(Katanya) Life Begin at 40

Bayangan saya tentang hidup dimulai umur 40 adalah tidak perlu kerja keras, setiap bulan pergi ke luar negri, tabungan ratusan milyar, punya beberapa rumah, beberapa mobil dan satu istri serta beberapa TTM. Tidak lupa badan sehat, melayani pekerjaan Tuhan dan pilih yang enak-enak saja. Beberapa orang berhasil mewujudkan mimpi ini. Sebagian besar tidak, pancet soro urip'e. Apakah benar ...? Life begin at 40 atau Penderitaan begin at 40 ?

Realita Life begins at 40

LOGIKA LIFE BEGIN AT 40

Tentu saja pemikiran saya tidak sepenuhnya benar. Tetapi inilah konsep yang saya cermati dan yakini:

  1. Menikah umur 20an
  2. Langsung punya anak setelah menikah
  3. Kekacauan dimulai karena semua masalah tumplek blek, datang silih berganti karena anak, uang dan hubungan suami istri
  4. Untungnya tenaga masih ada dan berani mati. Pilihannya maju atau mati.
  5. Di usia 35 tahun, anak sudah remaja dan cukup mandiri.
  6. Di usia 40 tahun, anak sudah benar-benar mandiri dan bekerja sendiri
  7. Anak-anak ucul karepe dewe
  8. Kita sebagai orang tua memiliki banyak waktu
  9. So... Our life begin !

Begitulah siklus hidup generasi revolusi indusri yang lahir tahun 1940-1960an. Waktu itu ada keseimbangan antara logika dan moral. Sebagoam besar orang masih memiliki etika dan integritas. Juga didukung kondisi ekonomi yang stabil dan bertumbuh. Ketika ada harapan, orang berani investasi dan mengambil resiko.

" Membangun fondasi memakan waktu yang lama dan tidak terlihat.

Begitu terpasang, proses membangun gedung bertingkat hanya tinggal menghitung jari."

Tetapi sekarang, life gak selalu begin at 40. Kadang datang lebih cepat dan seringnya terlambat. Ketika orang menunda menikah atau menunda beranak maka siklus ini akan mundur. Yaitu ketika anak memasuki usia dewasa muda, diatas 17 tahun untuk anak perempuan dan 20 tahun untuk anak laki-laki.

Kalau anak pertama anda baru lahir pada umur 30 tahun, maka your life begin at 50. Kalau anak pertama anda lahir umur 40 tahun, maka your life begin at 60. Itupun kalau masih sehat atau masih hidup. ^-^'

Jadi yang dimaksud dengan istilah Life begins at 40 adalah ketika tugas kita menjadi orang tua sudah hampir selesai. Kita sudah membesarkan anak-anak sehingga sekarang ini mereka sudah bisa mengambil keputusan sendiri atas hidupnya.

Berkurangnya waktu dan konsentrasi kita untuk anak-anak berarti bertambahnya waktu untuk kita dan pasangan kita. Sehingga kita bisa fokus bekerja dan menikmati hidup kita sendiri. Tentu saja dengan tanda petik yang banyak.

  • Anak yang kita didik bisa bertanggungjawab kepada dirinya sendiri dan keluarga.
  • Kita memiliki penghasilan yang cukup, syukur-syukur kalo punya usaha sendiri.
  • Tidak ada godaan luar yang merusak rumah tangga.
  • Kodisi ekonomi stabil.
  • Saudara-saudara kita, mertua dan orang tua kita aman, sehat dan sejahtera.

Sebenarnya, kematangan mental dan spiritual kita baru baru tercapai di usia 40 tahun. Dimana kondisi fisik kita mencapai puncaknya kemudian menurun. Sebaliknya, jiwa dan roh kita memasuki tahap kedewasaan dan (seharusnya) berkembang terus menjadi semakin mirip dengan Tuhan Allah kita. Yang di dalam memang lebih lama berkembang daripada yang di luar.

HIDUP TANPA MEMILIKI ANAK ?

Mungkin ada banyak orang yang merasa hidupnya bahagia tanpa anak. Dan kelihatannya pola hidup ini diminati generasi sekarang. Ada yang statusnya menikah, tetapi gak mau punya anak. Ada yang tidak menikah tetapi tinggal serumah, dan juga ada yang tinggal berbeda rumah.

Apakah jenis kehidupan seperti ini benar-benar memberikan kebahagiaan ? Tengok status IG-nya...penuh dengan senyum dan pemandangan indah. Jelas mereka bahagia !

Statistik kebahagiaan media sosial

Menurut saya, bahagia dan lengkap itu berbeda. Ada kebahagiaan tetapi kosong di dalam. Perasaan lengkap itu tidak selalu tampak bahagia. Tetapi puas. Istilah yang tepat untuk menggambarkan dua perasaan ini adalah senyum bahagia dan tangis bahagia. Sama-sama bahagia, tetapi berbeda.

Apa yang istimewa dari seorang anak ? Mereka adalah penderitaan tanpa ada akhirnya. ^-^'

Mengapa Tuhan menciptakan manusia ? Mereka adalah penderitaan abadi bagiNya. Semenjak Adam dan Hawa hingga sekarang, selalu melawan perintahNya. Dan selalu Tuhan yang datang menyelesaikan masalah mereka.

Tetapi, manusia itu adalah biji mata Allah, namanya diukir dalam tanganNYA. Dia sendiri yang menenun mereka dalam kandungan ibunya. Karena manusia, Allah merelakan anakNya yang tunggal untuk mati menggantikan dosa mereka.

Benar, anak-anak adalah masalah bagi orangtua. Tetapi juga kebanggaan, cinta dan tujuan hidupnya. Kita lebih banyak belajar tentang kehidupan dari mendidik mereka. Kita bersedia melakukan hal-hal diluar kemampuan kita untuk membahagikan anak-anak.

Belajar lebih sabar, belajar memaafkan, belajar mencari cara lainnya, tetap belajar walaupun sepertinya tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan. Kita melawan perasaan kita sendiri, menantang diri kita sendiri dan belajar mengalahkan rasa putus asa. Pendeknya, kita menjadi manusia yang lebih baik.

Tetapi, apa yang terjadi ketika kita tidak punya anak ?

  1. Tentu saja hidup untuk diri sendiri
  2. Tentu saja tidak ada masalah di rumah

Seharusnya menyenangkan....tetapi kosong. Ibarat lukisan hanya ada 2 warna saja. Sedih dan bahagia.

Anak membuat buku gambar kehidupan kita penuh warna, Kita mencoba menggambar dengan rapi dan mewarnai di dalam garis. Dengan tiba-tiba muncul tangan kecil yang mengambil warna lain dan langsung mencoret buku gambar kita. Seringkali, buku gambar yang kita sembunyikan, dapat dengan mudah mereka temukan dan dicoret-coret tangan kecil ini. Kita menata, mereka memporak-porandakan.

Kita berikan mereka buku gambar sendiri, tetapi anak-anak lebih suka buku gambar orangtuanya. Semenjak kehadiran mereka, hidup kita yang teratur menjadi tidak teratur lagi. Tak peduli berapa kalipun kita mencoba meluruskannya, selalu ada garis pencong-pencong.

Percayalah....memiliki anak adalah hadiah paling indah dalam hidup ini. Yang kesannya tidak akan pernah hilang.

PENDERITAAN DIMULAI AT 40 ?

Kenyataannya, lebih banyak orang yang belum mapan di usia 40. Mereka harus bekerja untuk hidup. Gaji pas untuk hidup satu bulan, tabungan isinya cuma mampir saja. Ada beberapa kredit sampai beberapa tahun kedepan. Nasib ini bukan cuma dialami orang Indonesia saja, semua orang di dunia sama. Gak peduli di negara Jepang, bule, Afrika atau Cina.

Kondisi ekonomi setelah pandemi

Mereka tidak termasuk golongan Life Begin At 40. Termasuk saya..... Memang bagi beberapa orang, hidup saya diatas cukup. Tetapi yang tahu kondisi keuangan itu cuma saya sendiri. Dihitung-hitung. Saya termasuk golongan JOB (Just Over Broke). Satu tingkat di atas melarat. Disenggol dikit ae wes ngelundung.

Apa yang salah dengan diri saya ? Mengapa saldo tabungan tidak pernah naik keatas. Kenapa selalu naik turun ? Abis naik terus turun. Kenapa tidak bertambah NOL setiap tahun ?

Sekalipun kita tidak tahu inflasi, deflasi dan si si lainnya. Kita merasakan dampaknya. Tahun ini, uang 50.000 rupiah itu cuma cukup buat makan dan beli bensin saja. Bisa jadi tahun depan cuma bisa buat makan saja atau beli bensin saja. Padahal slip gaji bulanan cuman naik 100 sampai 200 ribu saja per 1 tahun.

Masalahnya, di usia 40 ini, tenaga kita berkurang banyak. Apalagi ditambah penyakit yang tak diundang. Apalagi ada pandemi selama 2 tahun ini. Perubahaan gaya hidup secara drastis di seluruh dunia. Apalagi raksasa aplikasi online mengempur toko tradisional dengan diskon dan gratis ongkos kirim.

Rasanya sekarang ini, banyak yang berumur 40 tahun, 50 tahun dan seterusnya memulai penderitaan baru. Usaha yang dibangun bertahun-tahun, hancur dalam hitungan bulan. Mereka harus memulai menyesuaikan diri dengan kemampuan dan tenaga yang sudah loyo.

Kiranya Tuhan membuka jalan, memberkati dan memberikan keselamatan kepada anda dan saya. Memampukan kita melewati masa yang sulit ini. Amin !

KARENA ERA BARU TELAH TIBA

Mengapa bisa terjadi ? Jawabannya sudah jelas. Karena kita sedang berada di puncak Era Revolusi Teknologi. Keadannya seperti pada tahun 1960an yang disebut dengan era revolusi industri. Pada waktu itu, terjadi perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.

Jika manusia yang membuat barang tersebut akan memakan waktu 1 jam per 1 barang. Dengan menggunakan mesin, tingkat produksinya menjadi 5 barang per 1 jam. Harga produksi barangnya turun menjadi seperlima. Dari Rp 1.000/biji menjadi Rp 200/biji.

" Pabrik menjual langsung lewat online, harga jual ke distributor sama dengan harga jual konsumen. Terus distributor disuruh stok banyak ?

Sak karep'e dewe !"

Di era teknologi sekarang ini, yang berubah adalah biaya pemasaran dan biaya distribusinya. Kalo dulu biaya distribusinya adalah Rp 10.000/barang, sekarang menjadi Rp 1.000/barang. Mengenalkan produk baru sangat mudah, tetapi bukan berarti semua produk baru pasti laku. Persaingan bisnis tetap ada, tetap sengit dan tetap sulit.

Karena selalu ada produk yang lebih murah, juga ada produk substitusi dan juga ada produk palsu. Revolusi teknologi yang terjadi, pada intinya adalah kemudahan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Semua informasi ! Ada baik dan jeleknya.

Ada informasi yang benar dan juga ada informasi yang tidak benar. Ada informasi yang digunakan dengan benar dan juga ada informasi tidak benar yang digaungkan. Inilah yang disebut Hoax.

Revolusi teknologi digabungkan revolusi informasi saja sudah bisa memporak-porandakan tatanan ekonomi yang stabil. Apalagi ditambah dengan pandemi yang memaksa orang untuk memaksimalkan penggunaan teknologi dan informasi ini. Akibatnya adalah revolusi gaya hidup dan pemaksaan pola hidup.

Orang dipaksa mencari dan membeli barang secara daring. Orang dipaksa mencari informasi dari internet. Dunia nyata yang begitu luas seakan-akan mengecil dan berada satu meter di dekat kita. Padahal itu lensa teropong, seakan-akan di depan mata. Padahal lokasinya 1 kilometer di depan kita.

Hari ini terjadi pembunuhan di Jawa Tengah, kemarin terjadi pembunuhan di Jawa Barat, minggu lalu terjadi di Papua. Karena teknologi AI (artificial intelegent) yang membantu kita secara otomatis mencari konten serupa, maka begitu kita membuka google atau facebook, maka informasi yang pertama kali muncul adalah berita tentang pembunuhan terbaru.

Padahal posisi kita 400 Km dari Jawa Tengah, 700 Km dari Jakarta dan 2.800 Km dari Papua. Butuh waktu 4 jam ke Jawa Tengah dengan naik mobil lewat tol. Butuh waktu 10 jam ke Jakarta dan lebih dari seminggu ke Papua. Maksud saya, apa yang kelihatannya dekat dan tampak di layar kaca HP itu ternyata jauh sekali.

Kemampuan Google untuk menampilkan konten berdasarkan history

Bagaimana dengan kasus pembunuhan di Jawa Tengah ? Bagaimana dengan kasus pembunuhan di provinsi lainnya ? Apakah selalu ada kasus seperti ini ? Anda pikir sendiri ! Kejahatan selalu ada di mana-mana. Ada yang kita tahu dan ada yang tidak kita tahu. Ada yang diberitakan dan juga ada yang diam-diam.

Tetapi karena revolusi teknologi dan informasi, kejadian yang wajar dibesar-besarkan. Inilah era yang sekarang kita alami. Dan sejujurnya, semua penduduk bumi tidak siap dengan situasi ini. Tetapi karena kita ini manusia yang berakal, maka kita belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik. Hanya saja saat ini masih belum jelas arah yang akan kita tuju. Dan ketika ekonomi tidak bisa diprediksi, maka para pelaku ekonomi cenderung menunda investasi dan pengeluaran.

APA RENCANA KITA KEDEPAN ?

Ada tiga situasi yang sedang kita alami :

  1. Ekonomi Sulit - Tinggal 10%
  2. Ekonomi Semaput - Tinggal 50%
  3. Ekonomi Sukses - Naik 100%

Setelah pandemi, atau di tengah-tengah pandemi yang tidak jelas tetapi jelas ini. Ada yang bangkrut dan yang sukses. Kehidupan manusia itu kompleks. Bisa jadi kita dan tetangga kita susah, tetapi beda beberapa kilometer dari tempat kita kondisinya malah keteteran karena orderan yang masuk. Bidang pariwisata hancur, tetapi bidang kesehatan melejit.

Anda termasuk yang mana ? Kaum Ekonomi Sulit seperti pabrik sepatu ? Atau kamu semaput seperti toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari ? 2 tahun tanpa penghasilan itu benar-benar berat. Tetapi yang lebih berat lagi adalah mengharpkan pekerjaan kita kembali. Dan yang tidak masuk akal adalah mengharapkan penjualan barang kita seperti sebelum Covid-19.

Pola hidup manusia sudah berubah. Prioritas pembelian barang dibagi dua. Yang penting beli offline, yang tidak terlalu penting beli pake gojek. Dan yang bisa ditunda beli lewat online.

Cara belanja kita sekarang ini pun lebih efisien. Tidak perlu pulang pergi untuk membeli sesuatu. Cukup pesan lewat Whatsapp lalu panggil gojek untuk mengantarkan barang. Selain menghemat waktu perjalanan, kita juga mengurangi biaya parkir dan bensin. Kalo dikalkulasi, biaya transportasi lebih murah menggunakan jasa ojek.

Apalagi otak para start up ini error dan seorang dermawan. Ada diskon setiap hari dan ada paket langganan yang harganya juga tidak masuk akal. Anehnya mereka bukan bank dan juga bukan pemerintah. Semenjak berdirinya perusahaan sampai sekarang ini, ada yang 10 tahun dan juga ada yang lebih dari 10 tahun, kondisi keuangan mereka selalu rugi. Setiap tahun, ruginya semakin besar. Dapat duit dari mana ? Ngapain dipikiri.

Apakah tokopedia dan teman-temannya ini malaikat yang datang dari surga ? Betul, mereka adalah malaikat berkepala dua. Malaikat penolong dan malaikat pencabut nyawa. Memberi kehidupan untuk seseorang sambil mencabut nyawa orang lain. Inilah perubahan yang paling tidak disukai manusia. Bedanya, aplikasi-aplikasi ini memasuki pasar dengan cara yang tidak rasional, menggunakan strategi bumi hangus. Yuk kita sama-sama entek-entekan, hancur-hancuran, rugi-rugian dan kita lihat sapa yang berdiri terakhir.

Dengan harap memonopoli pasar. Tetapi tujuan itu tidak pernah tercapai. Mungkin mereka lupa bahwa dunia ini bukan milik berdua. Ada kamera-kamera yang memvideo dan memviralkan tindakan kita. Indonesia bukan milik gajah Tokopedia dan gajah Bukalapak saja. Setelah keduanya saling injak dan sama-sama kelelahan. Masuklah gajah Shopee dari Singapore dengan kekuatan penuh. Di tengah pertarungan tiga gajah ini, masuklah gajah Lazada dan gajah JD.ID yang menunggu mereka kehabisan tenaga.

Perang bandar marketplace

Tentu saja masih ada gajah Amazon, gajah Alibaba, yang mengamati dan menunggu mereka. Saya yakin bahwa sekarang ini mereka sudah menyerang secara diam-diam di bawah radar untuk menyiapkan infrastruktur peperangan babak baru.

Siapakah pemenangnya ? Teknologi baru ! Platform baru yang akan merubah pasar. Tidak ada yang abadi di dunia Teknologi dan Informasi. Sebaliknya raja lama akan dikudeta dan dibunuh bersama dengan seluruh keluarganya. Nokia dibunuh Blackberry. Blackberry dibunuh Android.

Roda itu bulat, dunia itu berputar. Ada atas dan ada bawah. Kalau dulu kita diatas, sekrang di bawah. Tahun depan kita akan keatas lagi. Karena memang seperti itu siklus kehidupan. Selama kita terus berjuang, tetap berusaha walau gagal, tetap maju walau gelap. Di suatu hari yang cerah, tanpa diduga, gak ada angin gak ada hujan... Tiba-tiba saja kita terbang naik ke atas awan-awan. Karena pekerjaan, toko dan orderan adalah saluran berkat, bukan sumber berkat. Tuhan adalah sumber berkat kita. Dia bisa menggunakan alat apa saja, barang apa saja dan siapa saja untuk memenuhi kebutuhan kita dan memberkati kita seturut dengan standar hidupNya.

Jadi...tetaplah percaya walaupun itu sulit. Tetaplah berusaha walaupun tahu akan gagal. Karena bertindak itu jauh lebih baik daripada merenungi nasib.

Share this content