KAMBING HITAM

Saat kita menunjuk ke orang lain, sebenarnya keempat jari kita menunjuk ke diri kita...

Saya kepingin tahu mengapa seekor binatang yang tak bersalah (dalam hal ini si kambing) dikonotasikan sedemikian negatif dalam kehidupan manusia. Untuk itu, saya sempatakan untuk melihat beberapa informasi historis terkait dengan si kambing ini.

ASAL MUASAL KAMBING HITAM
(Sumber: Wikipedia)
Kambing hitam adalah seekor kambing yang dilepaskan ke padang gurun sebagai bagian dari upacara Yom Kippur, Hari Pendamaian, dalam Yudaisme pada masa Bait Suci di Yerusalem. Ritus ini dilukiskan dalam Kitab Imamat 16.
Kata ini lebih banyak digunakan sebagai metafora, yang merujuk kepada seseorang yang dipersalahkan untuk suatu kemalangan, biasanya sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari sebab-sebab yang sesungguhnya. Misalnya orang Yahudi yang dijadikan kambing hitam oleh pemerintah Jerman Nazi untuk krisis ekonomi dan politik saat itu. Atau pemain sepak bola Kolombia Andrés Escobar yang dikambing-hitamkan karena gol bunuh dirinya di Piala Dunia 1994 dan ditembak mati saat ia kembali ke tanah air.

kambing hitam
Ini Kambing Hitam (apanya yang item ?)

Upacara Yom Kippur
Dua ekor kambing jantan yang tampak sangat mirip dibawa ke halaman Bait Suci di Yerusalem pada hari Yom Kippur sebagai bagian dari Ibadat Suci pada hari itu. Imam Agung kemudian melemparkan undian atas kedua kambing itu. Salah seekor kambing dipersembahkan sebagai korban bakaran. Yang kedua adalah kambing hitam. Imam Agung meletakkan tangannya pada kepala kambing itu dan mengakui dosa-dosa bangsa Israel. Kambing hitam itu kemudian dibawa pergi dan dilepaskan di padang gurun sesuai dengan Imamat 16:22, meskipun Talmud menambahkan bahwa kambing itu didorong jatuh dari sebuah tebing yang jauh.

Asal kata kambing hitam
Dalam bahasa Ibrani modern Azazel digunakan sebagai ejekan, seperti dalam lekh la-Azazel ("pergi ke Azazel"), seperti "pergi ke neraka". (Azazel adalah kata yang diterjemahkan menjadi "scapegoat" atau kambing hitam dalam Alkitab Versi Raja James.)
Istilah "scapegoat" atau kambing hitam - yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan warna hitam - adalah akibat kekeliruan terjemahan oleh William Tyndale (sekitar 1530). Ia mengacaukan kata 'azazel' (nama tebing yang daripadanya kambing itu didorong) dengan 'ez ozel' (harafiah berarti kambing yang pergi). Azazel muncul dalam kitab suci sebagai penerima dari kambing [kedua] yang memikul dosa-dosa di kepalanya.

Malang benar nasibmu mbing...kambing...

KAMBING HITAM, SUSAH MENCARINYA....
Ternyata, manusia jaman purba tidak suka untuk bertanggungjawab. Mereka tidak mau menanggung akibat  atas perbuatannya. Mereka lebih menyukai melemparkan kesalahannya ke "sesuatu" yang lain. Sesuatu itu bisa orang lain atau benda lain. Pertanyaannya adalah mengapa ?

Saya teringat dengan sebuah cerita di kitab suci orang kristiani. Cerita ini mengawali kitab suci itu.
Diceritakan bahwa, pada mulanya tidak ada apa-apa di dunia ini. Semuanya tak berbentuk dan gelap gulita. Lalu Tuhan Semesta Alam menciptakan daratan, laut, air, terang dan gelap. Kemudian Tuhan menciptakan makhluk hidup  yang mendiami tanah, air, dan udara. Terakhir, Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi penguasa atas ciptaanNya.

Setelah beberap saat, Tuhan melihat bahwa ada yang kurang (aneh bagi saya yang melihat Tuhan yang maha sempurna. Dia menciptakan binatang berpasangan tetapi mengapa menciptakan manusia tidak berpasangan ? Mungkin lain waktu saya akan menulis mengenai hal ini) . Akhirnya Tuhan menciptakan seorang pasangan bagi manusia itu, yaitu seorang manusia perempuan.

Semuanya berjalan mulus sampai pada waktu perempuan itu bertemu  dengan seekor ular berkaki. Si ular menantang perempuan itu untuk mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang sensasional. Makan buah terlarang yang akan memberikan pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Termakan dengan omongan ular berkaki itu, si perempuan yang bernama hawa itu, memetik beberapa buah untuk dimakan bersama pasangannya.

Krauk....krauk...sedapnya....belum habis satu buah, sepasang manusia itu terbuka matanya tentang  benar dan salah. Ketika Tuhan menanyakan pertanggungjawaban dari manusia laki-laki tersebut, dia menjawab, "Loh, ini kan gara-gara Tuhan yang menciptakan perempuan ini, kalo gak ada dia, hal ini tidak mungkin terjadi."

Tuhan kembali bertanya kepada si perempuan, dan Hawa menjawab, " Ini gara-gara si ular berkaki yang Tuhan ciptakan, kalo nggak ada dia kan tidak ada peristiwa ini."

Di kitab suci tersebut tidak disebutkan sang Tuhan bertanya kepada ular. Tetapi menurut pendapat pribadi saya, Tuhan yang maha adil, pasti bertanya kepada si ular, hanya saja mungkin si ular tidak bisa menjawab atau si kambing sedang tidak ada di sana.

TOLONG JANGAN CARI KAMBING HITAM LAGI
Sejarah ada untuk dipelajari. Dipelajari supaya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh pendahulu kita tidak kita ulangi. Tetapi....sejarah juga membuktikan bahwa kejadian lampau akan terulang kembali. Mengapa ? Karena manusia itu lemah, terlalu lemah untuk melakukan perubahan. Manusia itu pintar, terlalu pintar untuk melihat masa lalu yang sudah terjadi.

Saya dan anda juga manusia. Manusia yang mengerti sejarah dan manusia yang lemah. Saya sering mencari kambing hitam atas perbuatan saya (untungnya mereka selalu ada ketika dibutuhkan) . Dan beberapa saat yang lalu, di penghujung tahun 2008 saya mendapatkan kado akhir tahun yang paling berkesan dalam hidup saya.

Untuk saat itu, sayalah yang menjadi kambing hitamnya. Rasanya pahit dan menyesakkan dada. Menanggung kesalahan yang tidak pernah saya lakukan rasanya sangat menyakitkan....
Di awal tahun 2009 ini, saya mengambil keputusan untuk bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatan yang saya lakukan. Lebih sakit menjadi kambing hitam daripada mencari kambing hitam. Namun, hidup ini menjadi lebih indah buat saya dan juga buat orang lain.

Say no to kambing hitam!hkhh

Persepsi ! Pilihan berpikir positif atau negatif
Hidup kita, masa depan kita, dan sikap kita sangat ditentukan oleh hal ini !

Share this content