PILIH Jualan Online di Shopee atau Tokopedia ?
Rezeki tiap orang berbeda-beda, ada yang rezekinya di Tokopedia, ada yang rezekinya di Bukalapak, ada yang terjadinya di Shopee dan juga ada ada yang tidak ketiga-tiganya. Jadi untuk mengetahui di mana saluran berkat kita maka langkah pertama yang harus kita lakukan adalah membuka toko di semua marketplace itu. Setelah 3 atau 6 bulan barulah kita bisa menentukan akan fokus di mana. Waktu yang akan menjawab pertanyaan ini.
TAHUN 2021-2022 SHOPEE LEBIH POPULER DIBANDING TOKOPEDIA
Semenjak pertengahan tahun 2019, popularitas Shopee meningkat tajam mengungguli Tokopedia. Tetapi hal ini bukan berarti orang lebih banyak berbelanja di Shopee dibandingkan Tokopedia. Popularitas berarti lebih terkenal, bukan lebih segalanya.
Mengapa Shopee lebih terkenal dari Tokopedia ? Karena promonya lebih banyak. Demikian juga pada waktu itu Bukalapak lebih terkenal daripada Tokopedia karena promonya lebih banyak. Ketika Bukalapak kehabisan dana untuk promosi, giliran Tokopedia yang bakar-bakar uang untuk promosi. Ketika Tokopedia sudah kehabisan dana, giliran Shopee yang bakar-bakar uang. Apa yang terjadi ketika Shopee benar-benar kehabisan dana ?
Bisa jadi muncul marketplace lain, atau bisa juga toko merah, toko ijo yang mendapat suntikan dana untuk kemudian dibakar lagi buat promosi. Atau bisa juga muncul tren baru yang merubah peta persaingan penjualan online. Tidak ada yang bisa tahu skenario mana yang akan terjadi. Atau mungkin juga Lazada yang giliran bakar-bakar uang.
Beberapa hal yang pasti dari ekosistem penjualan online adalah:
- Tidak ada penjual yang setia
- Tidak ada pembeli yang setia
- Patokan dari penjual dan pembeli adalah promo yang banyak
- Tidak ada nama toko yang diingat pembeli
- Harga adalah kriteria utama pembeli
Bagi Anda yang akan memulai jualan online di marketplace itu harus mengerti prinsip diatas. Akan ada masa kejayaan dan dan kematian platform e-commerce. Yang kelihatannya sekarang menuju ke jurang kematian adalah Bukalapak. Bukan berarti mati, tetapi hidup enggan matipun segan. Seperti sebuah mall yang dari depan terlihat megah dan mewah, tetapi di dalamnya tidak ada pengunjung yang berpotensi membeli. Mereka hanya sekedar jalan-jalan saja.
Bukan berarti tidak ada penjualan sama sekali, tetapi penjualannya tersendat-sendat atau besar pasak daripada tiang.
Kelihatannya Tokopedia masih lebih beruntung daripada Bukalapak. Penjualannya masih stabil karena promonya masih cukup banyak, meskipun frekuensinya sekarang tidak sebanyak dulu. Jadi teringat dengan Ovo.
Pada awal kemunculannya tahun 2017 lalu, semua orang menginstal aplikasi Ovo di ponselnya. Ovo adalah sistem pembayaran online pertama yang ada di Indonesia, di mana orang tidak perlu membayar secara tunai, cukup menggunakan ponselnya. Ovo yang babat alas pasar Indonesia dengan harapan akan menjadi di mindset di kategori ini. Sayangnya harapan itu itu tidak menjadi kenyataan. Malahan menjadi kenangan pahit bagi grup Lippo.
Memang masih ada orang yang menggunakan Ovo kalau promonya lebih banyak daripada Go-pay atau Shopee Pay. Kalau promonya sama, maka yang digunakan adalah yang banyak saldonya. Rasanya untuk saat ini orang lebih menggunakan Shopee Pay.
Begitulah tren yang terjadi sekarang ini. Tidak ada user yang setia kepada satu merek. Mereka hanya setia pada harga dan promo.
Marketplace yang lebih populer cenderung menarik penjual dari marketplace lainnya. Mas Acong yang dulu hanya berjualan di Tokopedia sekarang juga berjualan di Shopee. Tentu saja dia tidak menambah pegawainya. Mas Budi yang dulu hanya mengurusi Tokopedia, sekarang pekerjaannya bertambah mengurusi toko Shopee. Tentu saja kalau dulu hanya promosi di Tokopedia, sekarang Mas Acong menambah pengeluarannya untuk promosi di Shopee.
Apa yang terjadi ketika satu produk yang sama dijual oleh 10 orang yang berbeda ? Tentu saja ada beberapa kemungkinan:
- Harganya akan cenderung turun sampai mendekati harga pokoknya.
- Hanya ada ada beberapa toko yang penjualannya banyak
- Toko yang penjualannya sedikit mulai memperbesar biaya promosi untuk meningkatkan penjualannya (tentu saja dengan harga yang sama)
- Pemimpin pasar yang merasakan penurunan penjualannya menyerang balik dengan menurunkan harga atau meningkatkan biaya promosinya.
Bentuk persaingan sekarang yang tidak hanya mengandalkan harga murah saja, tetapi siapa yang muncul paling atas hasil pencarian produk. Kemudian siapa yang memberikan promosi paling banyak. Barang dengan harga yang sama tetapi beda gratis ongkos kirim, kecenderungan pembeli akan ke yang gratis ongkos kirim. Biaya gratis ongkos kirim itu dibebankan ke penjual dan marketplace.
Untuk shopee biaya gratis ongkos kirim antara 2 sampai 4% dari harga jual produk, tergantung kategori seller anda. Untungnya, maksimal biaya layanan Rp 10.000. Sementara itu biaya gratis ongkos kirim Tokopedia antara 1,5 sampai 3%, tergantung tipe seller anda. Batas maksimal biaya layanan Tokopedia Rp 10.000. Walaupun kelihatannya sederhana, tetapi perhitungan biaya pengiriman ini rumit. Intinya ini adalah biaya yang harus ditanggung penjual.
Demikian juga di marketplace lain juga mempunyai sistem yang sama. Entah itu Lazada, Bukalapak, JD ID, Blibli.
ALASAN JUAL BARANG DI SHOPEE
Untuk akhir 2001 ini dan kedepannya (sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan) shopee adalah marketplace terpopuler di Indonesia. Beberapa alasan lainnya:
- Pembeli lebih suka belanja disini karena variasi produk yang lebih banyak
- Harga barang yang dijual rata-rata lebih murah daripada marketplace lainnya.
- Adanya pilihan COD bagi pembeli
- Apabila terjadi perselisihan, penjual lebih diuntungkan.
Strategi membuka usaha yang tepat adalah mencari tempat dimana banyak pembelinya. Apalagi kalau tempat tersebut sedikit penjual. Tetapi itu adalah mimpi di siang bolong. Zaman sekarang ini, di mana informasi sangat mudah didapat, dimana banyak pembeli disitu pasti banyak penjual. Dan di mana banyak penjual, disana harga pasti hancur-hancuran.
Karena populer, banyak sekali pembeli di Shopee. Harga memang menjadi faktor utama, atau paling tidak faktor pertama bagi pembeli. Toko yang mampu menjual dengan harga murah cenderung lebih laku dari pada toko yang harganya mahal. Tetapi toko yang lengkap lebih laku daripada toko yang murah.
Toko A menjual jepit rambut dengan harga Rp 2.000. sedangkan toko B menjual barang yang sama dengan harga Rp 2.200. Tetapi toko A hanya memiliki 5 model jepit rambut, sementara toko B memiliki 20 model jepit rambut. Kedua toko ini memiliki modal dan SDM yang sama kuatnya.
Pada kenyataannya penjualan kedua toko ini ini akan sama, Karena keduanya memiliki jenis konsumen yang berbeda.
- Pembeli yang sifatnya grosir lebih senang membeli di toko A karena harganya lebih murah sehingga untungnya lebih besar.
- Sementara untuk pembeli End User yang dipakai sendiri lebih senang beli di toko B karena modelnya lebih banyak.
- Ada juga pembeli yang memilih di toko B karena omset penjualannya masih kecil. Dia lebih membutuhkan variasi model daripada quantity.
Yang mengherankan…. biaya layanan shopee lebih tinggi daripada biaya layanan Tokopedia, tapi kenapa harga produknya bisa lebih murah ? Mungkin karena seller di Shopee tidak tahu. Kalaupun mereka sudah tahu, mungkin mereka malas mencoba bermain di kolam yang baru. Seller dari Tokopedia yang berpindah ke Shopee pasti pusing. Walaupun cuman berbeda 1%, tetapi untung mereka itu juga 1 digit, malah kadang-kadang gak bati.
Menjual barang kan harus ada untungnya, Keuntungan ini juga harus dikurangi dengan biaya yang tampak dan yang tak tampak. Contoh biaya yang tidak kelihatan adalah masa tunggu. Ketika pesanan masuk, duitnya tidak di kita tetapi di Shopee. Barang dikirimkan, pembeli menerima, membeli konfirmasi dan akhirnya penarikan dana. Mari kita lihat jangka waktunya:
- Pesanan diterima dan disiapkan (1 hari)
- Pengiriman pesanan (2-5 hari tergantung lokasi)
- Konfirmasi penerimaan pembeli (2-3 hari)
- Pencairan dana (1 hari)
Jadi, total waktu kita menghutangi pembeli paling cepat 4 hari. Paling lama bisa lebih dari 7 hari. Dengan catatan tidak ada komplain. Kalau ada komplain, paling cepat selesai 3 hari. Kalaupun kedua belah pihak sama-sama tidak mau menyala bisa lebih dari 14 hari.
Margin keuntungan ideal untuk pembelian kredit seharusnya nya 10%. Kalau untuk pembelian cash bisa 5% masih oke. Tetapi, pada kenyataannya margin jualan di Shopee 1 - 5 % untuk barang consumer goods. Artinya, omset penjualan Rp 100.000 untungnya hanya Rp 5.000 sampai Rp10.000 saja. Itu pun baru cair seminggu kemudian. Apa nggak ngenes ?
Tidak pak, yang ngenes itu pembeli beli 1 biji jepit rambut seharga Rp 10.000 dengan untung Rp 500. Pake bebas ongkir. Terus dikomplain karena warnanya tidak cocok. Setelah melalui proses yang panjang, rumit, dan melelahkan. Kasus ini baru selesai 2 minggu dengan keputusan barang di retur.. Ini yang namanya ngenes pak !
Bagaimana jika kita, penjual grosir, mendapatkan pembeli eceran ? Bisakah ditolak ? Jelas toko anda akan mendapat penilaian buruk. Tapi, kalau pesanan ini diterima, malah rugi.
Mengapa harga barang tambah lama tambah turun ? Apakah karena penjualnya lebih banyak daripada pembelinya ? Beberapa alasan yang saya dapatkan dari pengalaman:
- Konsep dropship yang tidak lengkap
- Stok barang yang yang banyak
- Modal yang mepet atau pakai hutang
Konsep dropship yang dikenal orang-orang ialah menjual barang di toko online milik sendiri tanpa memiliki stok titik-titik ada order yang masuk, kita pesan barang dari supplier kita untuk dikirim langsung ke pembeli toko online kita. Biasanya disebut juga dengan istilah PO. Karena sistem ini tanpa stok, jadi kita tidak perlu ambil margin banyak. Secara teori, memang bisa dilakukan. Tetapi pada kenyataannya tidak sesederhana seperti itu.
Kita mempunyai anggapan bahwa supplier kita selalu ready stock. Kita juga beranggapan bahwa supplier kita siap melayani kita kapan saja, dengan cepat. Memang kamu itu siapa ? Supplier juga manusia, mereka memiliki keterbatasan modal seperti kita. Dan juga memiliki keterbatasan waktu. Bisa terjadi, batas waktu order kita habis, sementara supplier kita masih belum memprosesnya. Padahal kita sudah terlanjur membeli barang tersebut dan tidak bisa di cancel. Sementara pembeli kita ter-cancel secara otomatis by system.
Jika stok supplier kita kosong, pilihannya adalah beli di tempat lain yang tidak pernah kita coba. Atau membatalkan pesanan dengan alasan stok habis. Dua-duanya memiliki resiko pembatalan pesanan oleh pihak penjual berarti penurunan ranking. Membeli di supplier baru, kita tidak tahu kualitasnya dan cara kerjanya.
Dropship secara teori bisa dilakukan, bagi yang yang sudah punya pengalaman dan jam terbang tinggi. Seller baru tidak akan kan berjalan mulus. Tetapi, seller yang berpengalaman tidak akan memakai sistem dropship kecuali terpaksa. Karena masalahnya banyak sekali, tidak dapat kita kendalikan prosesnya.
Cara menghabiskan stok barang yang banyak adalah dengan cara menjual murah. Pelan-pelan harganya dinaikkan ketika stoknya menipis. Kenyataannya, stok barang anda mungkin tinggal sedikit. Tetapi stok barang kompetitor anda masih banyak. Bukan Anda satu-satunya orang yang memiliki barang. Bukan Anda satu-satunya importir, bukan Anda satu-satunya orang yang memiliki modal. Pesaing anda ada adalah seluruh penduduk Indonesia. Bahkan mungkin reseller anda sendiri.
Bagaimana mungkin orang yang membeli barang dari Anda, bisa menjual lebih murah dari harga anda ? Karena kepepet! Karena uang harus diputar untuk membeli barang lainnya. Kalau tidak ada penghasilan tidak makan, kalau tidak segera mendapatkan uang yang jatuh tempo utang tinggal beberapa hari lagi.
Di dunia online, tidak semua penjual memiliki konsep penjualan yang benar. Konsep penjualan yang wajar biasanya:
(-Rp 5.863,00).
Kuartal 3 tahun 2021, Sea Ltd. mencatatkan kerugian (-Rp 8.016 Milyar) "
Harga Beli + Untung - Biaya = Harga Jual.
Sebaliknya mereka menggunakan konsep:
Harga Beli + Untung = Harga jual
Ketika butuh uang, konsepnya berubah menjadi:
Harga Beli = Harga Jual
Ketika semakin butuh uang, rumusnya:
Harga Beli > Harga Jual
Itulah yang akan terjadi kalau berjualan di Shopee yang terkenal.
ALASAN JUALAN DI TOKOPEDIA
Apakah berjualan di Tokopedia lebih menguntungkan daripada Shopee. Paling tidak ini alasannya:
- Biaya layanan di Tokopedia lebih murah
- Customer service Tokopedia lebih aktif
- Gratis ongkir Tokopedia lebih besar
Jika anda berpikir tingkat persaingan di Tokopedia lebih ringan, maka anda salah. Semua marketplace persaingannya keras sekali, keuntungannya tipis-tipis. Banyak seller yang tumbang. Bayangkan, antar seller saja saling bersaing, apalagi toko offline.
Perilaku pembeli di toko offline, menurut saya tidak dewasa. Mereka memilih barang, melihat harganya dan membandingkan dengan harga online. Sudah pasti harganya lebih murah online, karena tidak perlu bayar pegawai, tidak perlu bayar pajak, tidak perlu bayar sewa tempat. Seharusnya mereka menerima kenyataan ini, bahwa membeli barang di toko offline lebih mahal. Kalau mau ya beli. Kalau cari yang lebih murah, ya silakan belanja online.
Pembeli Tokopedia, berbeda dengan pembeli di Shopee. Setiap pasar memiliki konsumennya sendiri-sendiri. Ada orang yang hanya belanja di Tokopedia saja, dan juga ada orangnya belanja di Shopee saja. Kita tidak bisa memilih marketplace berdasarkan biaya layanan saja. Meskipun lebih murah, belum tentu rezeki kita ada di sana.
Saya jarang sekali beli di Shopee, lebih sering menggunakan Tokopedia karena customer servicenya untuk komplain lebih baik. Bahkan paling baik dari semua marketplace yang pernah saya gunakan. Pada intinya, komplain terhadap barang cenderung dimenangkan pembeli.
Sebaliknya bagi penjual lebih menguntungkan berjualan di Shopee karena CS-nya kurang aktif dan cenderung berpihak pada penjual.
Cara komplain di Tokopedia, dilakukan antar kedua belah pihak dahulu dengan diawasi oleh CS. Jika belum ada tanggapan dari salah satu PH, CS akan ikut menegur dan memberi batas waktu. Jika dalam batas waktu tersebut tidak ditanggapi maka komplain akan selesai di menangkan oleh pihak lawan. Jika kedua belah pihak tidak menemukan titik temu, maka keputusan akan diambil oleh CS Tokopedia dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang ada. Biasanya dimenangkan oleh pembeli.
Sedangkan komplain barang di Shope dilakukan antar pembeli dan penjual tanpa melibatkan CS. Jika tidak dapat menemukan titik temu, maka pihak yang keberatan memanggil CS. Nah, masalahnya waktu respon tidak terbatas. Selamat tidak ada yang memanggil CS, maka komplain akan mengambang. Kalau CS sudah turun tangan, biasanya dimenangkan pihak penjual. Bukan berarti pembeli selalu kalah, tergantung bukti yang anda tunjukkan.
Nah, dalam contoh kasus ini faktor CS juga memiliki andil dalam melakukan pembelian. Meskipun harga di Shopee lebih murah saya tetap memilih beli di Tokopedia karena menghindari resiko barang rusak.
Komplain di Bukalapak lebih parah lagi, apalagi jika menggunakan asuransi si yang yang satu paket dengan bebas ongkos kirimnya. Dua kali komplain saya ditolak secara otomatis by sistem. Semenjak itu saya mengucapkan go to hell ke Bukalapak. Gak blonjo dek kene gak patek'en ! Dan sangat susah sekali untuk chat dengan CS-nya. Malah disuruh baca artikel, gendeng ! Mbulet maneh. Itulah akibatnya kalau perusahaan dipimpin oleh mantan BUMN. Berbelit-belit ! Masalah kecil dibesar-besarkan, dibikin ruwet.
Sebenarnya gratis ongkos kirim di Tokopedia itu lebih besar daripada di shopee. Misalnya pengiriman dari Jakarta ke Surabaya, biasanya ongkosnya antara Rp 14.000 sampai Rp 20.000.
- Kalau menggunakan gratis ongkos kirim shopee, maka bebas ongkir nya hanya Rp10.000
- Kalau menggunakan gratis ongkos kirim dari Tokopedia bebas ongkir nya sampai Rp20.000.
Artinya kita harus nombok kekurangan ongkos kirim itu jika menggunakan shopee titik tetapi benar-benar gratis ongkos kirim di Tokopedia.
" Gratis Ongkir Tokopedia lebih besar dari Shopee. Tetapi kalah branding. "
Nah, masalahnya kenapa orang tidak mengerti kelebihan Tokopedia ini ? Mungkin karena marketing Shopee yang dari awalnya posisikan sebagai gratis ongkos kirim. Dan memang benar sebelum tahun 2020 gratis ongkos kirim shopee memang maksimal Rp 20.000 untuk pulau jawa. Namun menurun menjadi maksimal Rp10.000 hingga tahun 2022..
Kalau Bukalapak mah lewat, gratis ongkos kirimnya maksimal cuman Rp 8.000.
KESIMPULAN
Untuk Anda yang akan memulai berjualan di marketplace, maka langkah pertama adalah menjual di semua platform tersebut. Setelah berjalannya waktu itu baru fokus di marketplace yang yang paling menghasilkan. karena rezeki orang tidak sama.
Biaya yang harus Anda pertimbangkan kan adalah biaya layanan, biaya gratis ongkos kirim, kemungkinan pajak dan biaya promosi. Anda tidak akan bisa berjualan tanpa menggunakan promosi.
Share this content