Virus Corona, Perang Persepsi Yang Lebih Menakutkan dari Virusnya

Virus Corona termasuk virus influenza yang “dikatakan” menakutkan. Yang membuat orang sesak nafas kemudian meninggal. Awalnya disebut Corona kemudian oleh WHO disebut sebagai Virus CoVid-19 yang artinya COrona VIrus Disease tahun 2019. Muncul pertama kali di kota Wuhan, provinsi Hubei di Cina akhir Desember 2019 dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Saya langsung mual dan pusing karena setiap hari membaca dan melihat berita mengerikan dari televisi, youtube dan whatsapp. Bahkan searching Google apapun pasti muncul berita negatif Corona. Ada .apa sebenarnya ?

Bentuk dan struktur virus Corona

ASAL VIRUS CORONA

Virus ini berasal dari hewan yang kemudian bermutasi sehingga bisa menjangkiti manusia. Kemudian bermutasi lagi sehingga bisa menulari dari manusia satu ke manusia lainnya. Tidak diketahui pasti dari binatang apa, tersangkanya adalah kelewar atau ular.

Orang pertama yang diketahui terinfeksi virus ini, disebut pasien Zero, berusia 55 tahun pada tanggal 10 Desember. Selanjutnya, muncul 1 - 5 kasus baru setiap harinya. Setelah diselidiki, semua pasien berasal dari tempat yang sama, yaitu pasar hewan.

Ibu Wei Gui Xian merasa tidak enak badan dan memeriksakan ke klinik dekat rumahnya. Didiagnosa dokter sebagai sakit flu biasa dan ada sedikit infeksi bronkitis. Dokter memberinya antibiotik. Bukannya membaik, sakitnya bertambah parah. Sesak nafas dan hampir kehilangan kesadaran. Dia pergi ke rumah sakit Xiehe. Dilakukan tes lebih teliti dengan swap tenggorakan dan endosokopi. Tetapi tidak ditemukan penyebabnya.

Saat ini Ibu Wei sudah sembuh dan keluar dari rumah sakit. Dia mengatakan bahwa kemungkinan tertular virus dari toilet umum dalam pasar.

Dokter Li Wen Liang, yang pertama kali menemukan virus Corona

Dokter rumah sakit yang menangani ibu itu, merasakan ada keanehan. Dia memposting ke grup WeChat dokter teman-temannya untuk waspada karena memiliki kemiripan dengan virus SARS. Bagaimana ceritanya, entah siapa yang mem-forward chatnya. Berita ini tersebar luas dan menimbulkan kehebohan.

Dr. Li Wen Liang berkata, “Ada 7 kasus mirip SARS yang terkonfirmasi di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.” Beserta laporan CT Scan pasien. “ Berita terbaru adalah, telarh dikonfirmasi bahwa mereka adalah infeksi virus Corona, tetapi virus yang tepat untuk menjadi subtipe.”

Dokter Li ini adalah dokter mata, bukan dokter paru-paru. Dan telah meninggal pada tanggal 7 Februari 2020 pukul 02.58.

Berumur 34 tahun di Rumah Sakit Wuhan tempatnya bekerja. Kematiannya dianggap sebagai pahlawan karena keberaniannya, atau tepatnya postingan biasa saja yang kemudian viral tentang Virus baru ini.

Virus Corona ini berasal dari binatang, yang pasti bukan dari burung. Kemungkinan besar dari ular atau kelelawar. Yang mana ? Tidak jelas, kalo tidak kelelawar, ya ular. Kemungkinan besar dari kelelawar, karena ada laboratorium virus di dekat kota Wuhan.

Begitulah nasib Ibu Wang Yan Yi. Direktur utama Institut Virologi Wuhan yang dituduh sebagai tempat asal Virus. Katanya Laboratoriumnya bocor sehingga virusnya bisa lepas. Ditambah lagi HOAX yang mengatakan bahwa, Dokter ini sering menjual hewan hasil eksperimennya ke pasar hewan di Wuhan.. x-x’

Dihujat dan ditelanjangi habis-habisan. Begitulah kedahsyatan sosial media. Bukan di Indonesia saja, tetapi di Cina dan dunia. Satu berita digoreng habis-habisan sampai gosong...sampai serumah kebakaran habis dan apinya berhenti. Tetapi postingan sosmed-nya belum berakhir. Bahkan mungkin sampai saat ini masih di forward-forward.

Apakah virus ini berasal dari “kesalahan teknis” laboratorium yang dekat Wuhan itu ? Tidak ada buktinya dan yang jelas disetujui oleh dunia adalah virus ini alami, bukan virus buatan. Dan kenyataannya memang demikian. Virus Corona bukan virus baru. Virus ini sudah ada dari dulu. Bentuknya pun kurang lebih sama. Bundar dan ada mahkotanya.

Virus Corona itu ada ribuan jenisnya...yang diketahui….dan yang tidak diketahui mungkin ratusan ribu, bisa jutaan spesies. Kita atau ilmuwan tidak perlu tahu mereka semua karena pada umumnya tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Yang perlu diketahui hanyalah yang berdampak serius bagi manusia.

Prof. Wang Yanyi, kepala laboratorium Virologi Wuhan

Virus Corona ini juga penyebab Flu Spanyol tahun 1918. Flu Asia tahun 1957, Flu burung, flu babi dan flu-flu lainnya.

Dalam ilmu apapun, selalu ada yang namanya bencana 100 tahun. Bisa Banjir besar 100 tahun, Wabah 100 tahun atau XXX 100 tahunan yang biasanya dahsyat. Seperti banjir tahun baru 2020 di Jakarta yang katanya… Menurut data… Merupakan bencana banjir 100 tahun. Demikian pula dengan wabah Corona ini yang 100 tahun lebih dikit dari Flu Spanyol.

Dibandingkan dengan Flu Spanyol tahun 1918, Flu Corona ini tidak ada apa-apanya. Flu Spanyol berakibat fatal bagi anak muda yang sehat, yang imunitas tubuhnya bagus, termasuk ibu-ibu sehat. Penyebarannya juga cepat seperti Corona. Lewat muncratan batuk atau orang yang kalo ngomong muncrat kayak hujan lokal. Tapi yang lebih sering itu lewat benda-benda yang terciprat batuknya.

Sama...Flu Spanyol tidak ada obatnya, tidak ada vaksinya. Obatnya waktu itu hanya Vitamin, istirahat dan semangat. Akibat terburuknya sama...pneumonia ! Bedanya kalo Covid-19, hanya 0,3% saja yang menimbulkan pneumonia ini. Kalo Flu Spanyol… Dalam hitungan hari langsung dipanggil Tuhan !

Bayangkan, angka kematiannya 10% - 20%. Flu Spanyol menjangkiti ¼ penduduk dunia saat itu. Hampir seluruh dunia terkena virus Spanyol ini. 500 juta orang terkena Virus, 50 - 100 juta orang mati… Di seluruh dunia. Wabah ini baru selesai Desember 1920, atau selama 2 tahun.

Jika dibandingkan dengan data Corona, sebenarnya yang menakutkan itu apanya ? Tingkat kematiannya 3% ? Itupun dengan catatan pasien memiliki masalah dengan imunitasnya dan penyakit degeneratif seperti sakit jantung, darah tinggi atau kencing manis.

97% orang yang terkena Virus Corona sembuh sendiri. Dari 97% ini, yang masuk rumah sakit paling banyak 5%. Dari 5% ini 99%-nya pasti sembuh. Yang tidak masuk rumah sakit hanya menimbulkan gejala ringan seperti demam dikit, batuk dikit, pilek dikit, karena hidungnya buntu.. Jadinya agak sulit bernafas.

Bahkan ada yang sama sekali tidak menunjukan gejala apapun. Positif virus Corona, tapi nda sakit sama sekali. Looooooh ? Ini yang ngaco alat tesnya atau tubuh kita yang terlalu kuat ? Atau dibesar-besarkan untuk menimbulkan kekacauan ?

Untuk apa mengacaukan keadaan ? Apa untungnya ?

Wabah 100 tahunan.

PERANG ANTARA BARAT DAN TIMUR ??

Yah...untuk anda yang berhati baik mungkin kebingungan dengan hal ini. Tetapi inilah realita kehidupan di dunia ini. Ada orang baik dan ada juga orang jahat. Ada orang pelit dan ada yang dermawan. Ada orang yang bepikiran positif dan juga ada orang yang selalu berpikiran negatif. Ada orang yang haus kekuasaan dan juga ada orang yang menganggapnya sebagai tanggungjawab besar.

Masalahnya, anda termasuk jenis orang yang mana ?

Ketika Donald Trump menuduh penyebab Virus Corona adalah laboratorium Wuhan yang bocor. China marah bukan main. Dibalas tidak kalah sengitnya. Kemungkinan dari 300 pasukan Amerika yang bulan Oktober lalu mengikuti kejuaraan pertandingan militer di Wuhan, Cina.

Menteri luar negri Cina

Apakah Amerika sama dengan Donald Trump ? Kelihatannya tidak, tetapi memang mayoritas Senat dikuasai partainya Trump. Jadi seakan-akan jika Trump berbicara, maka itu adalah Amerika.

Saya pikir Trump ini kurang kerjaan. Selama kepemimpinannya, selalu happening. Mulai dari penutupan perbatasan Meksiko, Shutdown kantor pemerintahannya hingga menyerang Iran dengan Drone. Tak hanya itu, mulai perang dagang dengan China dan terakhir cawe-cawe masalah Hongkong sehingga memecahkan rekor demo terpanjang di dunia.

Bisa jadi, ada yang melihat Corona ini sebagai kesempatan untuk menjatuhkan ekonomi Cina. Maka beredarlah video yang tidak jelas asal usulnya. Tiba-tiba saja, orang-orang berjatuhan tanpa sebab.

Mengerikan….begitu mengerikan ! Itulah kedahsyatan Virus Corona. Bahkan mungkin hingga saat ini, pikiran kita masih membayangkan kejadian itu. Semua orang di kota kita jatuh bergelimpangan….^-^’

Kelihatannya, secara global, dari sudut pandang yang lebih besar. Peristiwa ini adalah perang antara Timur dengan Barat. Dimana kejayaan barat mulai memudar digantikan dengan Timur. Kemakmuran yang dulunya dikuasai negara-negara Eropa kini berganti ke negara Asia. Superman, eh negara Super Power telah pindah ke benua lainnya.

Dan motor penggeraknya adalah Cina. Memangnya ada orang yang tidak senang dengan kemajuan orang lain ? Ada ! Tentu ada ! Tentu ada orang yang iri dengan keberhasilan orang lain. Bukannya intropeksi, jenis orang ini malah mencari kejelekannya dan mengkritik terus menerus. Sayapun tinggal dengan orang jenis ini selama beberapa tahun. Mbencekno !

Tuntulah ilmu sampai ke negri Cina ! Begitulah petuah orang tua. Mengapa ? Karena mereka jenis orang yang tidak gampang menyerah. Dan selalu bisa keluar dari masalah. Dengan cara yang elegan pula.

Wuhan di LOCKDOWN ! Langsung lockdown ! Bangun rumah sakit dengan kapasitas 1.000 tempat tidur di atas tanah seluas 269.000 meter persegi dalam waktu 10 hari. Dan mengirimkan 2.600 dokter dan perawat ke Wuhan. Menggunakan stadion dan bangunan lainnya untuk rumah sakti darurat. Seakan-akan mengejek pencemoohnya. Eh...lu bisa nda kayak gini ?

Wuhan bukan kota kecil. Ada 11 juta penduduknya dengan luas 8.494 km persegi. Sedangkan Jakarta saja luasnya 7.659 km persegi dengan penduduk 10 juta jiwa.

Lockdown itu tidak mudah. Butuh koordinasi antara pemerintah, rakyat dan militer. Dan yang bikin lockdown itu berat adalah biayanya. Duitnya besar sekali. Apalagi di Indonesia yang rawan korupsi. Tidak heran Jokowi langsung mengeluarkan peraturan, “ Hukuman mati bagi para koruptor yang memanfaatkan dana penanganan Corona ini. “

Saya pikir sudah sepantasnya dibuat keras seperti ini. Ini masalah hidup mati seseorang. Kalo lu korupsi, mereka mati. Daripada begitu, mendingan lu aja yang dihukum mati...kalo ketahuan !

Siapa yang mau di lockdown ? Tidak ada ! Sebelum ada lockdown, mereka yang ekonominya lemah langsung mengambil ancang-ancang keluar dari kota. Yah...mereka yang entah itu positif entah negatif berbondong-bondong kembali ke kotanya masing-masing yang malah menyebarkan virus ini ke kampung halamannya.

Akibat Lockdown di India. Kekacauan !

Saya ini nda habis pikir dengan pola pikir si GoodBener yang selalu ngomong lokdon, lokdon, lokdon !! Tutur katanya manis tapi niatnya busuk ! Nda isa mikir ato memang pikirannya cuma “ITU” doang ? Yah...itulah pilihan mereka ! Semoga saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Belajar ya bro...hati-hati memilih pemimpin.

Lockdown memang efektif….kalo bisa dilaksanakan dengan tangan besi. Dan hanya Cina yang bisa melakukan lockdown. Militernya kuat, sistemnya komunis, presidennya bener dan yang paling penting duitnya kuat. Kalau salah satu unsur tidak dipenuhi, lockdown akan berakibat fatal. Lebih fatal daripada virusnya sendiri. Mau coba ?

Wuhan bisa di lockdown karena Cina memaksa semua penduduk Wuhan mendownload aplikasi di HP-nya. Setiap hari mereka harus menjawab pertanyaan yang muncul kemudian dari HP itu akan menunjukkan statusnya. Boleh keluar atau harus tinggal di rumah. Ada polisi di setiap jalan, yang akan meminta mereka mengeluarkan HP-nya dan melihat statusnya. Jika melanggar...tau sendiri akibatnya. Atau jika mengisi ngawur...juga akan tahu akibatnya. Dan… Penduduk Cina takut !

Berbeda dengan India yang melakukan lockdown. Semua transportasi dihentikan, semua pabrik, mall dan kegiatan bisnis ditutup. Fatalnya, India yang juga hampir sama dengan Indonesia, banyak penduduk yang hidupnya serta gajinya cukup untuk makan sehari.

Dengan berhentinya transportasi, mereka harus jalan kaki dengan resiko mati selama di jalan. Tentu saja penduduk India lebih memilih mati di jalan daripada mati sia-sia di kota. Saya pikir dimana-mana juga akan seperti itu. Termasuk di Indonesia.

Ketika Anies Baswedan membatasi angkutan umum di Jakarta. Yang terjadi malahan antrian panjang di halte bus, MRT, LRT dan lainnya. Ini bukan sosial distancing...tapi sesek-sesekan. Rencananya jarak antrian 1 meter, tapi malah 1 milimeter. Terus...si Anis bilang apa ? Itu untuk efek kejut ! Pinter e nek ngeles….

Jokowi tahu, Indonesia tidak bisa lockdown secara langsung. Akan terjadi kekacauan sosial dan kehancuran ekonomi. Lockdown itu mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan. Masyarakat harus dibiasakan dulu pelan-pelan. Dibatasi sedikit demi sedikit...kalaupun terpaksa...jika terjadi kejadian luar biasa dimana pemerintah tidak sanggup mengatasi…. Tapi kemungkinannya kecil sekali sih…. Maka dilakukan lockdown.

Tanpa pekerjaan, cepat atau lambat… Mereka akan mati. Bukan karena virus, tetapi karena kelaparan. Pilihannya, pulang kampung dengan resiko mati di jalan. Atau menunggu mati kelaparan di kota ?

Lockdown itu penting ? Penting kalo bisa dilaksanakan. Seperti melawan racun dengan racun. Sangat efektif dan sangat cepat mengatasi masalah. Tetapi resikonya besar sekali. Racunya hilang atau mati keracunan sendiri. Kalo tidak mampu tapi maksa...jelas tambah kacau.

Di satu sisi, saya setuju dengan tindakan Cina yang membatasi dan langsung menindak tegas Dokter Li yang memulai berita Corona ini. Kita ini lagi kesulitan, jangan menambah beban negara dengan menyebarkan ketakutan. Sebaliknya….kalo mau menyebar...sebarkanlah harapan dan kebahagiaan.

Coba sekarang di negara kita ini. Berita hoax keleleran. Orang memforward apa aja yang diterimanya. Video, foto ataupun tulisan yang belum tentu benar. Karena itulah saya keluar dari 3 grup Whatsapp….bosan dan pingin muntah. Tiap hari, tiap jam ada berita tentang Corona. Satu berita bisa masuk ke HP saya tiga empat kali. Dan isinya semua berita buruk dan kehebatan virus Corona.

Belum lagi kalo searching di Google, pasti ada Coronanya. Apalagi Youtube… Begitu buka langsung update pasien Corona di Indonesia. 1 jam terima 40 berita KORONA…. Aku benar-benar merana. Setiap hari melihat 320 kata Corona di ponsel. Pingin muntah !

 

KESIMPULAN
Seperti halnya Flu Spanyol yang berhasil kita lewati tahun 1918 lalu. Virus Corona ini pasti bisa kita lewati dengan sukses. Pertanyaannya bukan berapa lama ? Tetapi apa yang bisa kita lakukan sekarang ? Ini keadaan baru, situasi baru...harus ditanggapi dengan cara yang baru. Sebelum keadaan berubah, kitalah yang harus memulai perubahaan !

Jangan lengah… Karena habis gelap selalu terbit terang. Selalu ada kesempatan dalam bencana. Apalagi setelah bencana telah selesai…. Masalahnya… Siap ato tidak kita menerima kesempatan itu ??

Share this content