INUL, MANOHARA, MBAH SURIP DALAM MEDIA MASSA

Apa yang menarik dari Inul, Manohara, dan Mbah Surip ? Apa persamaannya dan apa perbedaannya ? Bagi saya, mereka semua mempunyai keunikan yang menjual dan besar karena pengaruh media massa. Saya melihat hal ini menarik

Inul daratista
Inul Daratista, si Ratu Ngebor !

Seorang Inul Daratista yang dulunya menyanyi dari panggung ke panggung tiba-tiba saja menjadi seorang selebritis, artis terkenal, dan biang kontroversi. Inul adalah penyanyi dangdut yang dikenal orang karena goyang ngebornya.

Demikian juga dengan Manohara Adelina Pinot, kita tidak pernah mendengarnya, melihatnya di telivisi, atau liat di majalah-majalah sebelumnya. Dalam waktu singkat, Mano menjadi pembicaraan di televisi, di radio, dan di koran-koran. Apalagi kalo bukan karena kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suaminya. Dan sekarang, Manohara menjadi bintang sinetron di televisi dengan judul Manohara.

Cerita Mbah Surip lebih unik lagi. Dia menyanyikan lagu gendong – gendongan yang menjadikannya orang kaya baru. Semua orang, mulai dari anak-anak, bapak-bapak sampah mbah-mbah bisa menyanyikan lagu “Tak Gendong ini”. Penghasilan dari Ringback Tone ini lebih dari 5 Milyar. Belum ditambah royaltynya, belum dari MP3 yang dijual di internet. Kalo yang didownload gratis sih pasti jumlahnya banyak ! Sayangnya, belum sempat menikmati hasil kekayaanya, Mbah Surip sudah dipanggil ama yang maha kuasa. Mbah Surip, bukan siapa-siapa dan tidak dikenal sebelumnya. Tiba-tiba saja menjadi konglomerat dan orang terpopuler di Indonesia.

Saya melihat persamaan Inul Daratista, Manohara Pinot, dan Mbah Surip ini besar dan sukses karena kekuatan Media Massa. Saya tergelitik untuk menulis mengenai hal ini karena saya belajar sesuatu dari fenomena ini.

MELIHAT MEDIA MASSA DENGAN BENAR
Saya rasa, ingatan kita masih segar dengan nama Prita Mulyasari. Seorang ibu rumah tangga yang dimasukkan ke penjara karena menulis sebuah email keluhan mengenai pelayanan di rumah sakit OMNI Internasional. Prita dituduh melakukan pencemaran nama baik oleh RS Omni dan dijebloskan ke penjara karenanya. Saya tidak tahu bagaimana awal-mulanya kasus ini terangkat di media. Tiba-tiba saja Prita terkenal di mana-mana. Di koran-koran, majalah, pembicaraan di kampung-kampung, apalagi di komunitas blogger. Bahkan sampai ada facebooknya.

Dengan campur tangan dari media, Prita akhirnya dibebaskan dari penjara dan kasusnya dinyatakan selesai. Kemudian, di televisi muncul topik baru mengenai kebebasan berpendapat, intinya gara-gara menulis email dan menyebarkan ke beberapa teman-temannya Prita dituduh mencemarkan nama baik. Di manakah kebebasan bersuara ? Banyak pro dan kontra mengenai hal ini. Sampai-sampai ada undang-undang baru mengenai rahasia negara. Wah, tambah rumit masalahnya.

Sehubungan dengan kasus Prita ini, saya teringat dengan kasus seorang trader (saya lupa namanya). Gara-gara mengirimkan email ke kliennya mengenai beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas, dia dipenjara juga. Pejabat bank yang bersangkutan menyatakan bahwa email tersebut tidak benar dan mencemarkan nama baiknya. Namun beberapa saat kemudian, satu dari bank yang disebutkan tersebut tersandung masalah. Hm...dimanakah kebebasan menyampaikan pendapat ? Dan mana yang benar serta yang salah. Tapi kasus ini berakhir menyedihkan. SI penulis email masih tetap di hotel pradeo, tidak seperti Prita yang dibebaskan (untuk sementara waktu). Karena kabar terakhir yang saya dengar dari radio, kasus Prita ini diangkat kembali. Sedikit membingunkan memang, karena kasus ini ditutup oleh pengadilan kota Banten, namun dibuka kembali oleh pengadilan Tangerang. Yah, saya bukan ahli hukum, saya cuman seorang blogger yang suka menulis. Hahahaha...

Kembali lagi ke topik bahasan kita mengenai media massa. Apa itu media massa ? Bagi sebagian orang, media massa berarti koran, majalah, radio, dan televisi. Dan itu memang benar. Namun untuk kita saat ini, media massa juga berarti internet, website, portal, dan blog. Jangkauan dan cakupannya menjadi lebih luas serta pengaruhnya menjadi lebih besar. Sebuah email bisa mematikan sesorang ataupun suatu usaha. Dari radio, saya pernah mendengar kalau Rumah Sakit Omni Internasional mengalami penurunan pasien akibat email Prita. Kalau dulunya ramai, sekarang sepi.

Pertanyaannya, apakah Omni Internasional benar-benar melakukan mal praktek ? Apakah semua dokter di rumah sakit tersebut benar – benar tidak profesional ? Jelekkah pelayanan RS Omni ? Saya rasa tidak bisa kita generalisasikan seperti itu. Masih ada pelanggan setia dari pusat kesehatan ini, banyak yang puas, dan banyak yang hidupnya diselamatkan. Kesalahan adalah hal yang wajar bagi manusia, dan kita tidak bisa men-judge seseorang dari sebuah kesalahan yang telah dilakukannya. Dia juga memiliki kebaikan. Namun, sekali lagi, kita masih manusia yang seringkali melihat jerami di ujung sungai daripada gajah di depan mata.

Media massa, dalam kasus Prita ini, juga tidak salah. Saya yakin berita yang ditulis di koran atau tabloid yang kita baca didapat dari sumber – sumber yang kompeten. Wartawan mempunyai kode etik dan aturan – aturan yang ketat. Sumber beritanya tidak boleh sembarangan atau ngawur. Namun, media massa adalah badan usaha. Artinya, media massa harus meningkatkan oplahnya untuk bisa tetap hidup. Darimana mereka membayar biaya-biaya dan gaji kuli tintanya kalau bukan dari penjualan informasi tersebut. Maka dari itu, berita yang ditulis harus sesingkat dan sejelas mungkin. Nah, sampai di sini anda sendiri yang menilai, apakah berita tersebut lengkap ?

Manohara

Di mana perbedaan antara benar dan lengkap ? Yang benar belum tentu lengkap, demikian pula yang lengkap belum tentu benar. Namun, lengkap memberikan kita sudut pandang yang lebih baik, lebih menyeluruh, dan lebih jelas. Berita yang lengkap menghilangkan bias – bias yang ada dari berita yang singkat. Tugas media adalah menyediakan informasi, sedangkan tugas anda sebagai pembaca adalah melihatnya secara obyektif. Saya teringat mengenai cerita tiga orang buta yang bertengkar tentang gajah.

Orang buta pertama ngotot kalau gajah itu bentuknya bulat dan panjang kayak tabung (kakinya). Yang kedua membantah dan mengatakan kalau gajah itu bentuknya tipis dan lebar kayak kertas (telinganya). Sedangkan orang buta ketiga mati-matian berpendapat bahwa gajah itu bulat dan kecil kayak tali (ekornya). Kita yang bisa melihat bentuk gajah tersebut akan tertawa karena ketiga orang buta tersebut sama-sama benar namun tidak lengkap.

Media massa hanya menyediakan informasi. Benar atau salahnya adalah tugas anda. Lihatlah dari berbagai sudut untuk memperoleh gambaran besarnya !

PENGARUH DAN KEKUATAN MEDIA MASSA
Mateng koon....cek panjangnya tulisanku...hahaha....padahal belum bahas mengenai Inul, Manohara, dan Mbah Surip. Yah, karena ini adalah salah satu bentuk media massa, saya harus mengikuti peraturannya, singkat dan jelas ! Lengkap ? Komplet ?

Beberapa hari yang lalu, saya ketemu dengan teman saya yang kerja di bidang entertainment. Sekarang dia tinggal di Malang dan mempunyai anjing Golden Retriever yang namanya Gendut. Duh lutcunya....Golden..golden...gendut..gendut....guk...guk...guk...sini tak elus-elus! (nambah 3 ekor lagi goldennya. Jadi total 4 ekor!)

Tanggal 9 Agustus 2009, teman saya ini mendapatkan order konsernya Mbah Surip di Malang, namun tanggal 4 Agustus 2009, mbah Surip dah digendong malaikat ke surga. Saya tahu anda pasti pusing....hahahaha... Saya nanya ke dia mengenai penyebab kepopuleran Mbah Surip. Dia menjawab kalo lagunya mbah Surip itu simpel dan bisa diterima oleh semua kalangan usia, mulai dari anak-anak sampe embah-embah. Kemudian, waktu peluncurannya tepat, karena banyak orang stress dengan beratnya tekanan hidup saat ini. Lagu tak gendong bisa membuat orang ketawa dan terhibur. Terakhir, penampilan eksentrik dari Mbah Surip ini sendiri. Mbah Surip mewakili kondisi ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sederhana (tidak kaya raya) dan apa-adanya. Rambut gimbal, kaos oblong, dan sandal jepit !

Saya setuju sekali dengan pendapat dari Pak Agung ini, waktu launching lagu tak gendong ini sangat tepat dan kita sudah bosan dengan yang rumit-rumit. Kita minta yang sederhana dan mudah ! Selain pendapatnya, saya melihat bahwa kesuksesan artis dadakan ini oleh media. Pertama oleh Ringback Tone dari media ponsel, kedua oleh internet melalui youtube dan situs download mp3 gratisan.

Sebagai penutup, Mas Agung ini juga menyampaikan bahwa media massa memang bisa mengangkat seseorang dalam waktu sekejap. Namun, kejatuhannya juga dalam waktu sekejap! Bulan ini mungkin naik daun sebagai artis top, begitu massa sudah bosan, selamat tinggal ! Yah, karena berita mengenai kamu udah tidak diminati lagi. Media kan tugasnya menyampaikan informasi, informasi yang meningkatkan oplah dan pendapatan.

Masih ingat kan dengan Inul yang naik daun dalam sekejap kemudian lenyap ditelan dengan munculnya wajah-wajah baru dalam dunia dangdut, sebut saja trio macan dan dewi persik. Namun saya salut dengan mbak Inul Daratsita ini. Dia tidak terjun di dunia selebritis tapi menggunakan hasil yang diperolehnya dengan mengembangkan bisnis karaokenya, “Inul Viesta”. Pinter tuh mbak Inul, harus ditiru. Bagaimana dengan Manohara ? Bisakah dia memanfaatkan kesempatan yang langka ini ? Jangan tanya mengenai mbah Surip deh... wong orangnya udah gendong-gendongan di surga sana.

Politik Bread and Circus !
Ketika rakyat lapar, beri mereka makanan (bread) dan hiburan (circus)

Share this content