MENGAPA YUDAS MENJUAL YESUS?
Selain judul ini, saya juga sempat memikirkan judul-judul lainnya, misalnya :
- Mengapa bukan Petrus yang menjual Yesus?
- Atau Yakobus, atau Yohanes atau Matius yang mejual Yesus?
- Yudas yang menjual temannya...
Jika waktu itu sudah ada koran memo, maka mungkin judulnya :
1. Demi 20ribu, Yudas menjual temannya
2. Kejam! Teman sendiri dijual!
3.
Dibunuh demi 20rb!
4.
Penghianatan teman seperjuangan.
Ha...ha....ha....rasanya topik kita kali ini gak bakalan serius deeeh....!
Sebenarnya, inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah uang dan penyesalan. Sebab akhir dari cerita ini adalah Si Yudas menjual Yesus demi uang kemudian menyesal. Saking depresinya, akhirnya Yudas bunuh diri. Atau dengan kata lain, Dia sangat sangat menyesal, sangat menyalahkan dirinya, sangat dihantui oleh kesalahannya.
Rasanya kurang puas kalau pertanyaan mengapa Yudas menjual Yesus dijawab dengan singkat, “Karena uang” saja. Iya kalo dulu kita masih TK....emangnya gua pikirin! Yang penting maeeen terus...! Biarlah Yudas menjual Yesus, toh dua duanya punya kepentingan. Yang satu menjual dan yang lainnya dijual. Titik!
Eh....sekarang saya kan udah dewasa, jadi harus berpikir secara ilmiah dong. Setiap tindakan pasti ada pendorongnya. Ada akibat pasti ada sebabnya. Dan sebagai lulusan Ekonomi S-1 dari Unika Widya Mandala Surabaya, maka saya akan menjawab pertanyaan diatas secara ilmiah.
JAWABAN PERTAMA: Untuk berobat!
Dasar saya adalah dari informasi orang dalam, siapa orangnya tidak perlu anda tahu karena hal itu adalah kode etik seorang jurnalis.
Sepuluh hari sebelum hari kematiannya, Yesus mengajak murid – muridnya ke suatu tempat, di lapangan rumput yang luas. Kemudian Yesus meminta murid-muridnya untuk mengambil sebuah batu. Maka mulailah Yohanes, Yudas, Petrus, dan sembilan murid lainnya mengambil batu. Ke-11 murid mengambil batu ukuran kecil dan tanggung. Si Yudas mengambil batu yang besar, sebesar ban mobil. Waktu ditanya ama temen-temennya yang lain mengapa dia mengambil batu yang besar, lain daripada yang lain. Si Yudas menjawab dengan singkat, “Karena aku mempunyai integritas!”
Lalu Yesus berkata, “Lemparkan batu itu sejauh mungkin, semakin jauh semakin baik. Maka sejauh itulah cita – citamu akan digenapi.”
Kabar buruk bagi Yudas. Semua teman – temannya berhasil melempar batu itu sampai ratusan meter. Sementar Yudas hanya 1 meter.
Kemudian, Yesus berkata lagi, “Ambillah sebuah batu lagi.”
Habis batu kecil pasti batu besar demikianlah pemikiran murid-muridnya. Maka mulailah ke-11 muridnya mengambil batu yang besar – besar. Hanya saja si Yudas mengambil batu terkecil karena integritasnya yang kuat.
Kata Yesus, “Sim salabim....jadilah batu itu roti abon ala bread story!”
Kabar buruk lagi buat si Yudas. Selain cita – citanya yang pendek...perutnya gak kenyang.
Untuk ketiga kalinya Yesus berkata, “Sekarang ambilah dua buah batu.”
Semua muridnya mengambil dua batu yang sama besarnya. Tinggal Yudas seorang yang mengambil satu batu besar dan satu batu kecil.
Kata Yesus, “Jadilah sebagai buah testismu.”
Jadi, secara ilmah.....Yudas mempunyai dua buah testis yang tidak sama besarnya. Untuk itu dia harus melakukan operasi yang biayanya mahal. Duitnya dari mana ? Yah dari menjual Yesus kepada orang Farisi. Sebab mereka menawari operasi gratis plus uang jajan kepada Yudas selama masa penyembuhan.
JAWABAN KEDUA: Untuk biaya hidup
Waktu Yesus hidup, negaranya dikuasai oleh pemerintahan Romawi. Dan pajak yang dikenakan oleh pemerintahan waktu itu sangat tinggi. Karena pemerintah lagi giat – giatnya membangun dan memperluas wilayahnya. Untuk itu perlu uang yang banyak.
Yudas termasuk orang yang hemat dan teliti soal keuangan. Makanya dia diberi jabatan sebagai bendahara di timnya. Yudas giat menabung untuk masa depannya. Tapi karena boros, maka tabungannya selalu habis. Entah itu karena dipinjam oleh saudara – saudaranya, atau karena kesenangannya Yudas kepada dunia hiburan, atau alasan – alasan klasik lainnya.
Karena memegang uang...maka secara tak sengaja, uang kas milih perusahaan Yesus ikut terpakai. Di buku tertulis ada 100juta....tetapi pada kenyataanya tidak ada uang sama sekali. Tiap kali makan malam bersama teman – temannya, Yudas tidak membayar alias utang kepada pemilik restoran. Sebagai jaminannya adalah nama beken Yesus sebagai CEO-nya.
Satu kali...dua kali....bos bos pemilik rumah makan percaya....masa sih perusahaan Yesus gak bayar utang. Apalagi udah langganan lawas. Kalau ditagih, Yudas selalu berkelit dan memberikan cek kosong.
Bosan dengan janji – janji palsu Yudas, maka semua pemilik resto yang diutangi Yudas melakukan meeting dan memanggil Yudas. Mereka mengatakan kalau dalam tempo 1 minggu utang – utang mereka tidak dilunasi maka :
- Akan mengadukan masalah ini kepada CEO-nya, dalam hal ini Bos Yesus.
- Akan melaporakan masalah ini kepada polisi supaya Yudas ditindak karena melakukan penipuan.
Karena ketakutan, nama baiknya jadi rusak...maka Yudas bingung cari utangan kesana – kemari. Dan ini klop dengan tawaran orang Farisi. Makanya Yudas menerima tawaran mereka, tanpa syarat lagi....
PENYESALA ! SESUATU YANG TERTINGGAL
Ada dua hal yang selalu diingat oleh manusia:
- Keberhasilan
- Kegagalan
Keberhasilan selalu diceritakan kepada semua orang sebagai kebanggaan. Sementara kegagalan bisa diceritakan atau dipendam. Keberhasilan dan kegagalan mudah diingat dan dilupakan oleh kebanyakan orang. Tetapi tidak oleh kita.
Kita bisa melupakan keberhasilan – keberhasilan kita di masa lalu. Namun kegagalan tidak akan bisa kita lupakan seumur hidup kita. Perbuatan baik bisa lewat dari ingatan kita. Tetapi kekejaman – kekejaman di masa lalu kita tidak akan bisa hilang.
Saya teringat dengan almarhum papa saya. Di akhir hidupnya, dia tidak bisa meninggalkan dunia ini. Bagi orang – orang tua, hal ini disebut dengan “nggandoli”, mati enggan, hiduppun segan. Ada satu yang mengganjal papa saya.
Suatu hari, adik papa saya yang di Jember mendapatkan mimpi. Dalam mimpinya itu, alm. Papa mengatakan bahwa dia menyesal atas perbuatannya di masa lalu. Dia merasa bersalah kepada istri dan anak-anaknya. Dia ingin dimaafkan oleh mereka.
Esoknya, Encik (panggilan untuk adik papa) saya telepon ke mama dan menceritakan perihal mimpinya.
Langsung saja, mama memerintahkan kami anak-anaknya untuk pergi menemui papa. Dan kamipun berkata kepada papa yang koma, bahwa kami sudah memaafkan semua kesalahannya (waktu itu saya nangis loooh...ha...ha...ha....)
Besok paginya, cerita suster yang merawat papa saya, papa saya terlihat segar bugar dan minta makan kepadanya. Padahal sudah seminggu keadaan papa koma. Setelah makan dan melihat sekelilingnya, papa segera tertidur dan berangkat ke Surga.... dengan tenang dan damai!
Kesalahan bisa dilupakan....tetapi penyesalan tidak akan bisa diabaikan. Jangan berbuat sesuatu yang membuat anda menyesal seumur hidupmu ! Masih untung saya adalah anak alm. Papa. Bagaimana jika orang yang anda lukai tidak diketahui juntrungnya....matipun enggan hidup pun segan !
Hidup Kudus ? Bisakah kita mencapainya ?
Kudus berarti suci 100%. Simak perjuangan mereka untuk yang satu ini !
Share this content