DISTEMPER, PENYAKIT FLU ANJING YANG MEMATIKAN
15 Maret 2009 lalu, rumah saya kedatangan penghuni baru. Jenisnya Golden Retriever, warnanya coklat, dan umurnya tiga bulan. Lucunyaaaa…. Ha…ha…ha… Namun, ternyata, sukacita saya berubah menjadi duka. Anak anjing tersebut terserang Distemper, penyakit flu pada anjing yang mematikan.
Chole, Golden Retriever, umur 3 bulan. Hampir mati karena Distemper
Saya memang suka sama anjing, tapi karena dulu tinggal sama mama, maka keinginan saya untuk memelihara seekor tidak terkabulkan. Kata mama saya, “Melihara kamu aja udah kerepotan, kok nambah melihara anjing…huh! Siapa yang bersiin pub-nya dan pipisnya ? Kan mama! Terus sapa yang kasih makan ? Kamu kan kerja! ”
Yah….kalo dipikir-piker benar juga kata mama saya. Memelihara anjing bukan soal suka atau cinta. Tetapi soal kehidupan, meskipun hanya seekor anjing, tetapi dia juga makhluk hidup. Jadi, temen-temen yang kebetulan mampir di web-ku ini, ingatlah bahwa memelihara anjing itu harus disertai dengan tanggungjawab. Pikirkan kata-kata mama saya di atas.
Setelah saya menikah, untungnya, istri saya juga suka anjing, kami memutuskan untuk welcome kepada setiap anjing yang ada. Saya adopsi anjing bos saya. Warnanya hitam, jenis tekel campuran, dan betina. Namanya Dora (dikasih nama ama anak bos saya). Si Dora ini agak cacat kakinya, soalnya waktu kecil, mboknya Dora gak ati-ati, jadi keinjak kaki belakangnya sehingga cacat. Yah, saya tau karena saya suka godain Dora kecil dan saudara-saudaranya (8 ekor!!) Dan anjing Dora ini juga sayang sama saya. Jadi tak bawa pulang aja, biar bisa elus-elus tiap hari.
Selang beberapa lama kemudian, mertua saya tinggal bersama saya. Maklum, rumah saya agak luas. Jadi rasanya sepi kalo berdua sama istri saya saja. Yang lebih membahagiakan, mereka juga membawa dua ekor anjing! Ha...ha...ha... Jenisnya gak jelas, mendingan tak kasih gambar aja, biar temen-temen bisa menebak jenis anjing apa ini.
Nah, total hewan yang berekor di tempat saya sebelum tanggal 1 Desember 2008 adalah tiga. Coklat, Hitam, dan Putih. Kesemuanya betina. Dan pada akhir tahun 2009 ini, anjing saya berubah menjadi empat ekor. Tiga betina dan satu jantan (loh!!!)
Ceritanya begini. Kakak perempuan mertua saya bilang, anjingnya beranak. Jumlahnya tiga, dua ekor jantan dan satu ekor betina. Yang jantan itu lucu, warnanya coklat dan pinter. Bisa shake hand. Terus ditunjukin fotonya. Mertua saya langsung bilang mau liat dan "pinjam" sebentar. Sampe sekarang, tanggal 23 Juli 2009, "barang" yang dipinjam tuh masih belum dikembalikan. Lagian bentuknya sudah berubah. Neh gambarnya !
DISTEMPER PADA ANAK ANJING
Berikut ini adalah definisi distemper yang saya ambil dari Wikipedia bahasa Indonesia :
Canine distemper adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang hewan dalam keluarga Canidae, Mustelidae, Mephitidae, Procyonidae dan kemungkinan Felidae. Radius penyebarannya dapat mencakup seluruh dunia, cara penularan penyakit ini melalui sentuhan, dan udara. Biasanya menyerang anjing pada usia muda dan anjing dewasa yang daya tahan tubuhnya tidak baik. Penyakit ini memiliki angka kematian yang tertinggi , yakni 80% penderita .
Gejala-gejalanya antara lain demam, gelisah, tidak nafsu makan, mencret, keluar cairan ingus, batuk dan radang paru-paru. Kadang ditemukan bintik-bintik merah pada kulit. Tanda-tanda pada syaraf meliputi kejang otot, kejang gagau, dan kelumpuhan.
Sebagai langkah pencegahan, anjing harus sudah mendapatkan vaksinasi Distemper sebelum berusia 3 bulan.
(Sumber : Wikipedia)
Pada awalnya, saya nggak seberapa tahu mengenai virus distemper ini. Yang saya tahu dari anjing-anjing saya. Mereka susah makan dan sering bersin. Kadang - kadang hidungnya basah dan mengeluarkan cairan. Seperti kita yang sedang pilek, sering meler gitu looh. Karena saya kurang pengalaman, saya menganggap hal itu biasa saja. Toh cuman pilek, ntar kan sembuh sendiri. Saya disarankan oleh saudara saya untuk memberi vitamin c kepada anjing - anjing itu.
Setelah lewat dua minggu, saya mulai curiga dengan masalah ini. Kok mereka tidak doyan makan, empat ekor anjing makannya dikit sekali, sedangkan yang satu ekor tidak makan sama sekali. Yang warna putih yang tidak makan, dan beberapa hari kemudian, si putih ini meninggal dunia. Haauuuu...haaau....sedihnya....plus capeknya...karena mesti gali tanah malam-malam untuk menguburkan si putih ini.
Yah....beginilah manusia itu, menyesal setelah terjadi sesuatu. Tapi, saya belajar banyak dari kematian si putih ini. Inilah kesimpulan saya mengenai distemper :
Saya tidak tahu dosisnya berapa, yang saya tahu harganya murah (tidak sampe lima ribu perak sebotol). Saya kasih satu tablet setiap harinya selama dua minggu. Ketika anjing-anjing tersebut sudah doyan makan, saya hentikan pemberian vitamin C-nya.
3. Dari beberapa informasi yang saya dapatkan di website lainnya. Obat tradisional untuk penyakit distemper ini adalah Pien Tze Huang yang bisa dibeli di toko obat cina. Saya tahu obat ini karena saya pernah mengkonsumsinya. Tuh obat emang dahsyaat. Gejala tipes saya langsung sembuh setelah mengkonsumsi Pien Tze Huang ini. Sayangnya, harganya cukup mahal. Kalo tidak salah, tahun 2004 saya beli dengan harga 150rb untuk tiga hari. Ada teman yang pernah mencoba Pien Tze Huang ini untuk anjingnya yang terserang penyakit distemper. Dan ternyata terselamatkan ! Duh...senangnya.
4. Hati-hati kalau membeli anjing di pet shop. Mengapa ? Yah, tujuan pet-shop adalah mencari untung dengan biaya sekecil-kecilnya. Kita tidak bisa menyalahkan dan menganggap bahwa semua petshop seperti itu. Ada juga petshop yang benar-benar memperhatikan anjing-anjingnya. Yah, anda mesti temukan pet shop yang seperti itu. Tetapi jika memang harus membeli di tempat tersebut, periksakan terlebih dulu anak anjing yang baru anda beli tersebut di dokter hewan. Apalagi jika anjing anda banyak seperti saya. Repot kan kalo anjing lainnya yang sehat tertular si kecil.
Share this content