Pasangan Yang Tidak Seimbang
Saya kerja keras setiap hari, saya momong anak setiap hari, saya menyapu, ngepel, ngelap rumah setiap hari. Saya multitasking, semuanya saya kerjakan sendiri...processor saya panas, memory saya kepenuhan, monitor saya mati-nyala-mati dan nyala lagi. Sebentar lagi akan meledak ! Sebaliknya pasangan saya tidak peduli dengan keadaan yang saya alami. Dia juga kerja tapi tidak mau tahu urusan rumah tangga. Anakku juga anaknya, tapi tidak telaten momong. Kehidupan saya dua kali, bahkan tiga kali lebih berat dari kehidupannya. Benar-benar pasangan yang tidak seimbang ! Oh iya taaah Pak ? Kata siapa ? Kata saaayaaa dong !?
REALITA KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
Pasangan yang tidak cocok, pasangan yang tidak seimbang, pasangan yang tidak peduli dan pasangan yang tidak mau tahu adalah kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya. Tidak ada yang namanya Cinderella yang hidup bahagia selamanya. Bahkan filem Sherk pun dibuat menjadi 3 sequel.
Sherk 1 memang cerita cinta klasik yang berakhir dengan kebahagiaan. Sang putri berubah wujud menjadi seperti Sherk, dan menikah. Beberapa tahun kemudian muncul sequel kedua Sherk. Mereka "gitu-gituan", ya pasti lah...masak udah resmi menikah gak "gitu-gituan" !! Dan akhirnya menghasilkan anak.
Rumah yang berantakan, teriakan-teriakan dan suara barang dibanting adalah kejadian sehari-hari yang "normal." Di mana ada anak, di situ ada kekacauan. Happy ending di Sherk 1 rasanya sudah terlupakan. Namun karena ini film anak-anak yang bertujuan menghibur dan mendidik maka dibuat akhir yang bahagia. Pernikahan mereka tetap utuh.
Sequel ketiga Sherk melibatkan mertua sang putri raja. Ya jelas lah...anda menikahi anaknya ! Orangtuanya ingin tahu apakah Sherk sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah bisa membahagiakan anak mereka. Apakah Sherk adalah mantu yang bertanggungjawab ? Apakah orangtua masih memiliki otoritas terhadap anak kandungnya dan segala macam campur tangan mertua dalam rumah tangga.
Seri pertama Sherk memang berisi petualangan dan cinta. Berbeda dengan seri kedua dan ketiga yang isinya tentang konflik kepribadian, kepentingan dan ego. Ini hidupku sehingga aku berhak melakukan apa yang aku sukai dan menolak apa yang tidak berkenan dalam hatiku. Aku memiliki hak asasi manusia dong ! Ini ceritaku...mana ceritamu ?
Kurang lebih sama laaah pak ! Tapi 10 kali lebih rumit dari film Sherk karena mereka gak perlu kerja cari uang. Karena mereka gak perlu bayar listrik, telepon, internet dan cicilan kartu kredit. Sherk gak pernah ketemu dengan bos saya yang sak karep'e dewe, sak dek sak nyet. Sherk juga gak kerja bareng rekan saya yang ngatokan, nyikutan dan nyokotan. Sherk tidak pernah mengalami macetnya jalan dan pengendara lain yang jago nyerobot.
Masih mendingan kawin sama Sherk yang mau merefleksikan diri sendiri. Dia menyadari kekurangan dan kesalahannya. Dia mau berubah, mengurangi kesenangan pribadi dan bersedia menjadi lebih baik. Pasangan saya tidak peduli, tidak merasa bersalah dan tidak mau mengalah. Seandainya tidak ada anak, tentunya saya dengan senang hati menceraikan dirinya. Gendeng bek'e menjalani hidup yang hanya sekali ini dengan kesengsaraan, yang bukan karena kesalahan saya !
PERCERAIAN, JALAN KELUAR TERBAIK ?
Perceraian adalah jalan keluar termudah, bukan yang terbaik karena meninggalkan luka yang tidak terobati.
Luka yang tidak terobati akan mengerogoti bagian lainnya yang tidak terluka. Pertama-tama di sekitarnya, berlanjut ke bagian lainnya hingga akhirnya seluruh tubuh menjadi sakit. Hanya karena satu bagian luka yang tidak diobati dengan benar.
Perceraian dimulai dengan penyesalan. Menyesal aku kenal kamu, menyesal aku kawin sama kamu, menyesal aku punya anak sama kamu. Naaah...sekarang pisah sama kamu itu "nyesel", "senang", "terpaksa" atau "terbaik" ?
Nyesel aku pisah sama kamu berarti anda lebih senang tetap jalan sama dia. Yang anda sesali adalah kenal sama dia, bukan pisahnya. Jadi apakah anda senang meng-Go To Hell-kan pasangan anda ? Tidak juga...karena ada impian, harapan dan tujuan yang tidak tercapai. Kita menikah karena ingin lebih bahagia daripada tidak menikah. Kita bersedia dikawini dan mengawini karena bermimpi bahwa kehidupan setelah menikah jauh lebih indah seperti di surga.
Tetapi semuanya hanya ilusi dan mimpi di siang bolong ! Pernikahan lebih buruk dari neraka, apinya lebih panas, dan sakitnya lebih nylekit !
Cerai dengan kamu adalah pilihan terpaksa dan terbaik untuk saat ini. Terbaik karena kamu bisa melakukan apa yang kamu mau dan aku bisa melakukan apa yang aku mau. Sekarang ini aku tidak tahu dengan apa yang akan aku lakukan dengan hidupku setelah meninggalkanmu. Tapi aku tahu kita berdua pasti bisa melupakan kejadian yang menyakitkan ini. Seiring berjalannya waktu, dukacita akan terganti dengan sukacita...jadi pergilah kasih, kejarlah keinginanmu...selagi masih ada waktuuuu, jangan hiraukan diriku, aku rela berpisah, agar engkau bahagia..selamanya !!
Naaah ! Inilah luka yang tidak terobati itu. Masalahnya belum selesai, yang diselesaikan adalah akibatnya, bukan penyebabnya. Sama seperti mengobati panas karena demam berdarah. Kenaikan suhu badan bukan penyebabnya, itu akibatnya. Penyebabnya adalah menurunnya trombosit. Sekalipun demamnya berhasil diturunkan sampai normal, anda sebenarnya masih sakit, loyo dan lesu.
Perceraian seakan-akan menyelesaikan masalah pasangan yang tidak seimbang. Namun sakit hatinya karena kekecewaan, kemarahan dan kebencian masih tetap ada. Masalahnya adalah semua orang mempercayai kebohongan ini, bahwa perceraian adalah satu-satunya jalan keluar terbaik untuk masalah mereka. Masalah kita bersama.
SOLUSI UNTUK PASANGAN YANG TIDAK SEIMBANG
Orang pesimis mengeluhkan arah angin, orang opimis mengharapkan angin berubah. Pemimpin mengembangkan layar dan Go with The Wind. Ada dua hal yang akan saya bahas dari kata-kata mutiara yang membangkitkan inspirasi ini. Yang pertama adalah angin.
Angin adalah anugerah sekaligus kutukan dalam kehidupan. Angin sepoi-sepoi membuat kita tertidur nyenyak. Ini angin yang asiiik. Angin yang sama juga memporak-porandakan bangunan bertingkat... Ini adalah angin puting beliung. Angin yang kencang dapat memutar baling-baling raksasa dan merubahnya menjadi energi listrik alami untuk satu kota. Angin adalah angin, tetapi orang kreatif memanfaatkannya dengan bijaksana.
Kehidupan ibarat angin, kadang lancar kadang tersendat-sendat. Kehidupan bisa kita rencanakan tetapi tidak dapat kita kendalikan. Atau dengan kata lain, apa yang kita rencanakan belum tentu terjadi. Kita tidak bisa mengendalikan situasi tetapi kita bisa mengendalikan reaksi. Kita sering menyalahkan situasi karena itulah yang diajarkan orangtua, teman dan pasangan kita. Bagaimanapun juga kambing hitam adalah jawaban terbaik untuk situasi sulit.
Bisakah kita menyalahkan kehidupan atas masalah kita ? Bisakah kita menyesali pertemuan dengan pasangan yang "ternyata" tidak seimbang tadi ? Bisakah kita menjalani sisa hidup kita dengan ketidakberesan ini ? Bisa dong, tetapi masalahnya ada pada kebahagiaan hidup.
Kebahagiaan tidak bisa dicapai dengan penyesalan. Kebahagiaan juga tidak bisa diperoleh dari menyalahkan. Perasaan puas karena telah melakukan pembalasan hanya sesaat dan memicu pembalasan lanjutan. Melihat orang lain merasakan pahitnya pembalasan yang kita lakukan menyakiti nurani kita.
Ini lingkaran setan. Awalnya kita disakiti, kita menahan diri. Sampai titik tertentu, kesabaran kita habis, berganti strategi dari menahan diri menjadi pembalasan. Kita puas namun akhirnya menyesal.
Mengapa bisa begini ? Karena kita adalah manusia tiga dimensi yang memiliki tubuh, jiwa dan roh. Kita memiliki DNA Tuhan yang maha pengasih, maha pengampun dan maha penyayang.
Angin dan kehidupan memiliki sifat yang sama. Tak terduga dan tak dapat dikendalikan. Namun angin atau kehidupan tidak sejahat yang anda pikirkan. Jadi apa pandangan anda tentang kehidupan sekarang ini ?
Hal kedua yang ingin saya bahas adalah sikap kita. Pesimis, optimis atau realist ? Anda berhak, seberhak-berhaknya mengeluhkan hidup anda sendiri. Silahkan memaki-maki kehidupan anda, silahkan menyalahkan ketidakberuntugaan anda. Seperti halnya angin, kehidupan tidak peduli dengan anda. Dia tidak mendengarkan ataupun menanggapi anda. Seperti pasangan anda !
Anda bisa berpikir positif dan berharap segala sesuatunya akan membaik dengan sendirinya. Itu bagus ! Orang optimis bro !! Langkah awal yang baik. Tetapi....ngenteni sampe kapan ? Sampai tua jengoten, ubanen, jamuren dan sawangen ? Bagaimana jika masih belum berubah ? Sampai kapan aku harus menunggu engkau datang kembali ke jalan yang benar ?
Baik orang pesimis dan orang pesimis sama-sama belum mengambil tindakan. Bukan harapan dan angan-angan yang merubah kehidupan, tetapi perbuatan. Bukan kata-kata manis yang merubah orang tetapi teladan hidup kita. Bukan mujijat Tuhan yang merubah pasangan kita, tetapi sikap dan tindakan kita.

Anda bisa menipu orang yang baru anda kenal, anda bahkan bisa ngemplang teman yang bertahun-tahun mengenal diri anda. Tetapi anda tidak akan pernah bisa menipu atau berbohong kepada pasangan hidup anda karena mereka benar-benar tahu diri anda luar dalam.
Dia tahu ukuran celana dalam anda, tahu kebiasaan bangun pagi anda, tahu aroma kentut anda. Pasangan anda tahu ketika anda mengatakan kebenaran atau kebohongan karena mereka tinggal dan tidur dengan anda 24 jam sehari. Anda bisa bersandiwara sesempurna Nicholas Cage tetapi anda tidak bisa mengelabuhi insting pasangan anda. Pikirkanlah....anda baru sebulan berbohong sementara sudah tinggal bersama selama bertahun-tahun.
Memang perubahan dimulai dari sikap yang benar. Namun memulai bukanlah sesuatu yang sulit. Semua orang bisa memulai dengan baik namun hanya sedikit yang bisa mengakhirinya dengan baik juga. Memulai berpikir positif, memulai berharap atau memulai berubah bukan hal yang luar biasa. Itu mah biasa sekali.
Semua orang bisa memulai pernikahan. Namun untuk mempertahankan pernikahan dibutuhkan kesabaran, penguasaan diri, komitmen, tanggungjawab dan ketekunan. Semua orang bisa membuat anak. Namun diibutuhkan karakter orangtua untuk membesarkannya. Yang susah dalam kehidupan ini adalah bagaimana mengakirinya dengan baik, bukan cara memulainya !
" Jelas bahasa tubuh, intonasi suara dan bau ketek anda ter-memory dengan sempurna "
Konsep "kehidupan" dan "sikap" ini penting agar kita bisa menyelesaikan masalah pasangan hidup yang tidak seimbang. Kehidupan tidak ada yang sempurna, tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Kehidupan tidak dapat dikendalikan...dan anda paham benar tentang poin ini. Anehnya apa yang benar-benar bisa anda kendalikan seringkali anda lupakan, yaitu sikap kita !
1. KEBENARAN YANG MEMERDEKAKAN
Engkau akan tahu tentang kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan engkau. Kebenaran tentang apa Pak Wapan ? Kebenaran tentang kehidupan ini dong mbak sis. Apakah kebenaran itu Pak Wapan ? Sek yooo...
Kebenaran yang pertama adalah hidup itu tak semudah cocot'e Mario Teguh. Ha...ha...ha...! Sungguhan iki ! Nyocot itu gampang, nglakoni itu soro rek. Soory loh Pak MT, hanya intermezzo. Begitulah Pak resikonya jadi orang terkenal !
Mengapa hidup ini tidak mudah ? Karena dari sononya memang begitu, dari jaman onta belum bungkuk, yang namanya kehidupan itu tidak pernah jauh dari masalah. Jika anda beragama kristen bisa tahu penyebab kesengsaraan hidup ini adalah dosa nenek moyang kita, dari Om Adam dan Tante Hawa.
Karena dosa, kehidupan yang sempurna menjadi tidak sempurna lagi. Karena dosa rencana Allah yang sempurna menjadi tidak sempurna. Karena dosa pula kita akhirnya dan ternyata baru tahu memiliki pasangan yang tidak seimbang.
Saya juga sama seperti anda...sama-sama tertipu ! Saya pikir pasangan saya adalah wanita tercantik, terbaik, tercocok dan ter ter ter yang apik-apik. Cilakanya saya lupa kalo "ternyata" juga sama-sama terdiri dari huruf "TER". Ejaan TER-cantik memiliki awalan kata TER-nyata juga....juga TER-tipu.... Ha..ha...ha....
"Aku iki yo akeh elek'e. Aku sering berubah-rubah. Aku juga emosian. Aku beruntung ijek ada sing mau ambek aku." Ceteeerrr !! Saya langsung kesetrum !
Betol...betol...betol...kekuranganku juga banyak. Aku terlalu menilai tinggi diriku sendiri. Aku seharusnya bersyukur masih ada cewek yang mau sama aku, cakep lagi !! Meskipun ngentutan, ngupilan dan ngondokan...saya tersadar dari awan-awan bahwa pasangan saya yang tidak seimbang ini adalah pasangan terbaik untuk diri saya.
Tidak mudah mengakui hal ini. Bahkan sampai sekarang pun belum saya akui di depan pasangan saya. Saya simpan dalam hati kebenaran ini dan merubah pandangan saya tentang ketidak seimbangan, ketidakcocokan atau ketidak-pedulian.
Keseimbangan menurut saya jelas sekali berbeda dari keseimbangan versinya. Bagi saya, dia adalah sumber ketidak seimbangan. Tetapi bagi dia, sayalah yang penyebabnya. Lah kalo begini, kapan nemu titik seimbangnya ? Dikomunikasikan baik-baik ? Awalnya bisa tapi akhirnya kita jadi kayak anak kecil yang hebat-hebatan bapaknya.
Aku lebih soro...KATA SIAPA ? Aku yang lebih soro ! Aku kerja, jaga anak dan bersih-bersih rumah...AKU JUGA ! Aku kepanasan, mberseni ee'ek anak. Aku kasih uang kamu...UANGMU GAK CUKUP ! Aku..KAMU...aku lebih...aku juga....akhirnya hal-hal yang gak penting muncrot dari mulut kita berdua...bapaku lebih hebat dari bapakmu...persis anak TK !!
Dari pengalaman bapakku, bapakmu itulah saya memutuskan untuk tidak lagi memperhitungkan pengorbanan ataupun membandingkan dengan pengorbanannya. Setiap kita memiliki peran, kesulitan dan tuntutan yang berbeda. Meminta pasangan kita untuk melakukan apa yang kita lakukan tidak menyelesaikan masalah karena dia juga bisa menuntut hal yang sama. Dan belum tentu kita bisa mengerjakan dengan baik apa yang dikerjakan pasangan kita.
Saya memang menerima kenyataan bahwa kehidupan ini tidak sempurna. Namun saya tidak bisa menerima kenyataan pasangan yang tidak sempurna. Saya terlalu pathetic (gak nemu istilah bahasa indonesianya). Lah wong dunia dan segala isinya, termasuk saya dan pasangan saya sudah rusak dari awalnya kok saya mengharapkan kesempurnaan ? Itu kan gak masuk akal ! Apalagi standar kesempurnaannya adalah standar saya.
Apa Pak Wapaaaan ? PA-THE-TIC...
2. DARI DALAM KE LUAR, DARI AKU KE KAMU
Seandainya pasangan saya membalik kata-kata saya, maka saya pun akan kelimpungan. Dia meminta kesempurnaan diri saya menurut standarnya. Biasanya, pria yang egois akan marah besar untuk menutupi kelemahannya. Biasa laaaah...ketika demokrasi tidak berhasil maka kekuatan militer yang berbicara.
Untungnya saya sadar sebelum mengucapkan ultimatum. Tuntutan kesempurnaan menurut standar saya tidak pernah keluar dari mulut ini.
Selain tidak masuk akal, tembak-tembakan tidak menyelesaikan masalah. Malahan menimbulkan masalah baru yaitu sakit hati, dendam dan penyesalan. Hidup ini sudah susah dan akan mulai lebih susah lagi jika peluru kata-kata menyembur dari mulut kita berdua. Saya mengambil genjatan senjata dan memikirkan strategi baru.
Strateginya Dr. Gary Chapman, dalam buku Kasih Sebagai Jawaban. Konsepnya adalah merubah diri saya lebih dulu kemudian baru merubah pasangan saya. Mengapa tidak langsung ke pasangan ? Karena tidak pernah berhasil, tanyakan kepada teman anda yang baru saja bercerai. Pasti jawabannya adalah pasanganku tidak mau berubah, aku yang benar dia yang salah.
Kita dididik sejak kecil bahwa kebenaran harus dipertahankan sampai mati. Namun kebahagiaan tidak ada hubungannya dengan benar atau salah. Demikian pula dengan cinta. Cinta sejati tidak mempermasalahkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Cinta sejati itu menutupi kesalahan.
Para pria tidak asing dengan istilah Brotherhood. Sekalipun mereka tidak mengenal artinya.
Ketika istri teman mereka mencari suaminya. Otomatis kita membela teman kita walaupun dia salah. "Oh...dia tadi main ke rumahku sebentar lalu pergi ke tempat lainnya. Ada apa ? Apakah perlu saya telepon dia untuk mengabari kalo kamu mencarinya ?" Itulah brotherhood, cinta persaudaraan antar pria.
3. MENIKMATI KEADAAN KITA
Ya, saya juga bertanya-tanya dan tidak menemukan jawabannya. Apa nikmatnya menyapu dan ngepel rumah ? Apa nikmatnya menjaga anak sambil melongo ? Apa nikmatnya mengelapi meja, kursi, remote TV, pintu dan barang-barang lainnya yang dimasukkan ke mulut si kecil ? Gak nikmat blass !
Tapi apa pilihan yang ada ? Cuman dua, menikmati atau mengeluh. Jalan tengahnya yang tidak bijaksana adalah menyerahkan anak yang kita kandung selama 9 bulan 10 hari kepada orang lain.
Mari kita andaikan saja hidup kita sendiri. Pekerjaan apa yang akan anda pilih, suster atau karyawan ? Pembantu atau Majikan ? Momong anak atau bekerja ikut orang ? Ibu rumah tangga atau pengusaha ?
Dunia ini semakin kacau karena konsep berpikir yang salah. Apa yang kita anggap berharga sebenarnya tidak berharga sama-sekali. Apa yang seharusnya membawa kebahagiaan ternyata membawa kesengsaraan. Apa yang penting menjadi tidak penting. Dan apa yang tidak penting ternyata kita jadikan prioritas hidup. Yang murah kita anggap mahal dan yang mahal kita jual murah.
Udara...bisa dihirup dimana saja, kapan saja. Tidur pun kita masih mengkonsumsinya. Menghirup udara tidak perlu usaha, sifatnya pun cuma-cuma. Udara itu murah dan tidak berharga ? Tetapi kita tidak dapat hidup jika dalam 5 menit tidak memasukkan udara kedalam paru-paru.
Kesehatan...selama kita masih kuat bekerja kita tetap bekerja. Selama mata masih terbuka kita memaksa tubuh melebihi kemampuannya. 90 % orang mengikuti pola hidup seperti ini dan sebagai hasilnya tabungan hari tua mereka di-investasi-kan di rumah sakit.
Mengeluarkan anak dari perut ke dunia sebenarnya sudah menghabiskan uang 20 juta lebih. Mulai dari tangisan pertamanya hingga langkah pertamanya kita sudah mengeluarkan uang 10 juta lebih. Hanya dalam waktu 1 tahun tabungan kita sudah berkurang sebanyak 50 juta lebih banyak. Kita masih harus menyiapkan dana 500 juta untuk pendidikan minimalnya. Belum ongkos kawinnya, nanggung anak mereka juga loooh ! Anak mereka kan juga cucu kita, jadi masih tanggungjawab kita juga...alaaamaaak !!
Apakah anak merupakan "sesuatu" yang berharga ? Sudah pasti kata anda. Tetapi lain di mulut lain di hati. Kita menaruh uang diatas anak, memprioritaskan pekerjaan daripada anak, memilih ego kita daripada psikologis anak dengan alasan klasik yang kelihatannya logis, "Untuk membesarkan anak butuh uang. Kalo tidak bekerja tidak dapat uang. Sekolah internasional yang mahal adalah pendidikan terbaik."
Betol...betol...betol ! Jika memang begitu, jangan tanya kenapa anak saya yang sudah kepala 3 ini tidak dewasa dalam sikap dan pola pikirnya. Kerjaannya hanya menghabiskan duit orangtuanya. Usaha apapun pasti gagal. Mengapa ?
ikut sapa ? "
Karena kita mengajarkan anak kita berdasarkan apa yang kita ketahui. Apa yang kita ajarkan pada masa emas pertumbuhan anak yang hanya berlangsung 2-3 tahun akan mempengaruhi masa depannya. Jika dalam golden periode ini mereka dididik oleh suster, maka mereka akan memiliki bibit suster. Jika dididik oleh pembantu, maka bibit pembantu tertanam dalam hidupnya.
Jika dididik dengan pola pikir yang salah maka pemikirannya pun juga akan salah hingga masa tuanya.
Pantaskan kita menyerahkan pendidikan anak kita kepada orang lain ? Tergantung dari konsep anda tentang apa yang paling berharga.
Poin yang ingin saya sampaikan adalah, pada hakekatnya kita tidak memiliki pilihan terbaik selain berusaha menikmati keadaan kita. Saya tidak pernah merasakan kebahagiaan menyapu dan mengepel. Status BB saya adalah, "Mbabu Maneh !" Bukan "I Love Bersih-Bersih Rumah".
Apa yang saya benci itulah yang harus saya lakukan. Semakin benci saya dengan pekerjaan itu semakin berat dan malas mengerjakannya. Apa yang seharusnya bisa saya kerjakan dalam waktu satu jam memakan waktu dua jam lebih. Saya menjadi tidak efisien dan bebannya semakin hari semakin menumpuk. Tugas kemarin yang belum selesai harus ditambahkan ke tugas hari ini.
Saya sadar sedang menghancurkan hidup saya. Saya berputar - putar dalam lingkaran setan yang... Hmm, saya ciptakan sendiri ?...Saya menghadapi masalah yang sama setiap hari dengan cara penyelesaian yang juga sama. Saya benar-benar gila jika mengharapkan hasil yang berbeda dengan melakukan hal yang sama.
Saya tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dengan mengeluh. Ngepel sambil ngomel tambah tidak nikmat. Lebih jauh lagi, Tuhan yang menganugerahi kita anak jadi malas memberkati kita. Apakah saya akan menghabiskan sisa hidup saya seperti ini ? Saya tidak mau, saya tidak bisa menikmati ngelap meja kursi setiap dua hari sekali. Jadi apakah ini masalah tanpa solusi ?
Pemikiran yang muncul seketika itu adalah "belajar untuk menikmati" melakukan pekerjaan yang membosankan ini. Sebenarnya tidak ada ruginya mencoba pendekatan baru ini. Toh semua cara sudah pernah saya lakukan, mengapa tidak mencoba hal yang baru muncul ini ?
Realitanya, pekerjaan yang seharusnya memakan waktu satu jam, malah dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit. Pekerjaan yang dulunya membosankan sekarang pun tetap membosankan...ha...ha..ha...tapi ada sedikit semangat yang memaksa saya. Saya lebih tajam dalam berpikir, lebih efisien dalam bekerja dan lebih sedikit berbahagia. Kemajuan dikit nih bro !!
Selalu ada waktunya ketika kekesalan menumpuk dan pemikiran menjadi negatif kembali. Memang tidak mudah merasakan kebahagiaan, dibutuhkan ketekunan, ketabahan dan konsistensi. Saya memutuskan untuk tetap maju sekalipun harus merangkak sambil menangis. Sedikit demi sedikit.
Sekarang anak saya sudah berumur 1 tahun lebih. Atau dengan kata lain, saya berhasil mempertahankan sikap seperti ini selama satu tahun. Keadaan dan masalah tidak sama, tetapi tambah berat. Ya jelas laaah, dari merangkak ke berjalan, dari tidak bisa apa-apa sampai bisa merusak apa saja. Saya tetap capai, bahkan dua kali lebih capai. Tetapi saya tidak bisa mengeluh lagi. Memang aneh tetapi itulah proses perubahan dan pembentukan karakter.
Dari ketidak-biasaan menjadi kebiasaan. Dari ketidak-sukaan menjadi kesukaan, dari ketidak-mampuan menjadi kemampuan. Ini keahlian baru dan keagungan seorang manusia. Semua orang bisa merasakan kebahagiaan jika situasi dan keadaan berpihak kepadanya. Pujian dari Tuhan hanya diberikan kepada manusia yang tetap bersyukur sekalipun kondisinya tidak memungkinkan.
Jika Tuhan berkenan dalam hidup anda, maka apa yang menghalangiNya untuk melancarkan usaha kita, mendatangkan klien baru dan mengisi tabungan kita. Dia pencipta sekaligus pemilik dunia ini kok. Apa saja akan nurut perintahNya. Ketika karakter kita siap, maka Tuhan segera memasuki tahap berikut dari rencana besarNya atas hidup kita.
KESIMPULAN
Kenyataan sebenarnya dalam hidup rumah tangga adalah memiliki pasangan yang tidak seimbang. Manusia dilahirkan dengan dosa asal, diusir ke dunia yang kacau dan selamanya berjuang mengejar kebahagiaan. Tidak ada pangeran tampan berkuda putih. Juga tidak ada pula si cantik berhati baik.
Tetapi kebahagiaan benar-benar ada, cinta sejati juga benar-benar nyata. Hanya saja perjalanan ke arah sana begitu terjal dan menyakitkan. Ada sakit hati, pertengkaran, kekecewaan dan tuntutan yang tidak terpenuhi. Cinta itu bukti, bukan janji.
Memilih pasangan hidup yang ideal
Tidak ada 100% sempurna, jika bisa cocok 60% saja itu sudah cukup dan bisa dipertahankan.
Share this content