STIFF, KEHIDUPAN GANJIL MAYAT MANUSIA | RESENSI BUKU

Membaca komentar buku STIFF ini saya jadi tertarik untuk membelinya. Kira-kira begini isinya :

“Stiff adalah eksplorasi mengagumkan sekaligus menggelikan tentang kehidupan aneh yang dialami tubuh kita pasca kematian. Selama dua ribu tahun, mayat – ada yang sukarela, ada yang tanpa sadar – telah menjadi bagian dari tindakan paling  berani dan paling aneh atas nama ilmu pengetahuan. Dalam karya yang mempesona ini, Mary Roach menggali perbuatan – perbuatan baik yang dilakukan oleh mayat selama berabad-abad dan menceritakan kisah memikat tentang tubuh ketika kita tak lagi menghuninya.”

Mayat manusiaPertama kali melihat buku ini, saya penasaran karena jarang sekali ada sebuah buku yang membahas mengenai mayat manusia. Buku yang aneh sekaligus menggoda !

Sebelumnya, saya tahu dari teman saya yang sekolah kedokteran bahwa setiap orang yang masuk jurusan ini harus membeli mayat manusia dan membedahnya. Tentu saja atas nama ilmu pengetahuan. Namun, jarang sekali teman saya ini mau menceritakan secara detailnya. Mungkin karena membedah manusia (atau dirinya sendiri) bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Lagipula siapa yang mau menceritakan bagaimana usus manusia tercecer di atas meja operasi dengan detail dan darah yang mengalir memenuhi meja tersebut…he…he…he…saya aja yang melihat darah langsung pusing kok. Apalagi melihat usus dan dada yang terbelah di depan mata, bisa pingsan aku !

Namun, di STIFF ini, Mary Roach menelusuri lebih jauh lagi mengenai perjalanan seorang mayat manusia. Mulai dari “pembantaian” mayat untuk percobaan senjata, peluru dan bom, proses donor organ tubuh orang sekarat, tempat roh berdiam, mayat suci, kremasi mayat, bedah kosmetik, bahkan experimen bakpao manusia. Tentu saja atas nama ilmu pengetahuan.

Membaca bagaimana penulis buku STIFF ini menguraikan secara detail menimbulkan pertanyaan dalam diri saya. Pantaskah sebuah mayat manusia diotopsi dan dibedah-bedah sedemikian rupa ? Namun, sisi positif dalam diri saya mengatakan bahwa tanpa adanya proses mengerikan ini kita tidak akan bisa sejelas ini melihat tubuh kita sendiri. Memang demi pengetahuan harus ada yang dikorbankan…. Saya pikir, daripada menanyakan nilai moralitasnya terhadap praktik bedah mayat ini, akan lebih bermanfaat jika kita menaruh penghormatan dan rasa terima kasih kepada “pahlawan mayat – mayat ini.” Sebab tanpa mereka kita tidak akan bisa memiliki pengetahuan yang sedemikian mikro ini mengenai badan kita sendiri. (Meskipun ada juga beberapa orang yang bertindak diluar moral atas nama ilmu pengetahuan, toh ada beberapa dari mereka yang menyumbangkan sesuatu yang berguna!)

Yang pasti, gaya penulisan buku ini membuatnya menjadi enak dibaca. Hanya saja, jangan membacanya sambil makan ! He…he…he….

Share this content