LEBIH MEMAHAMAI TENTANG HIDUP INI, MENCARI KESEIMBANGAN DALAM HIDUP. SEKARANG JUGA !!
Siang dan malam kita bekerja mencari uang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas. Apalagi jika ditambah dengan masalah yang muncul tanpa diundang. Kadang kita ingin mati, namun merasa sayang karena banyak hal dalam hidup ini yang belum kita rasakan. Segala sesuatu tentang hidup ini begitu menggoda untuk dicoba atau mengerikan untuk dijalani. Yah inilah hidup ini. Ada suka dan ada duka, ada tantangan dan ada peluang. Saya yakin bahwa hidup ini penuh arti, hanya saja pandangan kita kabur karena tuntutan hidup yang edan-edanan. Coba tanyakan kepada diri anda, berapa uang sekolah anak anda ? Mulai kapan dia harus bersekolah ? Berapa uang kursusnya ? Berapa harga susu perkalengnya ? Berapa harga pakaiannya ? Uang jajannya ? Mainannya ? Itu untuk anak kita saja. Bagaimana dengan kebutuhan rumah tangga kita ? Sabun, shampoo, listirik, air, makanan anjing, baju kita ? Kado untuk pasangan hidup kita ? Jika saya teruskan, isi tulisan saya ini bakalan tentang kebutuhan hidup saja.... ha...ha...ha....
Saya tahu, kita bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Namun, kadang kala, kita kehilangan perspektif. Bukan karena kita yang tidak mau mencapai keseimbangan, namun yah itu tadi, karena tuntutan kehidupan yang gila-gilaan. Saya ingin membagikan sebuah kisah singkat yang saya baca dari The Wisdom of Salomon at Work mengenai seorang pebisnis lulusan Harvard dengan seorang nelayan yang hidup di pinggiran kota. |
Beginilah ceritanya :
Pebisnis Amerika itu sedang berada di dermaga sebuah desa kecil yang terletak di tepi pantai di Amerika Selatan ketika sebuah perahu kecil dengan hanya seorang nelayan merapan. Di dalam perahu kecil itu terdapat beberapa ikan tuna besar bersirip kuining. Orang Amerika itu memuji sang nelayan atas kualitas ikan-ikannya dan bertanya berapa lama waktu yang diperlukan untuk menangkap ikan – ikan itu.
Nelayan itu menjawab, “Hanya sebentar.”
Orang Amerika itu kemudian bertanya mengapa ia tidak berada di laut lebih lama dan menangkap lebih banyak ikan ? Nelayan itu berkata bahwa ia sudah memperoleh cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang mendesak.
Orang Amerika itu kemudian bertanya, “Apa yang kamu lakukan dengan sisa waktumu ?”
Sang nelayan berkata, “Saya tidur larut malam, kadang-kadang pergi memancing, bermain dengan anak-anak saya, tidur siang dengan istri saya Maria, dan berjalan-jalan di desa setiap malam, minum anggur dan main gitar dengan teman-teman saya. Saya memiliki kehidupan yang penuh gairah dan sibuk, Tuan.”
Orang Amerika itu tertawa, “Saya seorang MBA Harvard dan saya bisa menolongmu. Kamu sebaiknya menghabiskan lebih banyak waktu untuk meangkap ikan dan, dengan hasilnya, membeli perahu yang lebih besar. Dengan hasil dari perahu yang lebih besar kamu bisa membeli beberapa perahu, dan akhirnya mempunyai armada perahu penangkap ikan. Kamu tidak perlu menjual hasil tangkapan kepada seorang tengkulak tetapi bisa menjualnya langsung kepada pabrik pengolah, dan akhirnya bisa membuka pabrik pengalengan sendiri. Dengan cara itu, kamu bisa mengawasi produk, pemrosesan, dan distribusinya. Kemudian kamu bisa meninggalkan desa nelayan kecil di tepi pandai ini dan pindah ke ibu kota negaramu, lalu ke Los Angles, dan akhirnya ke kota New York, yang memungkinkanmu mengelolah perusahanmu yang semakin besar.”
Nelayan itu bertanya, “Tetapi tuan, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapainya?”
Terhadap pertanyaan ini orang Amerika itu menjaweab, “Lima belas hingga dua puluh tahun.”
“Lalu apa selanjutnya, Tuan ?”
Orang Amerika itu tertawa dan berkata, “Selanjutnya merupakan bagian terbaik. Bila waktunya tepat, kamu akan mengumumkan IPO (Initial Public Offering, penawaran saham perdana) dan menjual saham perusahaanmu kepada masyarakat dan menjadi kaya raya. Kamu akan menghasilkan jutaan dolar!”
“Jutaan dolar, Tuan? Selanjutnya apa ?”
Orang Amerika itu berkata, “Selanjutnya kamu akan pensiun dan pindah ke desa nelayan kecil di tepi pantai tempat kamu bisa tidur larut malam, kadang-kadang pergi memancing, bermain dengan anak-anakmu, tidur siang dengan istrimu, dan berjalan-jalan di desa pada malam hari, minum anggur dan bermain gitar bersama teman-temanmu.”
---------------------- end of story --------------------
HANYA SOAL PERBEDAAN GAYA HIDUP
Pebisnis Harvard melihat peluang usaha dari ketrampilan yang dimiliki si nelayan. Hanya saja, karena dia nelayan, tidak bisa melihat betapa besar keuntungan yang akan diperolehnya dengan cara bisnis modern. Menurut perkiraannya, dengan kerja keras selama 20 tahun, si nelayan akan menjadi seorang kaya yang akan menikmati hidupnya dengan tidur larut malam, memancing, tidur siang, bermain dengan anaknya dan mabuk-mabukan dengan teman-temannya. Padahal saat ini, SEKARANG ini, pak nelayan sudah menikmati hidup seperti yang dikatakan pebisnis Harvard itu tadi. Bedanya, dia tidak punya pabrik pengalengan, perusahaan internasional, ataupun saham pribadi.
Kisah ini mengingatkan saya mengenai segala sesuatu yang telah saya lakukan dalam hidup ini. Saya bekerja di perusahaan orang sambil merintis usaha sendiri selama delapan tahun. Waktu kerja saya lebih dari delapan jam sehari, terkadang hari libur juga masih bekerja. Di waktu senggang saya menyempatkan untuk menulis kisah hidup saya melalui web ini untuk meninspirasi orang lain. Saya manusia biasa yang mempunyai rasa cape dan rasa jenuh. Terkadang saya bertanya – tanya tentang hidup ini. Apa maknanya? Apa artinya ? Apa tujuan hidup saya ? Apa yang terpenting ?
Saya diingatkan kembali oleh si nelayan. Jika sudah kaya, selanjutnya apa ? Jika sudah terkenal, selanjutnya apa ? Jika sudah mencapai target, selanjutnya apa ? Bukankah kembali kepada keluarga kita, teman-teman kita, dan kesenangan pribadi kita sendiri ? Mengapa harus mencapainya dengan kerja keras...kerja keras...kerja keras...dan kerja keras...?
Saya melupakan sesuatu yang penting dalam hidup saya. Yah itu tadi, keseimbangan ! Keseimbangan antara diri saya, pekerjaan saya dengan teman-teman saya, dengan keluarga saya, dengan kesukaan saya. Semoga saja, ketika saya sudah berada di puncak kejayaan, masih ada teman-teman di samping saya untuk menikmatinya bersama. Tetap cinta mati ama istri saya dan memiliki tubuh yang kuat untuk bermain-main dengan anak-cucu saya.
Gaya hidup saya harus saya rubah, bukan untuk keuntungan orang lain, tetapi untuk kepentingan diri saya sendiri, yang ujung-ujungnya mengarah kepada orang-orang dalam hidup saya. Kita bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Pandangan saya telah jelas kembali, terima kasih pak Nelayan. Teruskanlah pelayaranmu dengan menyentuh hati dan membuka mata orang lain yang membaca kisah hidup dirimu.
Arti Cinta Sejati !
Cinta itu memberi dan menahan diri ! Cinta sejati adalah komitmen bukan perasaan
Share this content