Dokter Covid-19 Online yang saya percayai (Facebook)
Ada dokter baik dan juga ada dokter yang tidak baik. Baik di sini dalam konteks etika, kebenaran dan kemanusiaan. Semua profesi yang mengutamakan uang sebagai tujuan utamanya cenderung tidak baik. Saya beruntung menemukan orang-orang hebat ini, yang berani berdiri di atas kebenaran. Mereka dihujat, dicaci, dibunuh karakternya dan ada yang diancam melalui organisasi induk. Sedikit sulit menemukan mereka, karena mereka bekerja tanpa koar-koar. Dan tentu saja, media mainstream tidak menyukai mereka.

Pakde Indro Cahyono - Virolog
Gelar akedemiknya Dokter Hewan. Tetapi tidak pernah ikut organisasi yang resmi. Mengapa ? Yah begitulah...masa tidak tahu ? Kan sudah menjadi rahasia umum. Dokter yang mendedikasikan hidupnya demi kemanusiaan dan menjalankan perannya sebagai perpanjangan tangan Tuhan, cenderung di musuhi. Bahkan lebih kejam lagi, dibunuh karakternya. Masih ingat dengan dokter T kan ?
Apa yang salah dengan Dok T ? Karena metode-nya yang tidak ilmiah ? Tidak pakai jurnal ? Tidak ilmiah ? Tetapi bagaimana kenyataannya ? Berapa banyak tokoh nasional yang diselamatkan ? Itu pun Dok T tidak pernah koar-koar. Tidak pernah dengan bangga berkata bahwa itu prestasinya. Para pasiennya lah yang membela Dokter T. Tetapi tidak diangkat media karena ada sesuatu di sana.
Lagipula.para orang-orang hebat ini tidak gila hormat. Tidak gila prestasi. Dipuji ok, dihina ok, dibunuh karakternya.ngak ngurus ! Tidak mendapatkan restu pusat ? Gak masalah. Karena ilmu itu untuk dibagikan, bukan disimpan di perpustakaan dalam bentuk jurnal.
Pelajaran apa yang saya dapatkan dari Pakde Indro ini ?
- Virus, virus, virus dan virus. Karena beliau adalah seorang virolog, peneliti virus.
- Perbedaan paparan dan infeksi
- Virus adalah sistem yang mempunyai pola, demikian pula tubuh kita
- Cuci hidung dengan garam krosok atau NaCl 0,9%
- Jangan tanya ke pakde, tanya saja ke budhe Ke pawangnya langsung.

Pertemuan pertama saya dengan nama pakar virus Indro ini tahun lalu, sekitar bulan Maret 2020. Tak sengaja buka TV dan ada talkshow bersama ahli virus. Penjelasannya sederhana, logis dan menarik. Sayangnya tidak di dukung dengan penampilan...hahahahahha. Emang tampangnya tidak seperti seorang ahli virus. Gede, bulet, item dan krewol. Tapi.saya terjanjur sayang.
Setelah itu, pakar virus ini tidak pernah muncul lagi di TV - TV terkenal. Kenapa ? Dulu saya tidak tahu.sekarang saya paham. Karena beliau mengungkap kebenaran. Dan dimanapun juga, di tempat yang basah. Jangan pernah mengungkapkan kebenaran.
Setahun kemudian, ketemu teman lama, terus cerita-cerita konspirasi. Dia suruh saya liat IG Rina Nose. Di sinilah saya menemukan kembali kekasih yang hilang. Tulisan pertama di wall facebook pakde Indro adalah tanggal saya menikahi dia.
Kenapa saya harus mencari tahu Covid dari Pakde ? Karena musuh kita adalah virus. Saya harus cari tahu segala sesuatu tentang virus. Dan saya mau cari guru terbaik. Belajar jangan nanggung, karena belajar sekarang ini gratis dan bisa dimana saja menggunakan internet melalui Youtube.
Kenali musuhmu, kenali dirimu, maka kamu akan menang dalam perang ini. Begitulah yang sering dikatakan Pakde Indro. Pake otakmu Itu bahasa resminya.
Andrezeko - Dokter PK
Dokter PK adalah dokter Patologi Klinik. Bukan dokter umum tetapi dokter antik. Karena dia tidak pernah muncul di tempat-tempat yang umum. Munculnya hanya di laboratorium. Kerjaannya menganalisa sampel yang diambil dari seseorang. Saya tidak bisa menjelaskan dengan tepat karena ada dua jenis dokter di bidang ini :
- Dokter Patologi Anatomi
- Dokter Patologi Klinik
Sepengetahuan saya, Dokter PA yang akan menganalisa bagian tubuh manusia, sementara dokter PK menganalisa di luar itu. Teorinya om Andre ini ahli di bidang PCR.

Mempelajari virus itu tidak bisa menggunakan satu ilmu saja. Banyak disiplin ilmu yang saling berhubungan satu sama lain. Contohnya, tidak boleh sembarangan mengatakan bahwa Covid varian Delta itu lebih mematikan dari varian lainnya. Harus ada pengujian lab, isolasi virus, binatang percobaan, faktor lingkungan, kondisi kesehatan specimen dan lainnya.
Tetapi, media mainsteam dengan entengnya menulis headline besar-besaran dan bersamaan tentang keganasan varian Delta. Darimana sumbernya ? Dari para ahli ? Ahli apa ? Mana jurnalnya ? Informasi ini diambil dari wawancara langsung atau kutipan ? Apakah kutipannya itu juga ada sumbernya ? Siapa namanya ? Apa profesinya ? Semua itu ada etika dan prosedurnya.
Lah..begitu media salah.cuma ganti judul saja. Malahan, sekarang ini lebih sering judul sama isinya tidak sama. Semacam clickbait.
Dari informasi yang saya gali, Om Andre dan Pakde Indro ini pasti rekan kerja yang sudah lama perang melawan virus. Saya jadi teringat dengan tulisan Dr. Agni, Hasil laboratorium adalah penegasan atas analisa klinis kita. Bukan sebaliknya, hasil lab dijadikan sebagai acuan analisa klinis.
Jika anda membaca wall mereka, akan kelihatan sekali kalo kedua orang ini pasangan yang serasi. Yang satu benar-benar tahu isi hatinya virus, sementara yang lainnya mengetahui semua skill dan arcana virus. Yang satu kuat dalam analisa klinisnya, satu lagi kuat dalam analisa lab. Jelas kedua mahluk ini kompeten dan dapat dipercaya.

Sebelumnya, saya tidak mengerti hasil lab ini. Tentu saja kita mikir om Andre ini positif Corona. Benar, tapi juga tidak benar. Kok bisa ? Karena otak kita terprogram pada kata Coronavirus. Karakter dibelakangnya itu pengaruhnya besar terhadap hasil analisa. Coronavirus OC43 itu virus biasa yang menyebabkan kita flu. Mungkin setahun dua kali kita ter-infeksi virus jenis ini.
Sidi Aritjhaja - Pakar Herbal (yang juga Dokter)
Dialah pencipta ramuan 131 yang luar biasa itu. Satu jempol jahe, 3 batang jahe dan satu jempol laos. Dimasak sampai mendidih dan diminum hangat-hangat. Gunakan ramuan pekat 3 gelas air jika sedang demam. Dan gunakan 1,2 liter air untuk pencegahan.
Saya suka pengobatan tradisional Itu saja dasar saya mengikuti Pakde Sidi. Jelas kelihatan kalau orang ini lembut dan sopan. Tata bahasanya ilmiah namun merakyat. Yah...maklum.sehari-harinya kumpul sama temulawak, kunir dan teman-temannya.

Apa yang hebat dari pengobatan herbal ? Apakah lebih berkahsiat daripada obat dokter ? Beda sistem kerja. Pengobatan herbal kurang bermanfaat kalau sering bolong-bolong. Harus rutin. Sedangkan obat dokter itu lebih cepat sembuh. Kebiasaan saya kalau sedang sakit, atau mendekati sakit, selalu saya mulai dengan obat herbal. Kalo sudah sembuh, ya sudah. Tapi kalo belum sembuh, baru minum antibiotik .
Contohnya ? Kalau badan saya meriang atau anyep. Saya ambil sambiloto dan tapak darah. Campur air, dimasak sampai mendidih lalu miinum. Kalo belum parah, biasanya minum ramuan ini dua hari sudah sehat kembali. Tapi kalo tidak berhasil ya istirahat sehari. Kalo tidak sembuh baru ke dokter minta obat.
Apakah Covid bisa disembuhkan dengan jamu ? Jawaban tegasnya tidak bisa. Apakah obat yang diresepkan dokter bisa menyembuhkan Covid-19 ? Jawaban tegasnya juga tidak bisa. Jadi apa obat covid ? Tubuh kita sendiri yang mampu membunuh virus Covid ini. Istilah ilmiahnya Self Limiting Diseases. Antibodi yang diproduksi tubuh kitalah yang membunuh virus ini.
Apa fungsi obat ? Obat apa dulu ? Antibiotik atau anti virus ? Antibiotik digunakan apabila penyebab adalah bakteri. Sementara anti virus digunakan bila penyebabnya virus. Antibiotik tidak bisa membunuh virus dan sebaliknya anti viral tidak bisa membunuh bakteri. Tetapi, sebenarnya obat virus tidak membunuh virus, hanya memperlambat proses replikasinya. Yang benar-benar membunuh virus dan bakteri adalah sistem kekebalan tubuh kita. Fungsi obat itu untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi rasa sakit.
Obat terbaik untuk menyembuhkan infeksi virus atau bakteri adalah istirahat, hati yang gembira, pikiran yang tenang dan makan yang banyak. Biarkan tubuh kita yang berperang, tugas kita adalah menciptakan lingkungan yang mendukung dan menyediakan logistik pasukan sel darah putih ini.
Lemas adalah pertanda produksi antibodi kita dalam kapasitas maksimal. Karena 60-80% energi digunakan untuk aktifitas sehari-hari. Tubuh mempunyai mekanisme, mendahulukan yang penting dan mengurangi yang tidak penting. Ketika terjadi infeksi,energi diprioritaskan untuk membentuk antibodi dan mengurangi energi untuk aktifitas. Lemas adalah perintah tubuh untuk segera istirahat. Jika diabaikan maka sakit tidak kunjung sembuh dan akan terjadi luka dalam tubuh. Karena melebihi batas beban maksimalnya.
Demikian pula dengan demam. Terjadi karena pelepasan sitokin dari sel darah putih. Istilahnya sebagai sinyal untuk mendatangkan bantuan. Hei bro, akeh bajingane dek sini. Segera kirim bantuan !

Selain sinyal bantuan, sitokin juga berarti peningkatan suhu tubuh. Kenapa suhu harus naik ? Kenapa harus demam ? Karena kondisi optimal sel darah putih berada di tingkat 38,5 derajat keatas. Produksinya lebih cepat, gerakannya lebih lincah dan sekaligus menghambat perkembangan virus dan bakteri. Betul ! Patogen ini akan optimal dalam suhu tubuh manusia, tetapi lelet pada suhu demam.
Jadi, tubuh kita berperang dan membela kita secara otomatis. Tetapi mereka memerlukan logistik. Kalau logistiknya habis, gak isa produksi tentara. Dan tanpa tentara, kita akan kalah perang. Artinya gak sembuh-sembuh karena kita gak nafsu makan, males minum air putih, tidak minum vitamin atau obat. Yang sakit gak mau usaha supaya sehat. Secara tidak langsung, kita yang membunuh diri kita sendiri.
Kita butuh semua vitamin, protein, gula, gizi. Minum vitamin C, D dan E untuk meningkatkan produksi antibodi. Atau ramuan 131 dari pakde Sidi.
Kandungan herbal berbeda dengan kandungan vitamin. Ada zat-zat yang tidak dimiliki obat yang hanya ada dari tanaman herbal. Khasiatnya tidak pernah diteliti secara ilmiah atau dibuktikan melalui jurnal. Tetapi telah lama digunakan masyarakat kuno. Jaman dulu, dokter adalah pengobatan alternatif, pengobatan utamanya adalah ramuan herbal ini.
obat herbal tidak akan pernah diteliti, dibuat jurnal ilmiah dan tetek bengek lainnya karena tidak ada nilai jualnya. Bukan karena tidak ada khasiatnya looo ya !"
Sama seperti kerokan, secara medis tidak ada bukti ilmiahnya. Tetapi kenyataanya ? Badan lebih segar, tidur lebih nyenyak setelah kerokan. Mengapa bisa kontradiksi ? Karena ada dua aliran pengobatan utama di dunia. Pengobatan barat yang ilmiah dan pengobatan timur. Kalau patah tulang, pengobatan barat melalui operasi. Sementara pengobatan timur melalui pijet atau sangkal putung. Keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda dan tidak akan pernah ketemu.
Tidak ada yang baik dan jelek dalam aliran pengobatan ini. Saya pun memadukan keduanya. Selama belum sakit, saya cegah dengan ramuan herbal alias jamu atau obat cina. Kalau ternyata sudah terlanjur sakit, saya akan ke dokter untuk minum resep. Pengobatan timur cenderung lambat namun jarang kambuh. Sementara pengobatan barat cepat sembuh tetapi tidak boleh dikonsumsi saat sehat.
Yang penting dalam pengobatan ini adalah keyakinan kita. Obat sehebat apapun, selama kita pesimis, tidak akan mujarab. Sebaliknya, obat murahan seperti temulawak, laos atau sereh akan menjadi manjur karena kita percaya. Kok bisa ? Yah jelas bisa ! Karena yang menyembuhkan itu tubuh kita sendiri. Bukan obat atau vaksin. Mereka adalah alat yang membantu mempercepat dan meringankan sakit kita.
Siapa yang menyambung tulang yang patah ? Dokter ortophedi ? Bukan ! Mereka hanya mengunci kedua patahan tersebut supaya tidak miring. Yang menyambung tulang kita adalah tubuh kita sendiri. Tulang yang patah, tanpa operasi pun akan menyambung sendiri, bisa lurus dan juga bisa miring.
Tjawe Ilyas - Dokter di Makassar
Kontroversi Itulah kesan pertama yang saya dapatkan ketika membaca wall Facebooknya. Saya tidak membenarkan maupun menyalahkan. Saya melihatnya sebagai sudut pandang lain berdasarkan pengalaman pribadinya. Setiap dokter, walaupun sekolah di tempat yang sama, membaca buku yang sama, prakter di tempat yang sama, pasti memiliki perbedaan analisa.
Karena dokter adalah manusia, bukan program komputer yang hasilnya pasti. Kita menganalisa makhluk hidup yang kompleks, yang walaupun memiliki mekansime yang sama, organ tubuh yang sama, tetap memiliki perbedaan. Anggap saja, saudara kembar, bisakah transpaltasi organ tanpa ditolak tubuh ?

Apa yang menarik dari Dokter Tjawe ini ? Paling tidak, berdasarkan yang saya baca :
- Infeksi yang terjadii sebenarnya terjadi di mukosa hidung. Pokoknya bukan di paru-paru
- Ig A lebih berperan penting dalam proses penyembuhan daripada Ig M dan Ig G.
- Waktu kritis terjadi setelah infeksi, bukan pada saat infeksi virus. Dr. Ilyas menyebutnya dengan istilah jejas vaskular
- Terapi HBOT adalah cara paling manjur dan aman untuk menyembuhkan jejas vaskular.
- Supaya tidak terjadi jejas vaskuler yang berat, pada waktu terjadi demam, harus istirahat. Dan setelah sembuh, bedrest lagi 14 hari.
Hal ini bertentangan sekaligus menjelaskan keanehan virus ini. Yang saya ketahui, reseptor Sar-Cov2 adalah ACE2 yang banyak terdapat di paru-paru dan ginjal. Tetapi virus ini bisa menempel cukup kuat di hidung. Selama virus masih menempel di hidung, maka kita belum sakit. Tetapi ketika virus ini berhasil masuk ke dalam paru-paru, maka dia akan menemukan reseptornya dan replikasi di sana. Gejala pertama terinfeksi adalah demam.
Jadi ada istilah terpapar dan terinfeksi. Terpapar adalah virus yang menempel di hidung. Ketika di swab, maka PCR akan mendeteksi positif. Untuk terinfeksi, maka kita harus terpapar dulu.
Tetapi, apakah virus ini bisa masuk ke dalam paru-paru ? Karena di dalam hidung sudah ada mekanisme perlindungan yang disebut mukosa. Cairan yang menangkap semua patogen yang melewati hidung. Kita menyebutnya sebagai meler, lendir, riak atau dahak. Warnanya bisa putih, kuning atau hijau. Saya masih belum mengerti sepenuhnya bagaimana mekanisme ini.

Yang saya tahu, mukosa memiliki kapasitas menangkap virus. Ketika sudah melebih, bisa jadi virusnya lolos ke dalam paru-paru. Agar kapasitasnya selalu optimal maka kita bisa membantu membersihkan lendir ini dengan cara cuci hidung yang dianjurkan pakde Indro.
Virus, bakteri atau jamur yang ditangkap mukosa ini akan segera dihajar oleh ig A sehingga mati. Dan respon tubuh mengeluarkan sampah ini terlihat dari dahak yang kental berwarna kuning. Menurut Dokter Tjawe Ilyas, kita bisa meningkatkan ig A ini dengan istirahat yang cukup, sehingga tidak sampai sakit parah.
Ketika kita mengabaikan bedrest selama demam, maka terjadilah kondisi yang disebut dengan jejas vaskuler. Kerusakan jaringan tubuh, pembekuan darah, pneumonia dan lainnya. Karena itulah kita mendengar berita dan melihat fakta bahwa ada orang yang sudah sembuh dari Covid, beberapa minggu kemudian kondisi tubuhnya tiba-tiba drop, paru-paru rusak, ginjal rusak, sakit jantung dan meninggal.
Dokter Tjawe mengharuskan orang yang sudah sembuh dari Covid untuk beristirahat 14 hari lagi. Tujuannya untuk menghindari terjadinya jejas vaskuler. Tolong diperhatikan lagi ya, ketika sakit, bedres sampai sembuh. Setelah sembuh, istirahat lagi 14 hari, jadi total dari sakit sampai sembuh, istirahat 1 bulan.
Satu lagi kotak Pandora terbuka !
Ya itu.sebuah penjelasan logis tentang beberapa orang yang saya tahu, setelah sembuh dari Covid, tiba-tiba badannya langsung drop lagi. Karena ada jejas vaskuler, atau istilahnya long covid.
Bagaimana jika ternyata paru-paru kita ternyata cacat ? Karena baru mengetahui kotak pandora ini ? Solusinya adalah terapi HBOT, atau dikurung dalam ruangan bertekanan negatif. Saya rasa pernah mendengar istilah ini satu tahun lalu, ketika Corona baru masuk ke Indonesia. Tetapi waktu itu masih gagal paham.
Dan Dokter Tjawe ilyas ini sudah membuat sendiri chamber HBOT dengan biaya sekitar 7 juta di tempat prakteknya sendiri. Kelihatannya dia mau bereksperimen untuk penyakit jantungnya sendiri. Ya, beliau pernah terkena serangan jantung dan kapasitas jantungnya saat ini tinggal 30%. Mari kita pantau sama-sama perkembangan selanjutnya.
Samuel L Simon - Dokter Kulit
Postingan yang menarik saya dari doktter ini adalah jumlah tarikan nafas manusia permenit. Jika diantara 12-20 kali permenit, maka masih normal. Tarikan nafas dan hembusan nafas dihitung 1 kali. Batas normalnya adalah 30 kali permenit. Kalau lebih dari itu didefiniskan sesak.
Atau kalo males ngitung, coba tahan nafas selama 10 detik. Kalo bisa, berarti masih normal.
Hal mengejutkan kedua yang saya lihat di twitternya adalah twit permintaan maafnya karena telah menimbulkan kekacauan di media sosial. Halaaah ? Saya baca-baca sih tidak ada postingan yang mengarah ke hoax, anti vaksin, ajakan demo dan lainnya. Memangnya ada apa ? Kenapa sampai ada teguran dari pusat ?
Tebakan saya karena dokter ini menshare kembali postingan Pakde Indro tentang cuci hidung dan lainnya. Apalagi ada beberapa fotonya bersama geng cuci hidung. Sebelumnya pun muncul surat edaran yang menyatakan bahhwa Pakde bukanlah anggota dokter hewan resmi. Juga ada nama Prof. Nidom looh !
Kenapa kantor pusat sensi dengan orang-orang ini ? Saya yakin jawabannya sama dengan mantan mentri kita. Bukankah Kemenkes berada di bawahnya.
Tidak banyak sih informasi yang saya dapatkan dari akun Dok. Sam ini. Saya maklum, karena Dokter adalah orang yang sibuk. Ada waktu posting di medsos itu sudah luar biasa.

Hal yang membuat saya lebih condong untuk mempercayai dokter ini adalah rumah sakitnya. Di RSPAD Gatot Soeboroto, rumah sakit rujukan tertinggi TNI AD se-Indonesia. Tentunya bukan orang sembarangan yang bisa praktek di sini. Hanya ada dua jenis. Pertama, keahliannya dan sisanya karena koneksinya.
Saya berani menyimpulkan bahwa Dok. S ini berada di sana karena kompetensinya. Darimana saya tahu ? Dari surat cinta itu tadi dan dari tulisanya yang singkat, benar dan sedikit mengambang.
Contohnya tentang sesak nafas. Saturasi oksigen normal jika > 95. Dan penurunan itu bersifat menetap. Jika hari ini 90, maka besok juga 90, lusa juga 90, minggu depan bisa 90 atau malah turun. Tergantung penyebabnya.
Secara umum, penyebab turunnya saturasi oksien disebabkan antara lain paru-paru dan jantung. Bisa salah satunya atau bisa dua-duanya. Dan untuk menemukan penyebabnya bukan pakai oxymeter.
Bagaimana jika saturasi oksigen kita naik turun ? Pagi, bangun tidur 95, siang jadi 90, malam jadi 87. Habis tidur malam, ke-esok-kan paginya di cek jadi 98. Ini alatnya yang ngawur atau kita yang kurang pinter ? Karena stress juga bisa meyebabkan saturasi oksigen kita naik-turun.
Dokter - dokter Lainnya yang juga Luar Biasa
Ternyata dalam dunia kedokteran dan keperawatan ini ada banyak kubu yang saling berperang satu sama lain. Tentu saja intruksi dari IDI yang jadi patokannya. Ada yang pro dan ada yang kontra. Bagaimana kita memilah dan mengikuti yang baik ? Tentu saja dari jenis obat yang diresepkan.

Ivermectin jelas obat cacing, bukan untuk virus. Apakah ivermectin bisa membunuh virus ? Sudah ada penelitian secara in vivo, obat ini memang bisa digunakan. Tetapi in vivo adalah pemberian obat secara langsung ke virus. Beda sekali haslinya ketika dilakukan percobaan in vitro.
Semua obat yang masuk ke dalam tubuh akan berubah komposisinya. Jika melalui saluran cerna, atau kita telan obatnya, maka struktur kimianya akan berubah total. Dosisnya akan berubah menjadi lebih kecil. Kita makan pisang, keluarnya bukan pisang, tapi Eeek. Kita makan vitamin C 1000mg, bukan berarti dosisnya tetap 1.000mg di dalam tubuh.
Jadi agar dosisnya bisa membunuh virus, kita telan agak banyak gitu ? Yah...bisa jadi virusnya akan mati setelah kita ma ti duluan. Iya kalo langsung mati, kalau mati pelan-pelan itu yang akan merepotkan orang rumah.
Kenapa sampai menggunakan obat-obatan yang keras ? Lagipula itu golongan antibiotik yang penyebabnya bakteri. Kan musuh kita sekarang ini virus. Kenapa tidak di resepkan anti virus ? Atau kalau memang tidak ada obat virus, kenapa tidak diberikan vitamin yang memperkuat antibodi ? Jawabannya sama dengan mengapa vaksin nusantara ditolak.
Saya pikir Dokter Agni juga termasuk salah satu dokter yang bisa kita percayai.
Dokter Sigit Nurfianto, Dokter Hisnindarsyah, mbak Nurul Indra dan banyak sekali orang yang peduli dengan bangsa dan negara kita. Hanya saja saya belum menemukan mereka semua. Selamat bertugas Dok ! Tuhan memberkati !
Share this content