Dibalik Tragedi 11 September 2001, World Trade Center

Segala sesuatu ada penyebabnya, demikian pula dengan tragedi World Trade Center silam.

Tragedi WTC

 

Mengapa World Trade Center?
Pertanyaan ini baru saja muncul setelah aku membaca buku, Confessions of an Economic Hit Man. Mengapa harus WTC, mengapa bukan White House, atau Pentagon, atau Las Vegas ? Mengapa dilakukan tepat tanggal 11 September yang penulisan dalam bahasa inggrisnya “9/11” ? Apa arti WTC ?

Mengapa ada yang mau? Berikutnya, apa yang sebenarnya mendorong orang mau bunuh diri dengan menabrakkan sebuah pesawat ke WTC ? Apakah hanya teroris ? Apa tujuan mereka ? Apa manfaatnya ? Apa untungnya ? Siapakah mereka ? Seseorang ? Sekelompok orang ? Atau sebuah organisasi ?

World Trade Center, sebuah pusat bisnis dunia
Amerika serikat disebut sebagai negara adikuasa bukan tanpa alasan. Negara itu memiliki kekuatan militer yang besar, sistem persenjataan tercanggih, dan juga izin untuk mencetak uang.

Sejarah membuktikan bahwa kekuasaan tidak minciptakan kemakmuran, melainkan kelaliman. Jaman sebelum aku lahir, ada imperium Romawi yang kekuasaannya sangat besar...bisa dikatakan sebagai negara adikuasa di jamannya. Untuk memperluas kekuasaannya, mereka berperang, saling membunuh, dan memeras yang lemah. Yang menyerah harus memberikan upeti. Yang melawan langsung dihajar.

Tetapi, sekarang jaman sudah berubah. Masyarakat sekarang akan mengutuk perang. Tidak peduli perang melawan siapa dan apa tujuannya. Dan penyebaran informasi saat ini begitu cepat, tidak seperti dulu yang masih mengandalkan pak pos.

Yang tidak berubah adalah kebenaran mengenai kekuasaan. Yaitu kekuasaan akan selalu disalahgunakan. Hanya saja caranya yang berbeda, tidak dengan perang terbuka. Lalu dengan cara apa kekuasaan diperluas ? Uang !

Seorang ahli ekonomi bule datang ke Indonesia. Dia bertemu dengan pak presiden. Mereka ngobrol ngalor ngidul yang intinya berbunyi, “Indonesia negara yang sangat kaya. Yang kurang adalah infrastrukturnya seperti pembangkit listrik, sarana transportasi, komunikasi, dan teknologi modern. Negara kami mempunyai itu semua dan ingin berbagi dengan negara anda. Sebagai niat baik kami, kami akan memberikan bantuan (baca:hutang) demi mewujudkan itu semua.”
Langsung aja Pak Presiden setuju dan teken kontrak. Wong namanya dibantu ama orang pinter. Negaranya dimajukan dengan teknologi canggih dan modalnya diutangi. Yang gak mau berarti tolol dong. Dan mentri-mentrinya manggut-manggut tanda setuju. Maka dirapatkanlah pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang (sampe 25 taon). Sampai di sini ada yang salah atau nggak yaa ?

Malamnya, sebelum pak Presiden tidur dia melihat kartu nama orang bule yang baik tersebut. Namanya John Perkins, kantornya di Amerika, luar negeri sono, di sebuah gedung yang bernama World Trade Center!
25 tahun kemudian...
Sepandai – pandainya tupai melompat, pasti jatuh juga.
Indonesia sudah mengerti ekonomi dunia, cara menjual barang dan mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Cara berbisnis dengan baik dan benar. Teknologi sudah menjadi maju, di mana – mana orang membawa handphone, menjinjing laptop, makan di Boncafe, siangnya minum kopi di Starbucks, dan berdisko ria di Desperados ketika malam menjelang. Pendeknya, Indonesia menjadi negara yang maju.

Sampai di sini kita harus berterima kasih kepada mister John Perkins atas teknologi maju yang dibawanya ke Indonesia. Benar – benar orang baik. Jika tidak ada pak John ini, maka anda tidak akan bisa membaca tulisan si Wapannuri ini di internet. Kita mengerti bahwa teknologi membawa kemajuan di segala bidang, kita tahu bahwa teknologi diperlukan untuk membangun suatu bangsa....kita tahu......

Hanya saja,... kita tidak tahu atau tidak pernah akan tahu bahwa kita mempunyai hutang yang sangat besar (yang tidak mungkin bisa dilunasi) jika....tidak ada orang yang berani mengungkapkan kebenaran. Kita patut berterima kasih kepada pemerintahan Megawati yang dengan berani mengatakan “STOP HUTANG, START BAYAR”. Kita patut respek pada seorang cina nasionalis, Kwik Kian Gie, yang berani menantang arus dengan meng-GO TO HELL-kan IMF.”

Di satu sisi, kemajuan teknologi kita peroleh. Di sisi lainnya, teknologi itu harus kita bayar mahal...Indonesia memang negara merdeka yang bebas dari penjajahan. Tetapi tidak bebas dari intervensi politik, intervensi ekonomi, intervensi militer, dan invtervensi – intervensi lainnya....Pertanyaannya, siapa yang berani mencampuri urusan rumah tangga kita ? Tidak lain dan tidak bukan adalah negara – negara yang memberikan kita hutang....salah satunya adalah Amerika serikat.

Amerika serikat itu luas paak....di mana tepatnya ?
Gampang aja...World Trade Center, simbol kekuatan perekonomian dunia....

 

FAKTANYA APA ?
Loh...bukannya negara kita itu bisa mempunyai utang yang sedemikian besar karena dikorupsi oleh mantan presiden kita bersama antek-anteknya. Betul alias tidak salah, tetapi pertanyaan saya adalah, “Apa yang bisa di-korupsi jika tidak ada kekayaannya ?”
Memang benar, korupsi yang menterpurukkan kita ke dalam hutang negara yang tidak akan pernah bisa kita lunasi. Tetapi yang lebih benar adalah hal itu sudah diperkirakan oleh negara – negara pemberi hutang, karena itu memang salah satu tujuan mereka. Biasalaah, kelemahan manusia itu ada pada harta, tahta, dan.....waaaaaanita....

Jangan heran, meskipun negara kita mempunyai minyak bumi yang dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri, kita malah mengekspor ke luar negeri. Sebagian berkata bahwa negara kita mau mengambil keuntungan dengan kenaikan harga minyak untuk menutupi defisit negara. Sebagian lain percaya bahwa negara kita memang kekurangan minyak bumi sehingga harus membeli dari luar negeri.

Yang tidak diketahui oleh semua orang adalah bahwa Indonesia telah memberikan surat kuasa tanpa batas waktu kepada beberapa negara untuk meng-eksploitasi sumber daya alam kita. Kok bisa ? Bisa aja, karena kita mempunyai hutang yang sedemikian besar sehingga jaminan yang kita berikan pun tidak cukup untuk melunasi semua hutang kita. Kita memang merdeka, tetapi sebenarnya dibawah penjajahan. Merdeka secara fisik tetapi dijajah secara ekonomi.

 

TERORIS.....ATAU....NASIONALIS
Dunia percaya bahwa tragedi 11 September, WTC adalah karena serangan teroris. Serangan Osama Bin Laden. Tetapi dunia tidak mengerti tujuan dari serangan itu. Anda tahu tragedi 9/11, tetapi anda tidak tahu alasannya.....

Tragedi 11 September

Anda tahu ada ratusan orang, bahkan ribuan orang yang meninggal karena pengeboman World Trade Center. Tetapi anda tidak tahu, ada berjuta – juta orang di seluruh dunia meninggal karena tanahnya digusur untuk pembangunan, meninggal karena kelaparan, meninggal karena memperjuangkan hak milik mereka. Yang anda tahu, ketika ada orang barbar atau orang pribumi menyerang suatu perusahaan, maka kita menyebut mereka sebagai pengacau, provokator, teroris, dan orang biadab.

Anda tahu ada luapan lumpur di Porong, Jawa Timur. Dan anda juga tahu ada demo menuntut ganti rugi atas bencana tersebut. Tetapi anda tidak tahu ada berapa banyak orang yang langsung jatuh miskin setelah peristiwa itu.

Media bertujuan menyampaikan berita. Tetapi media dipengaruhi oleh pemegang saham, pemegang kekuasaan, dan kekuasaan berarti kantong tebal.

Media yang seharusnya menyampaikan kebenaran beralih menjadi alat mempertahankan kekuasaan. Atau, jika kita optimis, media memang menyampaikan kebenaran....tetapi saya berkata kebenaran subyektif. Alias kebenaran menurut perspektif sesorang yang belum tentu diterima oleh kebanyakan orang.

Jadi apakah media bisa dipercaya ? Hal itu bukan pokok permasalahannya... Yang seharusnya ditanyakan adalah.....apakah anda bisa dipercaya ? Hanya dengan perbedaan ini, kita bisa membuat dunia yang kita tempati menjadi lebih baik untuk anak cucu kita

Share this content