berkat tuhan di dalam masalah

Protokol kesehatan membuat kita lebih berhati-hati, lebih disiplin dan lebih sadar tentang manfaat menjaga kesehatan. Dua tahun kita didoktrin ! Dan perlahan pola pikir kita berubah. Yang agresif sekarang jadi setengah agresif. Yang lelet tambah lelet. Yang males tambah males. Yang jahat juga bertambah jahat. Dan dunia pun melambat. Orang menahan investasi, orang belajar hidup hemat, hanya beli barang yang dibutuhkan. Dan ekonomi pun melambat…. Dan menghindari spekulasi… Dan ketika kita berhenti mengambil resiko…. Berkat Tuhan berkurang !

Berkat Tuhan atas masalah hidup kita

Bisa Kaya Karena Rajin Menabung ?

Orang menjadi kaya karena berani mengambil resiko, bukan karena berusaha. Kalau syarat kaya hanya berusaha, mengapa masih sedikit orang yang kaya ? Saya tahu banyak orang yang berusaha sekuat tenaga, kerja siang malam, mencoba usaha ini itu…. Tetapi tidak kaya-raya. Hanya cukup diatas garis miskin. Tidak miskin dan juga tidak kaya. Kelas menengah yang rentan jadi miskin.

Saya salah satunya. Seiring bertambahnya usia, semakin loyo tenaga dan kecepatan kita. Timbul pertanyaan...kalo saya sakit dan tidak bisa bekerja lagi, bagaimana masa depan anak saya ? Kalau saya sehat, tetapi kedua orang tua saya sakit….darimana biaya pengobatannya ? Kalau mertua sakit gimana ? Kalau sakit semua gimana ? Apa yang harus dijual ? Rumah atau diri saya ?

Saya bukan pemalas, saya rajin bekerja... tapi hasilnya tidak pernah keluar dari batas kelas menengah kebawah. Paling tidak, di usia yang melewati kepala 4 ini, kesalahan saya adalah :

  1. Tidak berani mengambil resiko
  2. Terlalu banyak menabung

Tidak ada yang salah dengan menabung, malahan baik. Tetapi menabung membuat uang kita berkurang. Memang angkanya bertambah, tetapi nilainya berkurang. Contoh sederhananya, uang 50.000 saat ini hanya bisa digunakan untuk sekali makan dan isi bensin sepeda motor full. Bandingkan dengan 5 tahun yang lalu. Dengan uang 50 ribu, kita bisa makan 2 kali dan isi bensin full tank.

" 5 tahun yang lalu harga rumah 500 juta. Sekarang jadi 1 M. 10 tahun lagi jadi 3 M.

Dengan gaji UMR, sampai matipun kita gak bisa beli rumah. Salah siapa ?

Apalagi sekarang…. Dimana lebih banyak penjual daripada pembeli. Niatnya berdagang untuk untung, malah jadi rugi. Harga barang tambah lama tambah turun. Beberapa orang untung tipis, lebih banyak yang jual harga modal. Sisanya jual rugi. Keuntungan penjual dibatasi harga online.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Tokopedia, Shopee dan marketplace lainnya. Justru membuat perusahaan semakin efisien. Yang salah itu investornya… Promonya kebacut. Gratis ongkos kirim dan cashback ! Sementara kita yang agen dan distributor, beli dalam jumlah banyak tetap harus bayar ongkos kirim sendiri.

Ketika pembeli membandingkan harga lokal yang rumusnya harga beli +. Ongkos + untung wajar dengan harga online (tanpa ongkos kirim). Pembeli melihat harga online jauh lebih murah dari harga toko.

Contohnya charger HP. Harga toko 20.000, sementara harga online 10.000 dan bebas ongkir. Anggap saja modalnya sama-sama 10 ribu rupiah. Tapi penjual lokal harus menambah biaya kirim, biaya operasional dan margin keuntungan. Memang penjual bisa jual dengan harga 15.000 dan untung 50%. Tapi perhitungannya bukan cuman itu saja.

Berapa lama modal kita mengendap ? Apa orang beli charger tiap hari ? Seminggu sekali ? Sebluan sekali pun belum tentu. Rata-rata 6 bulan, bahkan bisa 1 tahun gak beli cas HP. Barang ini gak likuid, ini barang mati ! Margin 50% itu gak untung, tapi BEP. Artinya kerja bakti ! Belum lagi resiko rusak dari pabrik dan resiko baru dipake sehari langsung rusak. Kalo pembeli minta ganti gimana ? Pembeli kan gak mau tahu ! Apalagi ada tokonya, kelihatan pemilik tokone ! Tinggal pilih mau gegeran atau ganti barang.

Uangnya ditabung jadi mengkeret. Diputar buat usaha malah rugi. Buntu dong ! Apakah sekarang kita berani mengambil resiko ? Saya rasa tidak. Karena pengusaha itu selalu mengukur resiko dan membandingkannya dengan prospek keuntungan. Kalau resikonya 1 banding 1, maka itu namanya judi. Pengusaha baru mau terjun ke bisnis yang peluangnya 2 banding 1. Semakin kecil resikonya semakin baik. Semakin besar prospeknya semakin bagus pula.

Masalahnya, tahun 2023 ini tingkat resiko tidak bisa diukur. Atau saya yang bodoh tidak bisa menganalisa sikon ? Atau saya lebih fokus di resikonya daripada prospeknya ? Atau saya kurang pergaulan sehingga tidak bisa melihat peluang pasar ? Bagaimana dengan anda ?

Pemain Lama dan Pemain Baru

Kelebihan pemain lama dalam bisnis adalah sudah terkenal dan sudah untung. Atas dasar itulah mereka tidak mau jual murah. Kerja itu harus untung, bukan kerja bakti ! Bahkan jual modal pun mereka tak mau. Rugi apalagi.

Perang harga itu sama dengan bunuh diri

Sedangkan kelebihan pemain baru adalah siap jual rugi. Tujuannya mencari nama. Sama seperti para start up (yang pada akhirnya berguguran). Mereka balapan promo. Katanya mengejar pertumbuhan, setelah itu….. Rencananya… baru mengambil untung. Seperti tokopedia yang memiliki market capital besar dan juga rugi besar. Penonton akan curiga kalau Tokopedia untung…. Karena mereka terbiasa rugi.

Apa yang terjadi kalau pemain lama dan pemain baru ini bertemu dalam satu kecamatan ? Tentu saja, omzet pemain lama akan berkurang karena diambil pemain baru ini. Pembeli kan senang beli barang murah. Kalo ada yang lebih murah, ngapain cari yang mahal ?

Ini adalah strategi klasik, perang harga ! Yang masih bisa diterapkan di pasar manapun. Dengan catatan, jumlah penjual lebih sedikit daripada jumlah pembeli. Dua toko dalam satu kecamatan ! Tetapi pertanyaannya, bagaimana jika dalam satu kecamatan ada 10 toko ? Atau dalam radius 1 Km ada 1 toko ?

Tentu saja jawabannya tidak bisa hitam atau putih. Banyak faktornya…. Barang apa yang mereka jual ? Bagaimana kondisi ekonomi saat itu ? Berapa margin keuntungan wajarnya ?
Bagaimana karakteristik pembeli di area tersebut ?

Kalo buka toko kelontong yang menjual sembako, 100 toko dalam 1 kecamatan pun masih bisa hidup semua. Beda kalo ada 100 toko listrik di wilayah itu. Cepat atau lambat pasti ada yang tutup.

Untuk mempermudah masalah hidup yang rumit ini, pada intinya keadaan kita saat ini bisa dikategorikan menjadi :

  1. Pemain lama
  2. Pemain baru
  3. Penonton

Situasinya, semuanya pada klenger ! Omzet pemain lama berkurang 50% lebih. Pemain baru bingung karena sudah bakar-bakar uang tapi tidak ada repeat order. Para penonton nda tau mau pilih jadi pemain baru atau comeback menjadi pemain lama.

Otak pemain baru hancurkan harga untuk merebut pelanggan lama. Tapi harga online lebih murah dari toko manapun juga. Dan para pembeli sudah tahu tentang ini. Mereka selalu menawar berdasarkan harga online. Membuka toko di pinggir jalan biayanya mahal dan sudah tidak trending lagi.

Di Surabaya, sepanjang jalan utama, yang saya lihat justru banyak toko dan ruko yang tutup. Kenapa ? Kalah dengan online ? Bisa jadi. Daya beli melemah ? Itu pasti ! Perubahan gaya hidup konsumen ? Bisa jadi. Kan saat ini kita sedang berada di era disrupsi karena perkembangan teknologi digital.

Orang yang bercita-cita buka toko di jalan utama sama saja dengan bunuh diri ! Karena saat ini lokasi bukan faktor utama bisnis. 5 tahun lalu memang betul. Karena informasi mudah didapat. Toko yang nylempit pun, asalkan murah pasti dicari pembeli. Tapi, toko yang murah sulit berkembang dan resiko bangkrutnya tinggi. Kok bisa ?

Coba pikirkan lagi...bagaimana caranya bisa jualan murah ? Pertama, untungnya dikecilkan. Kedua, subsidi silang. Ketiga jual quantity. Kita harus kulakan banyak supaya dapat harga yang lebih murah. Terus barangnya disimpan di mana ? Di rumah atau sewa gudang ?

Sekarang kita hitung Risk Reward Rasionya:

  1. Misalnya keuntungan rata-rata produk tersebut adalah 5%
  2. Harga kulakan grosirnya dikurangi 5% dari harga eceran.
  3. Kita potong keuntungan kita jadi 2% dengan harapan merebut pasar
  4. Eksekusi !! Hajar !!

Nah, yang biasanya lupa dimasukkan adalah informasi ini :

  1. Barang rusak karena beli banyak. Emang siapa yang mau periksa satu-persatu ? Beli 1.000 biji…. Bisa tah diperiksa semua dengan teliti ? Atau mau bayar orang sebagai quantity control ? Nututi gaji mereka ?
  2. Barang hilang. Emang bisa jamin pegawai kita itu jujur semua ?
  3. Misalnya modal barang kita Rp 10.000. Untung 2%, Harga jualnya Rp 10.200. Mau jual berapa biji supaya bisa untung Rp 2.000.000 ? Harus jual 10.000 biji.
  4. Berapa modalnya ? Rp 100.000.000.
  5. Anggap saja barang rusak dan hilang sebanyak 1%, atau 100 biji. Maka biaya silumannya Rp 1.000.000.
  6. Untuk 1 barang yang hilang atau rusak harus diganti dengan 100 barang terjual !
  7. Eitss…. Jangan lupa biaya kemasan, beli kertas, beli plakban, beli bensin dan lainnya.

Jadi, secara singkat resikonya itu 95% dan keuntungannya 10%

Ini namanya judi atau dagang ? Bahkan Risk-Reward Ratio judi lebih tinggi. 50 : 50 kalau pilih Besar atau Kecil.

Belum lagi dimasukkan faktor eksternal seperti munculnya pesaing baru yang ternyata tetangga kita sendiri. Mereka liat...kok enak ya kerja gini… Ikutan aaaah….! Sama seperti toko online yang kita gunakan sehari-hari.

Bisnis digital Indonesia

Pertama bukalapak promo gede-gedean untuk merebut pasar online. Para pembeli pun berbondong-bondong ke toko merah. Omzet mereka naik 200% dalam waktu singkat. Ketika bukalapak kehabisan dana dan bermimpi bisa menikmati investasinya. Muncullah Tokopedia yang mem-bombardir pasar dengan cash back yang lebih besar.

Lu kira...pembeli bukalapak itu loyal sampe mati ? Sebaliknya…. Lu mati sendiri aja, gua mah masih mau hidup. Mulailah proses hijrah besar-besaran ke toko ijo. Omzet mereka naik 400%. Siapa yang peduli sama Bukalapak ? Bahkan investornya pun minggat !

Siapa yang kuat bakar duit selamanya ? Pun Tokopedia yang di bandari investor kakap seperti Jack Ma pun ngos-ngosan. Peluang ini dilihat Shopee dan mereka masuk dengan gratis ongkir.

Perusahaan Unicorn (yang keren ini) akhirnya sekarat semua. Pemenangnya adalah para pembeli. Jadi, kalau para pemain baru ini berpikir bisa menguasai pasar dengan memulai perang harga, akhir ceritanya kurang lebih akan sama dengan mereka.

Pemain lama tidak akan mau perang harga. Mereka cenderung mengurangi stok karena mereka tahu karakteristik pasar mereka. Tidak seperti pemain baru yang hanya mimpi untung tanpa memikirkan resikonya. Padahal manajemen resiko adalah syarat utama memulai bisnis baru.

Sekarang Buka Usaha Apa Ya ?

Pilihannya ada tiga:

  1. Jualan barang
  2. Produksi barang
  3. Jual jasa

Jualan barang itu paling gampang. Resikonya terbatas, tapi ya gitu, margin keuntungannya sudah dipatok pembeli. Semakin banyak toko saingan, semakin tipis untungnya. Tapi enaknya stok barang bisa disesuaikan dengan permintaan pasar. Kalo lagi sepi, stok sedikit. Kalo rame, stok banyak. Tidak seperti pabrik yang harus tetap produksi setiap hari.

Kalo pabrik berhenti produksi, biaya tetapnya besar. Tapi kalo tetap produksi, stok barangnya tambah banyak, ongkos produksinya tambah besar lagi. Pendapatannya tidak bisa menutupi pengeluarannya. Pabrik itu kelihatannya baik-baik saja, beberapa bulan kedepan langsung bangkrut meninggalkan utang dan kewajiban yang besar. Menjual seluruh asetnya pun masih kurang.

Modal awal produksi juga sangat besar. Yang harus disiapkan juga banyak. Kalau sudah jalan, untungnya sangat besar. Tapi jangan lupa resikonya juga sangat besar. Sekali maju tidak bisa mundur. Juga tidak bisa pindah haluan secepat pedagang karena asetnya banyak dan sulit dijual, kecuali sebagai besi tua.

Produksi juga butuh persiapan yang cukup lama dan butuh pegawai yang harus dipelihara. Pergantian pegawai akan membuat proses produksi terganggu. Memang sih ada pilihan bikin pabrik skala kecil dulu, lalu dikembangkan. Tapi, bikin perusahaan besar atau perusahaan kecil, repotnya sama. Belum lagi masalah skala ekonomis produksi. Harus minimal sekian biji supaya harga pokoknya bisa bersaing dengan perusahaan lain dan importir.

Pabrik Es Kristal

Saya sempat berpikiran untuk bikin pabrik es kristal dengan mesin kecil dan modal minimal. Investasinya tidak terlau besar, tapi ngurus perijinannya itu yang bikin males dan mules. Pertama harus bikin surat ijin produksi. Setelah itu harus bikin surat ijin edar. Ngurus BPOM, pajak dan lainnya. Lah...bikin perusahaan belum tentu untung sudah dibebani biaya di depan.

Harus beli mesin, beli freezer yang banyak untuk menampung hasil produksi, tambah pegawai produksi dan pegawai pengiriman. Dipikir-pikir….resikonya besar juga. Harus mikir dua aspek sekaligus. Aspek produksi dan aspek pemasaran ! Percuma produksi kalau tidak bisa dibuang ke pasar. Memang untungnya besar sih, tapi biaya lain-lainnya juga besar. Untuk sementara ini, ide ini masih disimpan di gudang.

Yang saya produksi sekarang ini ikan konsumsi seperti gurami dan nila. Peternakan ikan di tengah kota besar…. Saya lihat ada peluangnya karena dikurangi biaya transportasi yang naik setiap tahun. Lagipula, rasa ikan tiap daerah bisa berbeda. Bisnis kuliner bisa bermacam-macam karena rasa tiap orang bisa berbeda. Dan pasti ada orang yang cocok dengan makanan kita sekalipun juga ada orang yang tidak suka.

Saya yakin menjual jasa masih prospek untuk masa depan. Yang sulit itu memasuki pasar kelas atas. Walaupun sama-sama tukang potong, Harganya bisa beda selangit antara tukang potong pinggir jalan dengan tukang potong pejabat. Tapi, masalah utama jualan jasa itu terbatas waktu dan usia.

Hanya bisa satu proyek per waktu dan semakin tua, semakin lelet respon kita. Jasa juga tidak bisa diwariskan. Jasa tidak bisa didelegasikan ke orang lain atau pegawai. Kedepannya, klien yang kita dapatkan akan direbut pegawai kita sendiri. Bayar pegawai juga mahal….

" Jika anda bingung .... gak apa-apa ....

Karena saya juga bingung. Enaknya usaha apa ? "

Sekarang ini masa peralihan karena berkembangnya teknologi murah dan kemudahan akses informasi. Hp yang kita pakai itu adalah komputer mini yang fungsinya lebih banyak dengan harga yang super murah. Sudah ada baterai, sudah ada kamera, sudah ada speaker. Apa bedanya dengan laptop ? Harganya saja ! HP lebih murah dari laptop. Dan saat ini harga laptop bekas sama dengan harga HP baru.

Ketika berpikir untuk membuka usaha baru, pemikiran orang dapat dibagi dua :

  1. Jual murah
  2. Jual mahal

Untuk bisa jual murah, harus skala besar. Untuk bisa jual mahal harus dibuat cantik kemasannya. Pada intinya, kita harus memilih salah satu. Jual murah banyak saingannya, jual mahal susah edukasi pasarnya. Tidak ada yang mudah ! Jual murah orang curiga, jual mahal dicelatu orang.

Jadi, apa yang akan kita lakukan ? Jalan mana yang akan kita pilih ? Tentunya sesuai dengan talenta (bakat) kita dan berkat Tuhan. Itu saja langkah pertamanya !

Besar Masalahnya, Semakin Besar AnugerahNya

Memulai sesuatu yang baru pasti disertai dengan keraguan dan kegagalan. Apakah langkah saya benar ? Apakah usaha ini akan berhasil ? Apa usaha ini bisa mencukupi kebutuhan hidup saya ? Apakah saya bisa kaya ?

Saya tahu jawabannya adalah tidak tahu, bisa iya dan bisa tidak. Masa depan bisa diprediksi, tetapi faktanya masa depan adalah misteri. Tidak ada yang bisa memastikan keberhasilan dan kegagalan kita. Peluang berhasil dan gagalnya 50:50.

Tapi, saya bisa memastikan bahwa orang yang tidak melakukan apa-apa karena takut akan tetap sama nasibnya. Demikian halnya dengan orang yang selalu mengeluh. Begitu juga dengan orang yang selalu pesimis. Dan jangan lupa, orang yang perfeksionis juga akan berakhir sama. Nasib hanya bisa diubah melalui usaha !

Tapi Pak, bagaimana kalau gagal ? Peluru saya cuma tinggal satu biji ! Kalo gagal…matilah saya !

Jangan kuatir, karena usaha pertama anda pasti gagal ! Dalam dunia saham, disebut dengan istilah floating loss. Dalam dunia akutansi disebut sebagai kegagalan yang belum terealisasi. Kita semua telah ter-doktrin dengan sempurna oleh pemikiran jaman now ! Bahwa sukses instan itu benar-benar ada. Tuh di Instagram banyak video-nya !!

Jangan salah, dunia ini tetap sama. Dulu sekarang dan selamanya. Yang berubah itu gaya hidupnya. Hukum dunia ini tetap ! Keberhasilan adalah buah usaha yang pantang menyerah. Dia gagal….tapi dia bangkit….dia masih gagal….tapi dia tetap mencoba…dia gagal terus…. Dia gak mau menyerah… Gagal…coba lagi, coba lagi, coba lagi… Dia memutuskan tidak akan berhenti sampai berhasil !

Sebaliknya kegagalan akan benar-benar menjadi kegagalan ketika saya menyerah. Memang dalam pertandingan harus ada yang menang dan yang kalah. Tetapi dalam kehidupan tidak ada yang menang dan kalah. Adanya orang yang telah menyerah dan orang yang tetap berusaha.

Saya tidak percaya dengan usaha yang tidak menghasilkan. Karena kita punya kemampuan dan punya Tuhan. Tidak ada orang yang tidak punya kelebihan atau talenta. Ada orang yang tidak berTuhan tapi kaya raya dan juga ada orang yang ber-Tuhan tapi miskin. Juga ada orang tak berTuhan miskin dan juga orang berTuhan yang kaya raya. Saya percaya dengan kuasa dan kemurahan Tuhan.

Saya ingin kaya tapi masih belum tercapai. Namun saya tidak pernah kekurangan, walaupun dihitung-hitung penghasilan saya lebih kecil dari pengeluaran karena dampak pandemi. Anehnya, tabungan saya tidak berkurang banyak dan kami sekeluarga sehat dan tercukupi kebutuhannya dengan sehat dan standar hidup yang layak. Itulah fakta kehidupan ini. Sempatkan sedikit waktu anda untuk memikirkan hal ini, maka anda akan takjub campur heran… kok bisa ?

Perlindungan Tuhan dalam hidup manusia

Sebagaimana menjadi orang tua, tujuan utama kita adalah memenuhi kebutuhan anak kita. Darimana asalnya, bagaimana caranya….pokok’e harus ada ! Konsep Tuhan yang saya pegang adalah Dia sebagai papa saya. Ayah yang tidak kenal lelah bekerja untuk kebahagiaan anaknya….tegas ketika berbicara tentang prinsip dan kebenaran. Dan tega untuk menghajar anaknya kalau itu pelajaran penting untuk masa depan. Juga sabar dan telaten sampai anaknya menguasai materi itu. Harus diulang sampai bisa sesuai standarNya.

Ketika saya mengajari anak saya tentang bilangan pecahan, dia tidak menguasai materi pecahan sejati. Maka saya harus mundur untuk mengajari pembagian bersisa. Karena dia harus menguasai konsep pembagian bersisa dulu sebelum bisa mengajari pecahan tidak sejati. Masih ada topik selanjutnya yang memerlukan konsep pecahan ini yaitu pecahan persen, merubah ke pecahan desimal.

Kita, orang dewasa…tidak usah berpikir lagi ketika melihat tulisan “Diskon 50%”. Kita bisa tahu harganya, darimana asalnya dan bagaimana cara menghitungnya. Tapi bagi anak kelas 4 SD…. dia mungkin tahu angkanya, tapi tidak tahu bagaimana cara menghitungnya. Apa yang kita pelajari selama ini sebenarnya adalah kumpulan materi pelajaran yang sifatnya kompleks.

Memulai sesuatu yang benar-benar baru itu butuh proses ! Ingatlah bahwa dunia yang indah dan penuh bunga itu hanya ada di dunia Instagram. Dan jangan lupa bahwa kita hidup di planet bumi yang berbeda dengan planet Instagram. Dunia IG adalah trailer atau teaser dari video 10 menit yang diambil yang baik dan dibuang yang jelek. Proses miskin menjadi kaya hanya 1 menit saja !! Coba suruh live….kan kelihatan aslinya !!

Selain resiko kegagalan, memulai usaha baru penuh dengan masalah baru. Mampu nggak kita menghadapi ? Apalagi kalau usia tidak tergolong muda, malahan menjelang tua. Cita-citanya muda kaya raya, tua hura-hura, mati masuk surga. Tapi malah muda kerja keras, tua kerja keras, gak kaya-kaya. Di tahun pandemi ini ada bonusnya: muda pernah kaya, tua juga kaya, sekarang nyaris miskin.

Tidak ada yang menduga dampak pandemi seperti ini. Usaha puluhan tahun yang kelihatannya bisa untuk 7 turunan…. Tiba-tiba dalam waktu setahun jatuh ngelundung gak karu-karuan. Contohnya toko sepatu. 2 tahun tanpa sekolah….siapa yang mau beli sepatu baru ? Pabrik sepatu…mau produksi sepatu ? Dijual kemana ? Seluruh Indonesia pada ndekem di rumah, kemulan dan gulingan setiap hari.

Toko kamera….siapa yang mau beli kamera ? Wong HP 1 jutaan saja kameranya lebih bagus daripada kamera 5 jutaan. Toko peralatan sekolah….siapa yang mau beli pensil, penggaris, buku ? Wong sekolah saja online ! Tidak ada perusahaan yang sanggup bertahan 1 tahun tanpa penghasilan sama sekali….apalagi 2 tahun !!! Hotel juga KO, Mall keok, toko spare part kendaraan yang kebanyakan modal hutang bank….tidak sedikit orang yang jatuh miskin di tahun 2021-2022 ini !

Jadi, kalau anda masih hidup, masih bisa makan sehari 3 kali ....

Bersyukurlah !!

Pasca pandemi….dunia bisnis berubah total ! Mengharapkan aktivitas bisnis seperti dulu lagi itu ngelindur…walau bukan mimpi. Gaya hidup kebanyakan orang berubah. Bisnis menjadi lebih sengit dan sulit ! Kenapa ? Karena semua orang bisa mendapatkan informasi apapun dengan cepat ! Bahkan HPP beras 1 kilo aja harganya bisa dilihat di Tokopedia. Kita bisa tahu toko tetangga kita ini untung berapa per-kilo-nya.

Mungkin kita sedikit jahat karena tahu keuntungan mereka….padahal tujuan jualan itu adalah mendapat untung. Itu adalah hak pedagang. Lu pikir kita ini departemen sosial yang jual gak pake untung ?

Tapi…kita sebagai pembeli berhak pelit juga karena kondisi kita lagi sulit. Semua orang sama-sama sulit laaah….wong kerjaan kita lagi seret ! Tapi yaa mbok jangan gitu ! Aaah… gak tau wis… inilah era informasi yang terlalu ! TERLALU !! Terbuka.

Pertanyaan besarnya….Apa yang akan kita lakukan ? Harus mencoba hal yang baru. Mencari peluang baru. Belajar hal yang baru. Dan itu sulit ! Yang lama tetap dipertahankan, tetapi ditambah sesuatu yang baru yang sesuai dengan keadaan sekarang ini. Apa itu ? Saya tidak bisa menjawab secara spesifik. Tapi saya tahu Tuhan adalah sumber hikmat, sumber kebijaksanaan yang akan menunjukkan terang pada mereka yang mau berusaha, tidak mau menyerah sampai berhasil.


KESIMPULAN
Sekali lagi ! Masa depan itu misteri. Bisa gagal, bisa berhasil. Peluangnya 50-50. Tidak ada yang bisa memastikan masa depan manusia, termasuk anda dan saya. Tapi saya percaya usaha tidak akan menghianati kita. Dimana ada jerih payah, di sanalah pohon akan berbuah. Ada yang 1 kali lipat, ada yang 10 kali lipat dan juga ada yang 100 kali lipat. Memang benar habis gelap terbitlah terang. Tetapi juga bisa habis gelap tambah gelap lagi ! Untungnya kita punya Tuhan yang bekerja lebih baik di tempat yang lebih gelap. Percayalah…semakin besar masalahmu, semakin besar pula berkatNya ! Itu janji Tuhan, bukan kata-kata saya ...