SOLUSI PERNIKAHAN TANPA CINTA ? Serius Nih ?

Tulisan ini untuk anda yang dulunya saling mencintai lalu menikah. Tetapi karena satu dua hal, kehidupan rumah tangga tidak berjalan lancar. Pernikahan kita berada di ujung tanduk, sampai pada pilihan bercerai atau bertengkar setiap hari. Tidak mudah membuat keputusan karena ada anak-anak yang tidak tahu apa-apa tetapi harus menanggung akibatnya. Apa yang harus kita lakukan ? Apakah keputusan yang saya ambil sudah terbaik ? Untuk saya, untuk anak-anak dan untuk pasangan saya ?

Solusi pernikahan tanpa cinta

DARI CINTA MENJADI BENCI, APA SEBABNYA ?

Apa itu cinta sejati ? Mencintai sampai mati ? Mencintai apa adanya ? Seperti di drama korea ? Benar, kira-kira seperti itulah cinta sejati. Tetapi tidak semua orang menemukan cinta sejatinya. Kebanyakan mendapatkan cinta wallpaper yang hanya indah di foto. Begitu dilihat aslinya...editan semua !

Semua orang memakai topeng. Termasuk pacar kita yang selalu tampil menawan dan terlihat “apa-adanya”. Bahkan pasangan yang baru menikah pun masih belum melepas semua topengnya. Alangkah banyak topeng yang kita pakai sehari-harinya. Sebagaimana seorang wanita membedaki mukanya. Dibersihkan dulu mukanya pakai milk cleansing, dikasih pelembab, ditambahi sunblok, ditambahi foundation, baru memakai bedak.

Karakter asli kita tutupi dengan nilai-nilai orangtua, ditambahi dengan sikap-sikap yang dapat diterima di sekolah. Ditambal kanan-kiri dari teman sekolah dan teman sepermainan. Begitu menginjak dewasa ditutupi budaya masyarakat dan tempat kerja. Secara tidak sadar kita tahu bagaimana bersikap dan berperilaku baik kepada orang yang baik dengan kita. Menghindari orang yang tidak kita sukai maupun tidak menyukai kita agar karakter asli kita tidak terbongkar.

" Sebelum menikah, buka mata lebar-lebar.

Setelah menikah, tutup mata rapat-rapat."

Tetapi kita tidak bisa menghindar dalam pernikahan. Hidup-mati bersama, seperti janji yang kita ucapkan di depan saksi, pendeta dan orang tua. Tidak ada yang tersembunyi dalam pernikahan. Tidak ada WIL atau PIL yang dapat disembunyikan tanpa diketahui pasangan kita. Cepat atau lambat akan terbongkar karena sudah tahu kebiasaan kita. Insting akan memberitahu secara otomatis ada yang berbeda, alam bawah sadar merekam hal yang menyimpang dari rutinitas sehingga perasaan menjadi tidak enak.

Disinlah awal permasalahannya. Sifat-sifat buruk pasangan yang tidak kita duga sebelumnya. Kita sudah memperkirakan masalah yang akan terjadi dalam pernikahan, menimbang sifat jeleknya dan memutuskan bisa menerima semuanya. Tetapi ternyata sifatnya buruknya melebihi ekspetasi kita. Dia sudah melampaui batas toleransi, malahan ujung akhirnya tidak kelihatan.

Perhitungan kita meleset ! Membayangkan sejelek ini pun tidak pernah, apalagi memikirkannya. Tetapi ternyata… Setan itu adalah pasangan saya !

Tetapi sudah terlambat. Saya sudah tidak bekerja lagi. Anak sudah tiga. Yang ada adalah teman rumah tangga, teman sekolah anak. Tidak ada teman kerja, tidak ada koneksi. Lagipula usia juga sudah tua, mana ada pekerjaan yang setara ? Tahu gini aku tidak menikah dengannya. Buat apa menikah kalau tidak bahagia ?

Penyebab cinta menjadi benci

STOP ! Saya punya pertanyaan yang harus anda jawab dengan jujur. Dimanakah permasalahannya ? Dia yang mencari masalah ? Atau anda sendiri yang bermasalah ?

Tidak ada orang waras yang menikah dengan tujuan bercerai. Apalagi pada awalnya didasari dengan cinta. Dan juga tidak ada orang waras yang mau menikahi orang gila. Artinya, baik anda dan pasangan anda sepakat untuk membangun keluarga yang sakinah dan bahagia.

Ketika satu telunjuk mengarah ke orang lain, ada tiga jari lainnya yang mengarah ke anda. Jempol anda netral, menunjuk ke bawah atau ke atas. Satu tuduhan yang anda lemparkan, akan dibalas dengan tiga tuduhan. Memang cuman anda saja yang bisa melihat kejelekan pasangan anda ? Apa dia tidak bisa melihat sifat asli anda ? Memang anda Tuhan dan dia setan ? Bagaimana sudut pandangnya ? Aku Tuhannya...kamu setan-ne !

Saling teriak ketika bertengkar tidak akan menyelesaikan masalah. Demikian pula dengan saling menyalahkan akan dibalas dengan tuduhan pula. Tetapi pertengakaran ini perlu dan harus ada dalam pernikahan. Karena dalam kemarahan, sifat asli kita keluar. Demikian pula dengan keinginan terpendam yang tidak bisa kita sampaikan karena alasan tertentu. Dalam pernikahan pun masih ada rahasia-rahasia kecil yang kita simpan.

Pernikahan itu bukan siapa benar, siapa salah. Itu pengadilan ! Dasarnya norma dan nilai yang berlaku di masyarakat yang kemudian disahkan negara sebagai tolak ukur hakim dalam mengambil keputusan. Yang benar dibebaskan, yang salah dipenjara. Yang benar dilayani, yang kalah didenda. Tidak ada cinta dalam pengadilan, adanya bukti dan tuduhan. Pembelaan dan saksi.

Pengadilan memang memberikan keadilan bagi yang menang. Tetapi pengadilan jarang menyadarkan seseorang sehingga akhirnya menyesal. Pengadilan tidak menghapus dendam dalam diri pemenang. Malahan pengadilan menambahkan bara kemarahan dalam diri si pecundang.

Demikian pula rumah tangga kita akan menjadi seperti ini karena masalah siapa yang benar dan mana yang salah. Kelihatannya sepele, tetapi benar dan salah membawa dampak yang luar biasa dalam rumah tangga. Apakah kita lebih bahagia karena benar ? Apakah kita mendapatkan kebahagiaan karena menyalahkan pasangan kita ?

Tetapi...kalo anda bisa tertawa dan bahagia atas penderitaan orang yang anda cintai. Berarti anda perlu pergi ke dokter jiwa. Mungkin saja ada gejala gila ringan atau gila kumat-kumatan. Kadang waras kadang gila.

Rasa cinta yang berubah menjadi benci itu karena kita. Loh… Itu kan perasaan anda sendiri ! Anda cinta, anda benci. Anda marah, anda gembira. Anda senang, anda sedih. Itu perasaan anda sendiri. Emosi yang tidak rasional. Eurofia yang sifatnya sementara. Suatu situasi yang tidak benar-benar nyata.

Pernikahan kristen yang bermasalah

Mengapa dulu cinta setengah mati sampai mau dinikahi ? Sekarang kok jadi benci sampai mau bunuh diri ? Itulah sebenarnya perasaan. Sebuah rasa yang membuat hidup ini menjadi indah. Itulah emosi yang sebenarnya tidak nyata tetapi mampu memporak-porandakan kenyataan sebenarnya.

Mengapa anda benci suami anda ? Mengapa anda sebegitu bencinya dengan istri anda ? Jawabannya cuman satu.

Karena satu kesalahan yang tidak dapat kita maafkan. Memang benar ada kesalahan-kesalahan lainnya… Tetapi satu kesalahan itu begitu besar sehingga merusakkan kepercayaan dan merubah cara pandang kita.

Pernikahan adalah hubungan sebab akibat. Suatu aksi akan dibalas dengan reaksi. Ketika satu pihak mencintai, pihak lainnya membalasnya dengan cinta. Ketika istri menabur kemarahan, maka dia akan menuai kemarahan dari suaminya juga. Ketika sesorang mulai membenci pasangannya, dia akan mendapatkan kebencian sebagai kebahagiannya.

Pasangan yang tidak bisa memaafkan, akan dibalas dengan tindakan yang sama. Lah...terus kapan selesainya ? Makanya kehidupan rumah tangga kita tambah lama tambah parah.

Masalahnya….mengapa anda tidak bisa memaafkan kesalahannya ? Apakah harga diri anda lebih mahal dari pernikahan anda ? Apakah harga diri anda lebih berarti daripada kebahagiaan anak-anak ? Kalo memang demikian, cobalah pergi ke dokter jiwa. Mungkin anda juga mulai gila ringan.

“ 77 dikali 7, “ jawab Yesus. “ Kalau kamu tidak bisa memaafkan saudaramu yang bersalah kepadamu. Maka Tuhan juga tidak mau memaafkan kesalahanmu. “

“ Tangan Tuhan terangkat, melawanku ! “ kata Naomi kepada Ruth. Surga menutup berkatnya terhadap orang yang dibenci Tuhan. Kehilangan suaminya, anak laki-lakinya dan semua harta bendanya. Naomi kembali dari perantauan sebagai seorang janda pengemis.

Tetapi itulah manusia. Selalu saja ada yang memililh neraka daripada surga. Ingat ! Tuhan tidak pernah memasukan manusia ke neraka. Mereka yang memilihnya sendiri. Mereka tidak mau mengampuni dan melupakan. Mereka menyimpan kebencian, dendam dan pembalasan dalam hatinya. Menyiraminya dan membakarnya setiap hari...sampai mati...ups...sampai selama-lamanya.

BERCERAI ATAU MENDERITA SELAMANYA

Masalah dalam pernikahan tidak akan pernah selesai. Dan sudah sewajarnya setiap pernikahan memiliki masalah di dalamnya. Yang tidak wajar adalah masalah yang tidak selesai-selesai. Mengapa bisa sampai tidak selesai ? Karena salah satu pihak tidak mau menyelesaikannya. Loh ? Kok aneh ? Begitulah manusia…

Mana yang terbaik ? Bercerai atau mempertahankan pernikahan bermasalah.

Mata ganti mata ! Sakit hati ganti sakit hati ! Selama dia merasa dendamnya belum terbalaskan, maka masalah itu belum selesai ! Jadi apa yang harus kita lakukan ? Diam saja ? Atau balas ? Keduanya tidak akan pernah bisa memuaskan dendamnya.

Ketika dimarahi… Kita diam. Ketika diomeli… Kita menghindar… Yang marah tambah marah. Dia pikir dia siapa ? Semakin kita diam...semakin dinjak-injak ! Tambah lama tambah nemen ! Dia mau marah...tidak mau dibantah...tapi kalo musuhnya diem aja...jadi gak asik ! Dia mau dibantah dan juga tidak mau dibantah. Repot musuh orang emosi. Melakukan apa saja tetap salah. Sampai kapan ? Sampai yang menginjak-injak bosan. Sampai kapan bosannya ? Nda tau…. Bisa 1 tahun, bisa 5 tahun, bisa 25 tahun.

Elia, dengan gagah berani menantang 450 dewa Baal. 500 Vs 1. Dihadapan ribuan rakyat. Pemenangnya jelas Elia. Dipotong kepala mereka. Tetapi Nabi Allah ini ketakutan setengah mati dengan kemarahan seorang perempuan yang bersumpah membunuhnya melalui seorang utusan. Saking takutnya, Elia meminta Tuhan mencabut nyawanya…. Haaah ? Sebegitu mengerikankah dendam seorang wanita itu ? Iya...dan Izebel ini nda mati-mati.

" Masalah dalam pernikahan akan selesai kalau dua belah pihak mau menyelesaikannya.

Tidak akan selesai kalau hanya satu pihak saja yang berinisiatif. "

Obat kebencian dan dendam adalah memaafkan dan melupakan. Obatnya sudah tersedia di dalam setiap rumah tangga pernikahan. Tinggal meminumnya, maka sakitnya akan sembuh. Masalahnya...tidak ada yang merasa sakit, jadi tidak ada yang mau minum obatnya.

Memaafkan dan melupakan itu seperti keselamatan. Mudah untuk dilakukan tetapi tidak pernah dijalankan. Orang hanya perlu menerima pengampunan Yesus, tanpa syarat apapun, maka ia akan masuk surga. Buktinya… Masih banyak yang memilih masuk neraka daripada surga.

Pernikahan bahagia itu benar-benar ada ! Selain cinta dan komitmen, yang perlu dilakukan adalah memaafkan dan melupakan. Tetapi… 50% pernikahan masih berakhir dengan perceraian. Mengapa ? Karena ada yang memilih balas dendam dan harga diri sebagai jalan hidupnya.

Kalau anda sedang membaca tulisan ini, berarti kondisinya jauh dari pernikahan bahagia. Bahkan sedang dalam dilema bercerai atau tetap hidup seperti ini. Seperti apa ? Tidak bahagia dan setengah menderita. Terikat karena anak ataupun keluarga. Terkadang iri rasanya melihat IG maupun FB teman-teman yang memposting betapa indahnya kehidupan rumah tangga mereka.

Bercerai memang bukan keputusan terbaik dan berakibat buruk terhadap anak. Tetapi hidup dalam pernikahan tanpa rasa dan cinta juga buruk terhadap anak. Walaupun sama-sama buruknya, bagi anak masih lebih baik hidup bersama papa dan mamanya. Setidak-nya masih cukup buat makan, sekolah dan jalan-jalan. Bercerai tanpa penghasilan akan membuat anak putus sekolah, makan tak bisa dan masa depan lebih suram.

Tetapi apakah saya pantas menerima keadaan seperti ini ? Apa salah saya ? Apakah manusia itu memang ditakdirkan untuk sengsara ? Apakah nasib saya sedemikian sialnya ? Apa aku harus mandi kembang 7 benua ? Kalaupun saya tetap bertahan, apakah ada jaminan masa depan saya akan lebih baik ?

Bercerai masih menghasilkan kemungkinan-kemungkinan. Bisa lebih baik dan bisa lebih buruk. Peluangnya 50-50. Sebenarnya bertahan dalam pernikahan tanpa cinta pun peluangnya 50-50. Kedua pilihan memiliki plus minusnya sendiri-sendiri. Sama-sama sulit. Jalan mana yang harus kita ambil ?

Dari beberapa teman yang kehidupannya saya lihat dengan mata kepala sendiri. Mereka yang mempertahankan rumah tangganya berakhir lebih baik. Yang saya lihat adalah kehidupan orangtuanya.

Ada yang orangtuanya kecantol dengan Wanita Idaman Lain. Seperti cerita-cerita pada umumnya…. Setelah kekayaannya terkuras habis, si WIL say “Good Bye, Good Luck !” Terus pria hidung belang ini tersadar dan kembali ke pangkuan mbok wek. Waktu senang dihabiskan dengan wanita lain. Waktu soro dihabiskan bersama istri tua, cinta pertamanya yang memang menerima apa adanya. Teladan mama mereka merupakan modal yang kuat, saksi hidup yang melekat dalam pikiran anak-anaknya. Sampai saat inipun kehidupan pernikahan teman-teman saya terdengar cukup baik.

Orangtua teman saya yang lainnya tidak kecantol dengan WIL. Tetapi papanya pengangguran dan suka main tangan. Waktu kecil, teman saya ini sering dipukuli papanya. Tentunya ketika mereka lebih besar dan papanya tambah tua, gantian bapake dipukuli anaknya. Bukan hanya itu saja, mamane pun sering dipukuli.

Mereka melarat, rumah tak punya, pekerjaan tidak ada. Mamane jualan koran, jualan botol untuk uang sekolah anak-anake. Terima jahitan...emboh apa aja dikerjakan untuk melanjutkan kehidupan. Setelah 30 tahun, mungkin lebih… Papane baru sadar.

Sekarang kehidupannya jauh lebih baik. Sudah punya rumah sendiri, pabrik garmen yang cukup buat pergi ke luar negri. Teman saya pun mampu beli rumah sendiri, juga punya pabrik garmen sendiri.

Cara membuat pernikahan yang bahagia

Orangtua saya bercerai. Pabrik papa habis seiring dengan kematiannya. Untung masih ada warisan rumah dari papa. Mama juga bisa beli rumah sendiri. Hidup saya cukup, tidak lebih dan tidak kurang. Tetapi saya kehilangan figur seorang ayah. Saya bisa hidup dengan kemampuan saya, tetapi belum naik kelas. Teladan keberanian mengambil resiko dari seorang ayah tidak pernah saya dapatkan. Saya pengusaha kecil saja. Seandainya ada papa, mungkin saya bisa mendapatkan pendorong semangat dan modal menjadi seorang pengusaha besar.

Tetapi itulah misteri kehidupan. Tidak ada yang perlu disesalkan.

Seandainya kedua orangtua saya tidak bercerai, maka tidak akan ada wapannuri.com yang anda baca sekarang ini. Saya tidak tahu tulisan ini menginspirasi atau mematahkan semangat anda. Yang saya tahu, ketika saya menulis, pikiran saya menjadi lebih tenang, beban saya terangkat dan saya menjadi lebih bahagia.

 

KESIMPULAN
Kehidupan itu misteri yang hanya dapat dijelaskan oleh waktu. Semua keputusan yang anda ambil itu baik. Tuhan bekerja dalam setiap keputusan kita. Apakah kita bercerai atau meneruskan pernikahan tanpa cinta…. Saya tidak tahu jawabannya. Walaupun pada awalnya saya sudah menentukan pilihan saya, tetapi pada akhirnya berubah lagi tanpa keputusan.

Yang saya lakukan sekarang ini adalah menunggu dan memperbaiki sisi lain kehidupan yang terbengkalai ! Hei… Hidup itu bukan hanya cinta dan pernikahan saja. Ada karier…. Ada anak …. Ada kesehatan…. Ada teman-teman… Ada hobby … Dan baaanyaak sekali yang sudah kita lupakan….

Share this content