Petualangan Cinta Si Gadis Desa (2-2)
Hidupku berubah drastis setelah ayahku meninggal. Saat itu umurku baru 5 tahun. Ibu yang dulunya sayang, sekarang suka ngomong kasar dan memaki-maki. Kakak laki-lakiku yang kedua sering memukul dan menendang aku. Entah setan apa yang merasuki mereka, tega-teganya memperlakukan adik dan satu-satunya anak perempuan di rumah ini. Kadang aku bertanya pada diri sendiri, apa aku benar anak kedua orang tuaku. Vita menghela nafas panjang dan sedikit termenung ketika menceritakan masa kanak-kanaknya.
Masa Kecil Vita
Aku tiga bersaudara, 2 kakak laki-laki dan aku. Mama muslim LDII, ayahku muslim NU. Mereka bisa menikah karena ayahku cukup mapan. Selama menikah, mamaku suruh ayahku untuk sekolahin adek-adeknya yang ada 11 orang.
Seingatku, hidup kami pada masa itu adem ayem. Aku tidak terlalu ingat persis. Saat aku 3 tahun, ayahku mulai sakit-sakitan (gagal ginjal). Dan akibatnya harta pun mulai terkuras semua.
Mamaku gak bisa kerja. Dan saat aku usia 5 tahun ayahku meninggal dengan meninggalkan hutang 40 juta dan harta yang sudah habis.Tepat di hari kematian ayahku, perlakuan ibu dan kakak-kakakku sudah berbeda.
? iki sing manusia kayak ngene."
Yah, mungkin ini jalan Tuhan (kakak keduaku sepertinya najis banget sama aku, bahkan dia gak mau seruangan sama aku). Kalau tak sengaja berada di ruangan yang sama, biasanya dia tendang aku dan melempari aku dengan benda apa pun yang ada di sekitarnya.
Keluarga mamaku juga gak ada yang peduli sama aku, malah mereka sering banget fitnah aku. Dan seiring berjalannya waktu, perekonomian keluarga kami semakin susah. Satu persatu benda di rumah terjual. Boro-boro bisa makan nasi sama kecap, kadang beli beras pun kami tidak bisa.
Untungnya aku bukan tipe pemalu. Untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarga, aku jualan nasi kuning di sekolah. Tak jual ke teman-temanku. Juga pernah jualan daging ayam yang tak titipkan ke warung. Mungkin inilah anugerah Tuhan kepadaku, Meskipun sering mengalami kekerasan fisik dan verbal. Aku mudah melupakan dan memaafkan.
Mamaku mencoba meneruskan CV ayahku. Alih-alih bisa dapat banyak proyek, malah dapat banyak pacar. Saat aku kelas 3 SD, aku udah di titipkan ke teman mamaku dan dia pergi ke Batam selama 3 bulan sama pacar barunya. Hal yang menurutku cukup aneh, mereka sengaja bercumbu dan bermain seks di depanku. Memang tidak secara terbuka. Mereka pakai selimut tapi suaranya uh...ah...uh...ah...cukup keras. Tidak jarang bangun pagi dengan telanjang bulat berdua.
Keadaan di sini lebih seram lagi. Aku tidak dikasih makan sama sekali. Malahan dikasih makan mie (semacam mi bungkusan yang harus dimasak dulu) jamuren. Untuk bumbu - bumbunya aku disuruh cari di pasar. Cari yang dibuang orang atau yang ada di tempat sampah. Masaknya pun pake kayu bakar, gak boleh pake elpiji atau kompor karena menghabiskan uang. Saking laparnya.... Tak makan juga sampah itu !
Aku sedih, kangen sosok ibu?.
Di rumah aku sering dipukuli kakak keduaku yang jijik sama aku. Seringkali, tanpa sebab apapun dia menendang aku dan melempari aku dengan barang yang ada di depan matanya. Aku sering tidur di depan rumah karena ketakutan.
Pernah suatu kali, antara kelas 5 - 6 SD. Mama dan kedua kakakku pergi merantau ke Kalimantan Timur untuk mengerjakan proyek. Aku sendirian di rumah ! Bayangkan anak umur 10 tahun tinggal sendirian di rumah yang cukup besar. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa aku bisa mandiri seperti sekarang ini.
Bayar air sendiri, belanja sendiri, masak nasi sendiri, mandi sendiri, bersih-bersih rumah sendiri, belajar sendiri?. Semuanya sendiri. Bahkan sampai kelulusan SD kelas 6 pun aku mengurus ijasah sendiri.... Tanpa didampingi orang tua atau tante atau budhe... benar-benar sendiri.
Liburan kenaikan kelas itu aku nekat berangkat ke Kalimantan untuk menyusul mereka. Dari SMP sampai SMA aku sekolah di sana. Mengikuti ajaran LDII. Pas lulus SMA, kami kembali ke Jawa.
Aku nekad...
Karena keadan ekonomi kami yang masih sangat susah dan kebetulan juga mamaku kenal seseorang yang baik. Mereka memutuskan untuk menikah dengan perbedaan usia 20 tahun. Tentu saja aku mendukung mereka. Walaupun perlakuan mama dan kakak-kakakku yang tidak berubah, aku tetap menganggap mereka adalah sosok yang baik. Dan ayah tiriku ini memang sosok yang baik dan cukup kaya.
Setelah pernikahan itu, yang seharusnya membuat hidup kami jadi lebih baik. Ternyata tidak berlaku untuk hidupku. Penghinaan dan makian malah lebih intens. Sepertinya di sini momen dimana mamaku mulai gila. Dia sering mengusir aku. Suruh aku cepat kawin dan pergi dari rumah. Tinggal sama suami dan tidak jadi beban keluarga.
Kalau pilih suami, keluar dari rumah ini dan anak tinggal sama mama. Kalau pilih anak, suami harus keluar dari rumah ini.
Meskipun sama-sama berat, atau aku saja yang terlalu penurut?.aku memilih anak dan pasrah dengan keputusan mamaku. Bahkan surat cerai pun diurus mamaku.
Apakah setelah semua ini.... Dihina, dipukul, dicaci-maki, dirusak masa remajaku dengan menikah muda dan harus membesarkan anak sendiri..... kapan penderitaanku ini akan berakhir ? Tidak ! Bahkan lebih kejam. Rasanya mereka memiliki kebencian tersendiri dengan aku. Emang aku salah apa ? Kadang-kadang aku sering berpikir dan meyakini bahwa aku bukan anak kandung mamaku. Aku tahu karena sikap mamaku kepada kedua kakakku berbeda 180 derajat.
Sikap mama kepada mereka layaknya hubungan ibu dengan anak. Sementara sikap mama kepadaku seperti layaknya penjajah dan budak. Penuh dengan kebencian dan dendam. Terus aku anak siapa ?
Tiap hari aku diomeli. Diam diomeli, membersihkan rumah diomeli, jalan diomeli. Aku benalu keluarga ! Aku kerja, tetapi pemasukanku tidak banyak dan tidak bisa memenuhi semua kemauan mamaku. Sampai suatu ketika, karena lelah dengan hidup ini, aku berhenti kerja beberapa bulan. Omelan mamaku tambah kenceng.
Aku dianggap hina banget, beli susu anak saja gak bisa.
Kamu tai !? bentak mamaku. Kejam sekali kata-katanya, kasar...kasar...kasar...kasar....
Dia juga mengusirku setiap hari, berkali-kali. Bahkan aku tidak boleh ambil makanan di meja makan. Mamaku dan kakak-kakakku makan, sementra aku di kamar kelaparan. Begitu mau keluar, aku dilempari apa saja yang ada di meja makan. Bahkan anjing pun tak sehina ini.
.....Tapi aku gak mau mati sia-sia di sini.....kataku dalam hati.....Aku harus hidup, dan satu-satunya jalan yang terlihat adalah pergi dari rumah ini....
Saat itu aku memutuskan untuk pergi dari rumah ini, walaupun tidak bersama anakku. Peluang anakku hidup di rumah mamaku lebih besar daripada ikut aku. Bukankah anakku lebih bahagia jika tinggal bersama kakek dan neneknya.
Aku jual perhiasan dan minggat dari rumah. Aku pergi ke kampung inggris. 5 hari aku di sana untuk berpikir mau pergi ke mana.
Surabaya.... Mungkin di sana hidupku akan lebih baik.
Surabaya dan dunia malam
Rp 700.000 itu jumlah yang cukup banyak bagi orang desa. Tetapi hanya setetes air di kota Surabaya. Untungnya ada teman yang menolongku mencarikan tempat tinggal. Aku dapat kos-kosan seharga 300 ribu rupiah di daerah dukuh kupang. Cukup untuk saat ini, walau tempatnya kecil dan pengap. Tempat tidur dari batu bata yang disemen dan sebuah lemari kecil di pojok ruangan yang pintunya mrotol.
Inilah pertama kalinya aku tidur tanpa kasur, tapi rasanya enak. Walaupun tidak nyaman, tetapi hati senang campur deg-degan. Besok makan apa ? Cari kerja di mana ? Tetapi hari ini adalah hari tanpa omelan dan cacian. Memang tidak seindah yang dibayangkan, tetapi aku punya harapan untuk hidup yang lebih baik. Mulai saat ini..lalu.. Tiba-tiba saja dunia ini menjadi gelap. Aku tertidur karena kelelahan.
.... Beli sabun untuk mandi saja aku tidak punya uang. "
Entah kenapa hari ini, ketika aku bangun. Badanku terasa ringan. Mungkin itulah alasanku tersenyum ketika menuju kamar mandi yang ada di luar. Tetangga kos juga membalas senyumku.
Sekembalinya dari mandi pagi, tetangga baru ini juga menawarkan pekerjaan di tempat kerjanya. Disuruh datang besok pagi untuk di interview. Saat interview, aku langsung di terima dan langsung kerja keesokan harinya.
Benar-benar Mujijat Tuhan. Waktu itu training 3 bulan pertama gaji Rp 1.750.000. Setelah itu mengikuti UMK. Makan siang dapat katering dari resto. Makan malam bebas, sepuasnya.
Tapi di sana kerja harus cepat. Ini masalah buat aku yang dasarnya lelet. Aku adalah gadis kampung yang masih polos dan pemalu. Gak pernah kerja di restoran yang tugasnya melayani orang.
Entah kenapa, mungkin karena kasih karunia Tuhan, sebulan di bagian waiters, aku langsung diangkat jadi kasir. Manager resto suka dengan aku atau karena aku lelet... Tapi beberapa pegawai lama iri. Awalnya bisik-bisik, lalu nyindir-nyindir dan akhirnya frontal ngomong di depanku.
Masa bodoh lah... yang penting di sini aku kerja yang benar. Cacian dan hinaan mereka tidak ada artinya, bahkan tidak ada sepersepuluhnya hinaan yang diucapkan keluargaku.
1 bulan kerja di sini, aku pulang tengok anak dan kasih gaji pertamaku, 60% ke orang tua. Karena itulah hubunganku dengan mama jadi baik. Aku berani menyimpulkan bahwa mamaku sayang kalau aku bisa kasih uang.
Ada uang banyak teman... begitulah realita kehidupan. Banyak teman, banyak masalah. Banyak teman dan pegang uang, mulailah cari-cari masalah. Seiring berjalannya waktu, selain diajari kerja, aku juga diajari dugem. Pertama diajari minum minuman keras. Lalu dibuat mabuk. Kalau tidak mabuk gak diajak pulang. Kalau gak mau diajak dugem dimusuhi. Setelah dibuat mabuk, terus ditidurin.
Dari dunia malam itu, aku kenal beberapa orang baru, mereka bukan teman kerja. Ada laki dan juga ada perempuan dunia malam. Jadi sekarang, lebih banyak yang ngajakin dugem daripada kerja. Waktu itu hampir tiap malam selalu dugem.
Hingga sampai pada satu titik dimana aku mabuk parah dan gak isa masuk kerja. Kalau tidak salah, waktu itu malam tahun baru. Ijin ke manager malah diancam kalau hari itu tidak masuk kerja sama dengan mengundurkan diri.
Mau gimana lagi, bangun aja tidak bisa, kepala ngleyang. Terpaksa keluar kerja dan urus gaji terakhir. Aku coba melamar kerja di beberapa tempat, tapi tidak ada yang panggil interview. Ternyata gak gampang cari kerja di Surabaya ini.
Sampai akhirnya uangku habis dan kelaparan. Hanya bisa makan kalau ada anak medsos yang traktir makan. Waktu itu aku pakai aplikasi Beetalk dan WeChat. Aku ingat banget keadaan itu, sampai sabun mandiku habis dan gak bisa beli.
Karena aku aktif di kedua aplikasi itu, akhirnya banyak yang ajak dugem. Saking pusingnya aku masalah uang, akhirnya aku tanya berani kasih berapa. Aku gak niat Open BO sih. Itu hanya ketidaksengajaan yang bikin ketagihan karena dapat duit banyak.
Dulu aku gak matok harga. Pernah buka Long Time 400 - 500 ribu. Aku benar-benar gak ngerti apa itu LT atau ST. Gak ngerti cara servis pria. Tak pikir pokok'e lepas baju, lepas celana, terlentang... lalu mereka pakai. Untungnya aku ini cantik, seksi dan kalem. Jadi banyak costumer yang suka walaupun servisku standar.
Sampai akhirnya ada orang kayak papi-papi gitu jual aku ke orang lain Rp 3.000.000. Tapi aku cuma dikasih 500 ribu. Aku tahu karena pelangganku itu ngomong ke aku kalau bayar segitu.
Hidupku enak banget karena kerja beginian. Kayak duit itu tinggal nyendok. Mamaku juga lebih sayang karena setoranku ke mereka juga semakin besar. Kebahagiaan lengkap banget. Kerjaku juga anti baper.
Tentu saja kehidupan itu naik dan turun. Awalnya aku masih muda dan rapet. Tetapi usia kan bertambah, tubuh juga berubah. Dan yang namanya karet aja bisa molor. Tetapi yang paling menghabiskan uang adalah sakit dan keluarga. Aku tahu hal ini, dan aku pun tau kalau kerjaan seperti ini tidak bisa selamanya.
Tapi masalahnya, tidak ada kerja lain yang segampang ini. Kerja cuma 1 jam, gaji setara kerja 1 minggu. Aku mau keluar dari dunia ini, tapi aku tidak mampu. Sampai aku ketemu seorang klien yang bernama Viki...
Sebelumnya >>> Petualang Cinta Si Gadis Desa (1-2)
Share this content