rapid test bukan berarti orang itu positif terjangkit virus Corona. Karena yang di tes itu antibodinya yang disimbolkan dengan huruf IgG dan IgM.
Semua virus yang masuk, entah itu Corona, virus influenza, TBC, akan membuat indikator Ig kita naik. Apesnya, ketika di tes positif, orang langsung meng-JUDGE kita kena Corona. Mengapa ? Karena kita dikondisikan seperti itu ! Melalui TV yang setiap jam menanyangkan berita tenang Corona, melalui broadcast dan grup Whatsapp yang mengingatkan kita untuk berhati-hati atau tips singkat mengobati Corona, melalui facebook, instagram dan browsing data di google.
Dalam 1 menit kita melihat ponsel kita 3 kali. Atau tiap 20 detik. Dalam satu jam, kita melihat atau melihat 180 kali ke ponsel kita. Artinya, minimal ada 1.440 berita yang kita baca setiap hari, 8 jam kerja. Dan semuanya itu, atau setidaknya separuhnya 720 berita tentang Virus Corona yang kita telan tanpa sadar.
Sehingga otak kita menilai segala-sesuatunya dengan standar Corona. Data yang masuk ke otak kita, pertama kali disaring, dihubung-hubungkan dengan Corona. Sehingga setiap orang yang mati, setiap orang yang sakit, bahkan setiap orang yang batuk pun kita anggap kena Corona. Nda percaya ? Berapa kali anda cuci tangan hari ini ?
Jadi, apa yang menarik dari Naftali Bennett ini ? Bagi saya, dia orang biasa saja. Bukan dokter, apalagi spesialis paru-paru. Dia adalah orang biasa saja yang logikanya paling masuk, atau setidaknya memiliki pemahaman yang sama dengan saya.
Beberapa minggu kedepan, semua orang akan tertular virus ini, kita sadari atau tidak sadari. Sebagian besar yang positif tidak sadar, tidak tahu, tidak merasakan gejalanya sama sekali. Setelah melewati 4 minggu, antibodi tubuhnya terbentuk dan mereka akan kebal terhadap virus ini.….”
Silahkan liat sendiri videonya untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, karena saya hanya mengutip perkataan om Naftali ini sebagian kecil saja. Yaitu tentang akhir virus Corona.
SIAPA AHLINYA VIRUS ? JAWABAN ANDA PASTI SALAH !
Mana yang lebih tahu soal virus ? Dokter atau ahli virus ? Ahli virus mempelajari tentang jenis-jenis virus, keluarga virus, cara kerja virus dan asal usul virus. Sementara dokter mempelajari tentang akibat virus ketika memasuki tubuh manusia.
Masalahnya...kita ini butuh dokter hewan atau dokter manusia ? Karena konon, virus ini asalnya berasal dari hewan, diduga ular atau kelelawar. Kemudian melompat, bahasa ilmiahnya bermutasi, dari hewan ke manusia.
Lebih pinter mana dokter hewan atau dokter orang ? Jelas pinter dokter hewan karena dia bisa tahu penyakit pasiennya tanpa perlu menanyakan gejala-gejalanya. Lagipula dokter hewan tidak mungkin selingkuh dengan pasiennya.
Jadi, sebenarnya tim ideal yang menangani pasien virus Corona adalah kombinasi antar dokter hewan, dokter manusia dan ahli virus. Parahnya, kita pasien bertanya kepada dokter yang merawat mereka apa profesinya. “ Ya, bu…. Nama saya dokter Strange…. Spesialis saya dokter hewan. “ Dieeeng !! Tapi sebenarnya itulah yang tepat ! ^-^’

" Betul bu....saya spesialis Virus. Tiap hari makan, minum dan hidup dengan ratusan virus." Tidaaak. Jangan-jangan saya mati karena virus lain, bukan karena virus C.
Apalagi bagi kita yang tidak paham sama sekali soal virus. Ndasku pecah harus belajar tentang virus baru ini. Belum lagi anak-anak libur berminggu-minggu. Pengacau kecil ini lebih berbahaya dari virus...setiap detik memporak-porandakan rumah ! Melakukan “penemuan” aneh-aneh yang merubah kestabilan hidup selama ini.
Dibandingkan kombinasi dokter hewan, dokter manusia dan ahli virus….kita melupakan sesuatu yang lebih hebat dari mereka. Yaitu sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Kedahsyatan tubuh kita yang diciptakan sempurna oleh Tuhan yang maha kuasa. Upss….bahkan kita sendiri sampai lupa bahwa ada Tuhan yang mengatur segala sesuati di dunia ini. Tuhan masih ada, masih hidup dan masih bekerja sampai detik ini.
Saking cintanya, perhatiannya sama kita-kita….para manusia ini… Tuhan mengutus anakNya sendiri untuk menyatukan kita, mengumpulkan kita, mengajak kita pulang ke rumah kembali. Dengan harga yang mahal… Yaitu kematian paling hina sejagat raya. Sayangnya….sayangnya...sayangnya…. Kita melupakan Tuhan di tengah wabah ini.
Sayangnya, tulisan ini bukan tentang Tuhan, tetapi tentang bagaimana sistem kekebalan tubuh kita. Dan semua itu dimulai dari demam atau panas.
DEMAM, TUBUH PANAS ITU JUSTRU SEHAT
Demam bisa berarti panas atau panas terus dingin, terus panas terus dingin lagi. Suhu normal tubuh manusia 36,5 - 37,2 derjat Celcius. Apapun yang terjadi, entah itu cuacanya panas atau dingin, tubuh selalu berusaha mempertahankan kondisinya di range suhu tersebut. Karena ini adalah kondisi ideal dimana sel-sel tubuh bekerja secara optimal. Termasuk virus dan bakteri yang hidup dalam tubuh kita.
Hah ? Bener ?
Iya…betul. Dalam tubuh kita terdapat jutaan bakteri yang hidup dan mati setiap harinya. Juga ada virus herpes dalam tubuh kita loh ! Bahkan, dalam jantung kita sendiri ada bakteri mitokondria yang memampukan jantung kita berdenyut setiap detik.
Manusia dan bakteri sama-sama mahkluk hidup. Bedanya, bakteri hanya memunyai 1 sel, sementara manusia memiliki ribuan sel yang saling bekerja sama. Manusia, secara biologis adalah kumpulan sel, bakteri dan virus yang besar.
36,5 - 37 C adalah kondisi yang nyaman dan normal bagi semua mahluk hidup yang tinggal dalam tubuh kita. Mereka bekerja, bertumbuh dan mati dengan damai. Tentu saja ada polisi yang berpatroli dalam tubuh kita. Menjaga kestabilan antara bakteri jahat dan bakteri baik tetap seimbang.
Sama seperti dunia ini, selalu ada orang baik dan orang jahat. Bakteri dan virus memasuki tubuh kita setiap hari melalui makanan yang kita makan, air yang kita minum dan tamu tak diundang yang menyelinap melalui cairan tubuh kita. Jumlahnya sekitar 6 juta (bakteri, virus, jamur dan mikroba lainnya).
Banyak ? Dibandingkan apa ? Mari kita lihat sel darah putih yang terdapat dalam tubuh kita. Jumlahnya sekitar 5.000 - 10.000 per Microliter darah. Satu liter sama dengan 1.000.000 Mikroliter.
Total darah yang ada dalam tubuh kita 4,7 - 5,5 liter. Kita jadikan mikroliter, maka angkanya adalah 4.700.000 - 5.500.000 mcL
Jadi, total semua sel darah putih yang terdapat dalam tubuh kita adalah 23.500.000.000 - 55.000.000.000. Atau 23,5 Milyar - 55 Milyar
Jumlah bakteri yang masuk 6 juta, sedangkan jumlah sel darah putih kita 23,5 milyar. Siapa yang harus takut ? Kita atau bakterinya ?
Kondisi ideal bukan berarti kondisi optimal. Kondisi ideal adalah suatu kondisi dimana semua pihak bisa bekerja dengan baik. Sedangkan kondisi optimal adalah kondisi yang bagi bagi seseorang tetapi tidak baik bagi orang lain.
Seperti halnya mesin mobil dengan ac mobil. Suhu ideal oili mesin mobil adalah 80 derajat Celcius. Pelumasan oil berjalan dengan baik pada suhu tersebut. Sedangkan bagi AC mobil, suhu tersebut adalah bencana, proses pendinginan freon menjadi terhambat. Untuk mengatasi hal itu, dalam mobil ada dua kipas yang arahnya berbeda. Yang satu kipas radiator, sedangkan satunya lagi kipas kondensor. Satunya menarik udara dari luar ke dalam mesin, sementara yang lainnya membuat udara panas mesin keluar.
Demikian pula dengan panas tubuh kita ketika demam. Semakin panas, semakin menderita kehidupan bakteri. Sementara itu semakin panas, sel darah putih akan semakin giat bekerja. Bakteri berjalan semakin pelan sementara sel darah putih berjalan semakin cepat. Dengan kata lain, semakin cepat pula kita sembuh.
Karena itu kita mengenal yang namanya masa kritis. Masa kritis ini terjadi ketika semua mikroba penganggu dalam tubuh kita telah habis dibunuh. Loh ? Bukannya masa kritis itu seharunya ketika mikroba masuk kedalam tubuh ? Tidak ! Karena yang lebih berbahaya itu adalah sistem kekebalan tubuh kita, bukan bakteri atau virusnya.
Sitokin atau Cytokine adalah sejenis protein yang dilepaskan sel untuk memanggil sel darah putih. Semakin banyak yang dilepaskan, semakin banyak pula yang akan datang. Sel darah putih yang seharusnya membunuh mikroba menjadi tak terkontrol, merusak sel - sel yang sehat sehingga terjadilah kegagalan organ paru-paru.
Itulah masa kritis, apakah tubuh akan kembali normal ? Atau malah over reacting ? Sangat berbahaya apabila sistem kekebalan tubuh kita error. Atau sel kita bermutasi. Penyakit yang disebabakan karena penyimpangan sistem tubuh ini tidak ada obatnya. Contohnya kanker, leukimia, diabetes dan lainnya.
Kanker adalah sel tubuh yang tidak mau mati sendiri, menjadi rakus dan tidak mau memberi. Dia memakan-memakan dan memakan sehingga membesar sendiri tanpa mau dikendalikan. Sistem kekebalan tubuh kita tidak bereaksi apa pun juga karena mengenalinya sebagai teman, bukan lawan, bukan benda asing. Tidak ada apapun yang bisa kita lakukan jika menghadapi penyakit yang penyebabnya adalah tubuh kita sendiri ! Dan ini menakutkan !
Bagaimana dengan Corona tanpa gejala ? Tanpa panas ? Tanpa batuk ? Tapi positif Corona ? Apalagi pasiennya sehat, segar dan normal. Saya pikir aneh dan kesannya dibuat-buat.
Apakah mekanisme tubuh kita yang salah ? Apakah tubuh kita bodoh ? Sehingga dapat dikibuli virus ini ? Atau kita yang bodoh karena mempercayai teori ini ? Apakah virus Corona ini lebih hebat dari sistem kekebalan tubuh kita ? Dia bisa menyamar kayak James Bond dan memiliki kekuatan Thor yang sanggup menghancurkan tubuh manusia dalam hitungan hari ?
Pertanyaannya sekarang….apa yang anda percayai ? Atau siapa yang anda percayai ? Dokter, spesialis, WHO atau tubuh anda sendiri ? Saya lebih memilih tubuh saya sendiri. Itu pilihan saya. Dan saya punya alasannya.
Tubuh kita jauh lebih pintar, jauh lebih hebat dari semua dokter di dunia. Tubuh saya memiliki senjata mematikan yang mampu membunuh apa saja yang dikenalinya sebagai “kelainan”. Tubuh saya kompleks dan semua pengetahuan di dunia ini tidak akan pernah bisa menjelaskan fungsi dan cara kerja tubuh secara lengkap, komperhensif dan sempurna. Tubuh saya adalah ciptaan Tuhan semesta alam yang juga menciptakan virus.
Tuhanlah yang menjadikan manusia sebagai pusat kehidupan ini. Dia sudah menduga apa yang akan terjadi dan sudah melengkapi dengan semua senjata yang diperlukan. Baik untuk sekarang maupun kejadian mendatang. Karena Tuhan itu sempurna dan baik hati. Tidak mungkin memberi setengah-setengah dan seadanya. Keliatannya kita lupa hal mendasar ini.
Bahkan, dokter yang paling ahli pun akan berkata bahwa yang sanggup menyembuhkan penyakit itu adalah tubuh kita sendiri. Obat-obatan yang diberikan fungsinya untuk meningkatkan daya tahun tubuh dan mengobati akibat sekunder yang terjadi, bukan obat untuk membunuh virusnya.
Dan ketika ada sesuatu yang asing masuk ke dalam tubuh…. Yang tepatnya berhasil masuk dan berhasil menyerang tubuh… Maka reaksi pertama dari tim sistem kekebalan tubuh adalah meningkatkan suhu tubuh untuk memacu produksi sel darah putih. Dimulai dari 37,5 C, naik pelan-pelan sampai 37,9 C. Jika virusnya belum habis atau membandel, suhu tubuh akan meningkat dari 38 C sampai 40 C.
Semakin tinggi suhu tubuh, berarti semakin gawat penyakitnya. Semakin lama, 1 hari, 2 hari...7 hari semakin berbahaya. Patokannya adalah 3 hari. Lebih dari itu, tubuh kita tidak sanggup menahannya. Suhu 38 C selama tiga hari adalah lampu kuning. Tetapi kalo 39 C dalam 1 hari itu sudah lampu merah. Tetapi belum fatal, merngarah ke fatal.
Kita ini bukan mahkluk lemah bro ! Sebagian besar orang masih sanggup bertahan dengan suhu 40C selama satu dua hari. Tetapi itu sangat berbahaya dan tidak saya sarankan. Akibatnya fatal kalau ada orang tubuh yang rusak. Tidak ada spare part-nya dan tidak ada yang jual. Tidak semudah bongkar pasang kayak lego. Sekali rusak akan rusak selamanya, seumur hidupmu.
Demam berdarah itu sangat berbahaya...panasnya bisa sampai 40 C selama 4 harian. Begitu turun panasnya, jika kita belum sadar kalau itu DBD… Tewas lah kita. Pulang ke rumah Bapa di Surga.
Corona ini, saya tidak melihat bahayanya. Panasnya juga rata-rata. Gejalanya biasa-biasa. Tidak bisa dibedakan antara flu biasa dengan Corona. Kenapa bisa semenakutkan ini ? Padahal….dari dulu…ya ! Dari dulu sekali….penyakit pernapasan memang penyebab kematian terbesar di dunia. Peringkat ketiga !
MEMBACA DATA KEMATIAN ! ASLI KE-NGANGGUR-EN
Selain bekerja dan mengurusi keluarga, kegiatan baru kita adalah menghitung jumlah orang yang mati setiap harinya. Sekalipun tidak mau, mata kita dipaksa melihat… BETUL ! Kita dipaksa...kita harus melihat data orang yang positif Corona dan yang meninggal karena wabah ini.

Setel televisi… Corona. Lihat whatsapp...Corona ! Nda tau siapa yang nge-share. Pokoke selalu ada ae yang “keliatan” baru, setidaknya bagi mereka atau bagi kita. Saya ini heran...kenapa yang di share selalu yang jelek-jelek. Penutupan pasar, PSSB terbaru, tetangganya mati karena Corona. Apapun yang dibagikan, isinya tidak jauh dari berita negatif yang melemahkan semangat kita pada akhirnya melemahkan imun.
Buka Youtube… Pasti ada WHO atau Corona ! Browsing Google… Corona ! Ditelpon orangtua….Corona lagi ! Emang...siapa sih Corona itu ? Apa hubungannya dengan kita ? Kasih gang dao apa ? Bisa buat apa toh Korona itu ? Dia bukan siapa-siapa, dan tidak ada untungnya bagi kita. Kenapa kita toh begitu terpesona dengan dirinya ?
Apa itu virus ? Saya yakin anda tidak tahu jawabannya. Apa bedanya virus dengan bakteri ? Mana yang lebih kecil ? Virus atau bakteri ? Virus itu benda mati atau mahkluk hidup ? Mengapa Tuhan menciptakan virus ?
Tidak salah…dan memang satu-satunya jalan untuk mendamaikan manusia adalah mengorbankan anakNya. Karena kecenderungan manusia adalah kegelapan. Lebih menarik berita buruk kematian daripada kabar baik keselamatan. Lebih gampang menyebarkan ketakutan daripada merenungkan keberadaan Tuhan. Lebih enak mainan HP daripada menghadap Tuhan.
Anda akan terkejut.... "
Apa kesimpulannya ? Bahwa Corona itu menakutkan. Bener ? Tau dari mana ? Dari jumlah orang yang mati Pak ! Emang berapa yang mati ? Banyak pak. Pada tanggal 17 April lalu, yang mati karena virus ini ada 520 orang. Tuh...banyak kan pak !
Wadooh...banyak sekali yang mati ! Serem yo bro ! Jadi yang kena virus itu langsung mati ya ?
Eeeennggg… Nda juga sih pak. Yang kena virus Colonel itu 5.923 orang… Dari situ, yang mati 520 orang. Sisanya sedang dalam perawatan. Ada yang dirawat di rumah sakit, ada yang disuruh tidur-tiduran di rumah...tapi ada juga yang malah keluyuran di jalan.
Haaaaaa ? Bukannya orang sakit itu lemes, pucet dan tidak bisa ngapa-ngapain. Ini kok malah keluyuran di jalan ? Sek tah bro...iki penyakit opo tooh ? Kok mirip ambek batuk pilek. Terus yang kena virus ini cuma disuruh turu nang omah.
Karena itu saya mencari dan membagikan dua data ini :
- Daftar penyakit yang mematikan selama ini
- Data jumlah orang yang meninggal setiap harinya.
Pertanyaan mendasarnya, data siapa yang akan kita pakai untuk daftar ini ? Apakah anda percaya dengan sumber data tersebut ? Mengingat sekarang ini era data, dimana semua orang bisa membuat datanya sendiri, meng-upolad-nya ke internet dan mempopulerkannya.
Contoh paling aktual tentang data ini adalah Pemerintah VS Wan Abas. Pada hari itu, waktu itu, Om Yuri, lengkapnya om Achmad Yurianto mengatakan bahwa jumlah kematian akibat Corona 122 jiwa. Sebaliknya wan Abas, dengan suara BERGETAR, mengatakan bahwa ada 283 jiwa yang meninggal. Mana yang benar ? Mana yang anda percayai ?
Seringkali, kefanatikan terhadap seseorang atau sesuatu menutup pikiran. Yang benar adalah orang itu. Lainnya salah. Apalagi ditambah dengan bom media massa. Dibumbui dengan influencer yang kadang menerima “pesanan” untuk mempopulerkan data. Itulah dunia kita sekarang ini. Dunia yang bisa memanipulasi dengan cara siapa yang paling populer (yang belum tentu paling benar).
Saya akan menggunakan data WHO atau data pemerintah Indonesia untuk kedua daftar ini. Meskipun bisa saja mereka memanipulasi data….tetapi paling tidak 80-90% masih bisa saya terima kebenarannya.

Artinya dari dulu sampai sekarang, yang namanya penyakit pernapasan itu, dari dulu sampai sekarang menjadi penyebab kematian nomer tiga di dunia. Mau di-viralkan atau tidak, kenyataannya seperti itu. Hanya saja, dulu kita tidak tahu fakta ini. Setelah Corona baru kita sadari.
Terus kenapa kita takut ? Kenapa dulu tidak takut ? Dulu kita tidak tahu, makane kita tidak takut. Sekarang tahu… Jadi takut ! Kok bisa ? Aneh kan ? Tau nggak ada yang lebih aneh lagi ???
Penyebab kematian tertinggi adalah penyakit jantung. Jumlahnya luar biasa, nomer satu di dunia, 5 kalinya kematian akibat penyakit corona. APAKAH KITA TAKUT ? Tidak sama sekali ! Malah kita anggap biasa saja.
Ada 3 juta orang yang mati tiap hari karena penyakit pernapasan, anggap saja corono pnemumonia. Artinya ada 8.219 orang yang mati tiap hari. Baik kita sadari atau tidak, baik diberitakan di media massa atau tidak. Baik di press conference Om Yuri atau tidak.
Kenapa kita ngeri ? Karena jumlah orang mati yang begitu banyak ? Coba deh, sekarang kita suruh om Yuri mengumumkan kematian akibat penyakit jantung koroner setiap hari
Ada 41,643 orang yang mati tiap hari karena penyakit jantung di seluruh dunia ! Tambah heboh lagi !
Bahkan artis pun jadi youtuber ! "
Tapi pak...ini kan wabah ! Special case kasus korona. Nda...nda spesial...yang membuatnya spesial itu media massa. Dan opini kita digiring ke arah sana, ke arah ketakutan.
Tanpa pernah kita sadari, hampir setiap hari ada orang yang mati. Ini fakta yang belum pernah kita sadari hingga sekarang ini. Tetapi tidak pernah menimbulkan. Ketakutan sebesar ini...dalam sejarah manusia. Takut akan hal yang sudah pernah terjadi, dan sering terjadi tanpa pernah kita ketahui.
Tetapi 8.219. Dan 41.634 bukan data finalnya. Karena itu adalah data kematian dua penyakit saja. Data finalnya adalah, 155.890 orang yang mati setiap harinya…! Ada 6.495 orang yang mati tiap jam. Atau 108 orang tiap menit.
Dan moment ini dimanfaatkan, benar-benar dieksploitasi media massa. Karena kesempatan seperti ini tidak datang dua kali. Dan juga karena pendapatan media massa menurun, pangsa pasar mereka menurun dimakan blogger dan vlogger. Selama ini, media massa tidak berkutik. Corona ini adalah kesempatan terbaik mereka menaikan popularitasnya dan bodoh kalau tidak dimanfaatkan.
Toh semuanya butuh makan, ada yang mencukupkan apa adanya dan ada yang rakus ! Padahal mereka tahu kerakusan mengarah ke penyakit jantung ! Kolesterol, diabetes dan stroke...penyebab kematian nomer satu di dunia dan di Indonesia.
Media Indonesia, bahkan dunia mulai menyebarkan ketakutang kembali sambil mencari populatiras, membombardir dunia internet kita dengan headline besar, “Persentase kematian di Indonesia terbesar di seluruh dunia !!” Di-gong-in wan Abas dengan suara bergetar…
Padahal, waktu itu hanya ada 2.000 lebih yang positif Corona. Jauh sekali dibandingkan dengan Cina, Spanyol, Italy, Iran… Boro-boro dibandingkan Amerika. Memang benar, pada saat tulisan ini dibuat, ada 5.000 yang positif di Indonesia. Liat Amerika, 400.000 lebih. Yang mati di Indonesia 600 orang, di Amerika sudah 20.000 lebih.
Amerika memang selalu nomer satu ! Termasuk korban jiwanya. Good bener !
Berapa jumlah orang yang mati di Indonesia setiap harinya ? Apakah anda tahu ? Berapa orang yang mati di kota anda setiap bulannya ? Atau agar topik pembahasan kita tidak menyimpang dari kematian karena Corona, kita bandingkan saja data kematian di Jakarta selama ini.
Darimana datanya ? Tentunya dari DisPendukCapil. Dimana kita harus membuat akta kematian seseorang. Kemudian dari situ dicoret di Kartu Keluarga, Nomer Pajak, KTP dan lain-lainnya. Beruntunglah kita semua karena dunia sekarang ini sudah terbuka. Data ini bisa kita lihat di www.statistik.jakarta.go.id
Rata-rata orang yang mati di Jakarta adalah 4.500 orang perbulan. Jika dibagi 30 hari, maka akan ada 150 orang yang mati setiap harinya. Itu mereka yang mengurus akta kematiannya. Kalo tidak ngurus ke disipenduk...ya nda tercatat. Atau bisa aja matine di jakarta terus dikuburkan di kampung halamannya.
Dan 150 orang itu hanya dari Jakarta saja. Tentu saja hal ini tidak dilewatkan begitu saja oleh media massa. Dan yang lebih parah sama si stalker. Mereka yang mati ini dihubung-hubungkan dengan Corona. Walau tidak semua, anggap saja 10%-nya. Itu pun sudah 15 orang setiap hari.
Ditambah lagi dengan sistem alogaritma Google yang memberikan halaman satu-nya pada situs yang paling mengupdate beritanya. Betapa sering kita melihat yang namanya TribunNews.com ini nangkring di halaman satu. Dia memakai teknik basa-basi kemudian menaruh berita yang di headline-nya di klik kedua. Sehingga dianggap Google sebagai situs yang berkualitas. Karena memiliki bounce-rate yang rendah.
Tentu saja rahasia umum ini telah diketahui CNNindonesia.com, kompas.com, detik.com dan dot kom dot kom lainnya. Tiidak heran jika halaman pertama Google dipenuhi oleh berita yang sama, diulang-ulang berkali-kali, setiap hari.
Dari sisi penguna android, termasuk anda dan saya… Apapun yang kita cari dengan menggunakan Google Chrome pasti akan muncul satu-dua berita tentang Corona. Sekalipun topik yang kita cari tidak ada hubungannya sama sekali.
Karena itulah… Untuk saat ini saya menggunakan Bing.com untuk seraching sesuatu. Hasil pencariannya lebih relevan dengan keyword yang saya ketikkan. Sayangnya, 95% pengguna internet tidak mengetahui hal ini sehingga mereka ketakutan, gelisah, stress karena keadaan dan karena ponsel mereka sendiri.
Surabaya zona merah, dengan tingkat kematian nomer dua di Indonesia. Sekali lagi, demi data dan fakta, kita harus membandingkan angka kematian karena Corona ini dengan angka kematian yang terjadi selama ini. Data ini diambil dari www.dispendukcapil.surabaya.go.id

Rata-rata orang yang mati di Surabaya setiap bulannya ada 2.000 orang. Dibandingkan dengan Jakarta, jumlah penduduk Surabaya memang lebih sedikit. 9 juta dibandingkan 2.7 juta jiwa. Tentu saja yang mati lebih sedikit Surabaya daripada Jakarta. Demikian pula dengan tingkat kelahiran bayi.
Rata-rata ada 65 orang yang mati setiap harinya di Surabaya. Ditambah dengan Jakarta, akan ada 215 orang yang mati setiap harinya.
Terus….kenapa takut ? Takut sama apa ? Sama kematian ? Kita semua akan mati, cepat atau lambat. Kalau waktunya sudah tiba kita akan mati sesuai dengan kehendak dan rencanaNya. Mati berarti tugas kita di dunia sudah selesai. Kematian bukan akhir dari segala-galanya. Kematian berarti kembali ke pangkuan Allah, kematian itu awal dari kehidupan abadi. Kebahagiaan yang sempurna sekaligus akhir penderitaan di dunia.
KESIMPULAN
Virus Corona akan berakhir ketika semua orang sudah bosan dan melihat berita tentang Corona ini tidak menarik lagi. Selalu ada klimaks dan anti klimaks atas segala sesuatunya. Bukan berarti virusnya tidak ada. Virusnya tetap ada, tetapi tubuh kita sudah kebal. Tidak ada orang yang bisa tahu apakah kita ini positif atau negatif. Tetapi yang positif harusnya bersyukur karena dia sudah memiliki antibodi dalam tubuhnya. Walaupun kembali positif, dalam waktu 1-2 hari, virus itu akan dihabisi sistem kekebalan tubuh kita.
Tapi pak...saya takut, sistem imun saya kalah oleh virus Corona dan tidak selamat di dunia ini. Kamu terlalu meremehkan kekuatan tubuhmu sendiri ! Kita ini loh…. Diciptakan dengan dahsyat dan luar biasa. Tuhan yang menenun dan menjaga kita seperti biji mataNya sendiri !
Share this content