MANAJEMEN WAKTU PRIBADI : PRIORITAS !

Prioritas adalah terbaik dari yang paling baik, terpenting dari yang paling penting. Dan prioritas anda sekarang ini dapat anda ketahui dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini :

" Satu kegiatan apa yang anda ketahui bahwa apabila anda melakukannya dengan baik dan konsisten akan memiliki hasil positif dan bermakna dalam kehidupan pribadi anda ? "

" Satu kegiatan apa yang anda ketahui bahwa apabila anda melakukannya dengan baik & konsisten akan memberikan hasil yang luar biasa dalam pekerjaan anda? "

" Kalau anda tahu bahwa hal - hal tersebut akan membuat perbedaan yang sedemikian berarti , mengapa anda tidak melakukannya sekarang ?

 

PENTING ATAU MENDESAK

Hanya ada jenis orang dan dua jenis kehidupan di dunia ini. Yang pertama tipikal orang yang hidup dengan paradigma kepentingan. Sisanya hidup dalam paradigma desakan waktu. Gaya hidup kita, keputusan yang kita buat dan pemanfaatan waktu kita dipengaruhi salah satu darinya. Mereka yang hidup dalam paradigma urgensi sering menggunakan kata-kata seperti: kepepet, kehabisan tenaga, tak puas, tidak punya waktu dan jemu. Sedangkan yang hidup dalam paradigma kepentingan memakai ungkapan – ungkapan seperti: percaya diri, puas, dalam jalur yang benar, mengejar visi, bermakna atau damai.

Sangat sedikit di antara kita yang menyadari betapa kuatnya hal – hal yang mendesak (urgent) mempengaruhi pilihan-pilihan kita. Telepon berdering. Bayi menangis. Seseorang mengetuk pintu. Deadline yang semakin mendekat.

“Aku membutuhkannya sekarang.”
“Aku sibuk sekali, apakah kau dapat datang ke sini 30 menit lagi ?”
“Kau terlambat dari waktu yang kau janjikan”

Kecanduan krisis waktuKita menjadi begitu terbiasa dengan kegairahan yang muncul dari ketegangan dalam menangani desakan waktu, sehingga menjadi tergantung padanya untuk mendapatkan suatu kepuasan dan tenaga tambahan.
Bagaimana rasanya urgensi itu ? Menekan ? Memaksa ? Tegang ? Melelahkan ? Jelas. Tetapi, jujur saja: Kadang-kadang urgensi juga melegakan. Kita merasa berguna. Kita merasa berhasil. Kita merasa dibenarkan dan dikuatkan oleh fakta bahwa kita dapat menuntaskannya. Kita menarik manfaat darinya. Ketika terdapat kesulitan, kita berbegas menderap ke kota, membawa sarapan kita, mengisikan mesiu, meletupkan senjata, meniup asap di ujung laras senapan kita, dan menyongsong senja seperti seorang pahlawan. Kepepet member hasil-hasil cepat dan hadiah yang langsung dapat segera diperoleh.

Kita mendapatkan kegairahan sementara dari upaya kita memecahkan krisis-krisis yang mendesak dan “terlihat” penting. Lalu, kalau yang penting itu ternyata tak ada di sana, kecanduan akan urgensi itu menjadi begitu kuat sehingga kita tertarik untuk melakukan apapun yang mendesak hanya agar tetap aktif dan bersemangat. Orang-orang mengira kita sibuk; repot oleh beban kerja yang menumpuk. Hal itu menjadi simbol status dalam masyarakat kita – kalau kita sibuk, kita ini penting; apabila kita tidak sibuk, kita agak merasa malu untuk mengakuinya. Kesibukan menjadi tempat kita mencari keamanan. Kesibukan itu membenarkan atau menguatkan keberadaan kita, popular dan menyenangkan. Hal itu juga merupakan pembenaran diri yang baik untuk tidak menangani hal-hal yang penting dalam hidup kita.

Manajemen waktu prioritas" Sebenarnya aku sungguh senang melewatkan waktu untuk sungguh bermakna bersamamu, tetapi aku harus bekerja. Aku dikejar deadline. Ini penting ! Tentu saja, kau mengerti kan ? "

" Aku sama sekali tidak punya waktu untuk olah raga. Aku tahu bahwa hal itu penting, tetapi ada begitu banyak hal yang mendesak saat ini. Barangkali aku dapat melakukannya nanti kalau agak longgar. "

Kecanduan urgensi merupakan perilaku yang merusak diri yang untuk sementara mengisi kekosongan yang diakibatkan oleh kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kecanduan akan urgensi merupakan sesuatu yang berbahaya sebagaimana bentuk-bentuk ketergantungan yang umum diketahui. Daftar berikut ini saya temukan dalam kecanduan NAZA yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan topik manajemen waktu, namun memiliki kesamaan dengan kecanduan urgensi:

PENGALAMAN KECANDUAN
  1. Menciptakan sensasi yang dapat diandalkan dan dapat diduga sebelumnya.
  2. Menjadi focus utama dan menyerap perhatian
  3. Untuk sementara menghilangkan rasa sakit atau sensasi negatif lainnya
  4. Memberi harga diri, kekuatan, kendali, keamanan, keakraban, penyelesaian yang semuanya bersifat semu
  5. Memperburuk masalah dan perasaan yang justru hendak dibereskan
  6. Memperburuk fungsi-fungsi dan menyebabkan rusak dan hilangnya hubungan-hubungan.

Penting untuk disadari bahwa persoalannya bukan desak-mendesak itu sendiri. Masalahnya adalah bahaya kalau urgensi menjadi faktor dominan dalam hidup kita, ke-pentingan tidak menjadi faktor dominan. Yang kita anggap sebagai prioritas adalah hal – hal yang medesak. Kita begitu terperangkap dalam upaya menyelesaikan hal-hal itu, tanpa mempertanyakan lagi apakah hal-hal itu sungguh perlu dilakukan. Apa yang penting pada saatnya akan muncul ke permukaan. Apa yang penting namun tidak mendesak akan menjadi penting dan menuntut perhatian. Mengabaikan olahraga akan berimbas pada masa tua kita. Kita boleh kaya, tetapi sakit-sakitan ! mengerikan.

 

Tips manajemen waktu, prioritas yang terpenting

PRIORITAS, YANG TERUTAMA DARI YANG UTAMA

Musuh dari yang “terbaik” adalah yang “baik.” Dari mana kita tahu bahwa apa yang kita lakukan saat ini adalah yang terbaik ? Atau jika anda tahu yang terbaik untuk dilakukan tapi anda tidak bisa melakukannya karena kekurangan waktu. Anda dikuasai keadaan, anda tahu itu salah tetapi apa boleh buat….saya tidak berdaya !

Mari kita kembali ke topik awal pembahasan kita:

" Satu kegiatan apa yang anda ketahui bahwa apabila anda melakukannya dengan baik dan konsisten akan memiliki hasil positif dan bermakna dalam kehidupan pribadi anda ? "

" Satu kegiatan apa yang anda ketahui bahwa apabila anda melakukannya dengan baik dan konsisten akan memberikan hasil yang luar biasa dalam pekerjaan anda ? "

" Kalau anda tahu bahwa hal - hal tersebut akan membuat perbedaan yang sedemikian berarti , mengapa anda tidak melakukannya sekarang ?

Untuk menyelesaikan masalah waktu dan prioritas ini, anda harus merubah pemikiran anda. Perbedaannya seperti pola “pencegahan” dan “penyembuhan” di lingkungan medis. Penyembuhan berurusan dengan penyakit yang sudah akut atau parah. Pencegahan berurusan dengan soal gaya hidup dan pemeliharaan kesehatan. Ini merupakan dua paradigma berpikir yang berbeda. Kendati seorang dokter dapat beroperasi berdasarkan kedua paradigma tersebut, salah satu di antaranya biasanya mendominasi dia.

Saya mengalami beberapa kali pemeriksaan kesehatan oleh beberapa dokter yang beroperasi dengan kedua paradigma tersebut, dan mereka itu sekaligus juga berbeda. Mereka mencari-cari hal-hal yang berbeda. Misalnya, saya periksa pada para dokter yang melakukan tugasnya terutama dengan paradigma penyembuhan. Mereka memeriksa darah saya dan melaporkan bahwa karena total kolesterol saya kurang dari 200, say dinyakan aman-aman saja. Lalu saya diperiksa oleh dokter-dokter yang menjalakan tugasnya dengan paradigma pencegahan. Mereka juga memeriksa unsur-unsur darah saya, secara khusus HDL dan LDL, dan menyatakan bahwa saya tidak beres, bahwa saya cukup beresiko dan mengajurkan untuk olahraga, diet dan minum obat penurun kolesterol.

Tips mendahulukan yang utama dalam kehidupan kitaYang terutama dari yang utama dinyatakan dengan begitu baik oleh Stephen R Covey dalam kalimat: Hidup, Mencintai, Belajar dan Meninggalkan warisan.

Kebutuhan untuk hidup adalah kebutuhan fisik kita akan hal-hal seperti sandang, pangan, papan, kesejahteraan dan kesehatan. Kebutuhan untuk mencintai adalah kebutuhan sosial kita untuk berhubungan dengan orang lain, untuk merasa menjadi bagian dalam suatu kelompok, untuk mencintai dan dicintai. Kebutuhan untuk belajar adalah kebutuhan mental kita untuk tumbuh dan berkembang. Dan kebutuhan untuk meninggalkan warisan adalah kebutuhan spiritual kita untuk memiliki suatu pemahaman akan makna, tujuan, integritas pribadi dan memiliki sumbangan.

Masing-masing kebutuhan tersebut sungguh penting. Tak terpenuhinya salah satu saja dari kebutuhan ini akan menurunkan kualitas hidup ktia.Apabila anda dililit utang dan kesehatan anda buruk, apabila anda tidak memiliki makanan, pakaian ataupun tempat tinggal yang memadai; apabila anda merasa terasing dan sendiri; apabila anda merasa tak punya tujuan hidup, kualitas hidup anda terancam. Kesehatan yang prima, keamanan, ekonomi, hubungan yang bermakna, perkembangan karier, pemahaman akan tujuan hidup, sumbangan sosial. Semuanya itu menciptakan kualitas hidup.

Apabila salah satu saja kebutuhan dasar itu tidak terpenuhi, hal itu akan menjadi lobang hitam yang menyedot tenaga dan perhatian anda. Apabila anda memiliki masalah keuangan, atau anda mengalami trauma sosial yang mendalam seperti perceraian. Anda menguap habis, kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi itu menjadi faktor yang urgen dan menekan. Kebutuhan-kebutuhan lainnya akan cenderung terabaikan yang pada akhirnya mendorong anda untuk menjadi kecanduan urgensi. Anda cenderung menjadi seorang manajer krisis yang hebat. Anda mulai mem-prioritas-kan krisis-krisis dan melakukan hal-hal yang mendesak dengan lebih efisien, dan berpikir “Bila aku sibuk, aku pasti efektif.”

Ketika kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi, maka dia mengejar urgensi

Tetapi kenyataannya kegiatan ini tidak membawa hasil-hasil yang menentukan kualitas hidup.  Hidup memepetkan diri dengan krisis tidak menjawab kebutuhan – kebutuhan yang mendasar. Semakin banyak hal urgen yang kita selesaikan, semakin besar kecanduan kita akan urgensi. Kita semakin melupakan kebahagian sejati yang muncul dari pemenuhan kebutuhan dasar kita secara efektif dan menggantikannya dengan kegairahan sementara akan terbereskannya hal-hal yang mendesak. Itulah alasannya mengapa sekalipun anda sibuk, hidup anda tetap kosong, tidak bahagia dan tidak beranjak kemana-mana dari posisi anda sekarang ini.

 

PENTING ITU PENTING

Prioritas adalah mendahulukan yang penting dan tidak mendesak sebelum akhirnya berubah menjadi penting-mendesak. Melakukan hal – hal dengan lebih cepat bukanlah prioritas, demikian pula dengan mengerjakan lebih banyak bukan pengganti melakukan hal-hal yang benar.

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman saya pindah ke rumahnya yang baru. Ia memutuskan untuk memanfaatkan jasa teman wanitanya untuk merancang pekarangannya. Ia memiliki visi yang hebat mengenai kebunnya. Karena ia terlalu sibuk dan banyak ke luar kota, ia terus menekankan kepada teman wanitanya tadi perlunya menciptakan tamannya sedemikian rupa sehingga hanya butuh sedikit atau tanpa perawatan sama sekali dari pihaknya. Ia menunjukkan mutlak perlunya kebutuhan akan alat penyiraman otomatis dan peralatan lain yang akan menghemat tenaga perawatan. Ia selalu mencari cara untuk mengurangi waktu yang harus ia manfaatkan untuk merawat tamannya.

Akhirnya, teman wanitanya itu berhenti dan bilang, “Saya dapat memahami apa yang kau ucapkan. Tetapi ada hal yang perlu kau urus sebelum kita melangkah lebih jauh: Bila tiada tukang taman, tak ada taman !

Kebanyakan di antara kita mengira akan sungguh hebat kalau ktia dapat mengandalkan taman atau hidup kita pada sesuatu yang bersifat otomatis dan toh mengharapkan munculnya hasil-hasil yang menentukan kualitas kehidupan yang hanya mnucul dari pemeliharaan yang hati-hati dan konsisten terhadap hal-hal yang menciptakannya.

Keseimbangan alam, hukum tabur dan tuaiTetapi kehidupan tidak berjalan seperti itu. Kita tidak dapat begitu saja menyebar benih, lalu pergi dan melakukan apa pun yang kita inginkan, lalu mengharapkan bahwa di kemudian hari kita kembali dan menemukan kebun yang indah dan tumbuh subur, siap untuk menghasilkan panen kacang-kacangan, jagung, kentang, wortel, dan hasil pertanian lain yang baik, di keranjang kita. Kita harus menyiram, memelihara dan menyiangi secara berkala kalau kita berharap dapat menikmati hasil panennya.

Bagaimanapun kehidupan akan memberi hasil. Sesuatu akan tumbuh. Tetapi perbedaan antara keterlibatan aktif kita sebagai tukang kebun dan kelalaian kita merupakan perbedaan antara kebun yang indah dan sebidang tanah yang dipenuhi rumput dan semak belukar.

Langkah pertama untuk belajar memprioritaskan hidup anda adalah menghubungkan segala sesuatu yang anda lakukan dengan “sesuatu” yang paling penting dalam hidup anda secara keseluruhan. Konteks member makna. Pertimbangkan gambar besar, terhadap apa anda menaruh perhatian terbesar, apa yang membuat saat-saat dalam kehidupan anda menjadi penuh arti. Kunci bagi hubungan atau keterkaitan itu terletak pada kejelasan visi anda. Beberapa tulisan saya sebelumnya dapat menjadi referensi anda :

Langkah berikutnya adalam mengembangkan kepercayaan diri sendiri dengan melakukan hal-hal sepele kemudian ditingkatkan secara teratur. Ketika kita membuat tujuan kecil dan berhasil mencapainya kita menambahkan keyakinan akan diri kita sendiri. Sebaliknya, ketika kita menetapkan tujuan terlalu tinggi dan tidak berhasil mencapainya, kita mengurangi kekuatan positif dalam diri kita. Saya sarankan anda membaca Hal-hal sepele dan Mental Tempe.

 

KESIMPULAN
Masalah dalam kehidupan timbul ketika kita menaburkan sesuatu dan mengharapkan dapat memetik sesuatu yang lain sama sekali. Banyak dari paradigma fundamental kita maupun proses dan kebiasaan yang muncul dari paradigma berpikir itu tidak akan memberi hasil sebagaimana kita harapkan. Cara berpikir tersebut yang diciptakan oleh orang-orang yang mencari jalan pintas, pengiklanan, pelatihan “Program bulan ini”, dan 3 tips sukses didasarkan pada ilusi mengenai kiat mudah dan cepat.

Alam begitu seimbang. Kita tidak dapat mengganggu keseimbangannya, karena kita tahu bahwa hukum sebab dan akibat merupakan hukum alam yang tak pernah salah dan tidak bisa ditawar-tawar. Tetapi kita tidak berhasil menemukan keseimbangan kita sendiri sebagai manusia, karena kita belum belajar bahwa hukum yang sama berlaku dalam kehidupan kita. Tak dapat ditawar sebagaimana dalam alam, bahwa apa yang kita tabur, itu pula yang pasti kita petik.

Manajemen Waktu Pribadi III : Keseimbangan Peran
Kita tidak dapat hidup dengan paradigma "dan" karena itu salah. Yang benar adalah "atau"

Share this content